Review Lightyear (2022)

Petualangan Buzz Lightyear Menjelajah Waktu Demi Mendapat Tempat Terbaik

“To Infinity and beyond” – Buzz Lightyear (Lightyear).

 

Gagal tayang di bioskop Indonesia, ‘Lightyear’ akhirnya tayang di Disney+ Hotstar pada 3 Agustus 2022. Animasi Pixar dan Walt Disney ini sempat tidak boleh tayang di puluhan bioskop beberapa negara karena isu LGBT yang sangat sensitif.

Terlepas dari itu, spin-off dari salah satu mainan utama dalam waralaba ‘Toy Story’ ini mendapat kritik dan ulasan positif dari berbagai pihak. Dunia asli Buzz Lightyear tentang penjelajah luar angkasa, tidak melebarkan ceritanya bersama mainan lainnya seperti pada film terakhirnya ‘Toy Story 4’.

Film ini disutradarai oleh Angus MacLane dalam debut penyutradaraannya dan diproduksi oleh Galyn Susman, dan dibintangi oleh Chris Evans sebagai pengisi suara karakter, dengan Keke Palmer, Peter Sohn, Taika Waititi, Dale Soules, James Brolin, dan Uzo Aduba.

‘Lightyear’ menceritakan kisah astronot muda Buzz Lightyear, yang, setelah terdampar di planet yang bermusuhan dengan komandan dan krunya, mencoba menemukan jalan pulang sambil menghadapi ancaman terhadap keselamatan alam semesta.

Konsep Buzz Lightyear manusia, yang ada di alam semesta fiksi dalam alam semesta fiksi, pertama kali diperkenalkan dalam film tahun ‘Buzz Lightyear of Star Command: The Adventure Begins’ di tahun 2000 yang kemudian digunakan sebagai pilot untuk Serial TV ‘Buzz Lightyear of Star Command’ (2000–2001).

Sinopsis

Buzz Lightyear (Chris Evans) dan rekannya Alisha Hawthorne (Uzo Aduba) adalah Space Ranger penjaga ruang angkasa di Star Command. Mereka menjelajahi planet yang mungkin dapat dihuni bernama T’Kani Prime.

© Pixar

Mereka terpaksa mundur ke kapal eksplorasi mereka setelah menemukan bahwa planet ini menampung makhluk hidup yang sangat berbahaya. Namun dalam rangka kabur dari planet tersebut, kapal mereka terjatuh dan terpaksa untuk tinggal sementara di planet tersebut untuk memperbaiki kerusakan bersama para kru di dalam kapal tersebut.

Satu tahun kemudian, kru membangun koloni di planet tersebut untuk melakukan misi hyperlapse dengan bahan bakar hyperspace untuk menjelajahi waktu. Namun, dalam menjalankan misi tersebut, Buzz mengalami kegagalan terus menerus sehingga dirinya kehilangan banyak waktu puluhan tahun.

Berbagai upaya berulang telah dilakukan Buzz Lightyear dan koloni untuk membuat misi sukses. Bagaimana Buzz Lightyear dapat menjalakan misi berikutnya di tengah rekan-rekannya yang telah tiada? Apakah Buzz dan para koloni terpaksa tinggal di planet yang tidak bersahabat tersebut?

Teman setia puluhan tahun

© Pixar

Saat pertama misi Buzz gagal, Alisha memberi seekor robot kucing bernama Sox (Peter Sohn). Walaupun terlihat lucu dan menggemaskan dengan kakinya yang lurus, Sox sangat membantu dalam banyak hal mengenai Buzz yang harus ditinggalkan rekannya.

Rekan awal Buzz, Alisha Hawthorne harus meninggalkannya lebih dahulu karena perjalanan waktu Buzz yang jauh ke masa depan. Pergantian rekan ke generasi berikutnya, yaitu cucu dari Alisha, Izzy Hawthorne (Keke Palmer) membawa kita ke tingkat emosi selanjutnya.

Perjalanan hidup Buzz yang awalnya terlihat sia-sia, semua akhirnya membuahkan hasil dari permainan yang diberikan pada Sox dan akhirnya dapat dipecahkan kucing robot ini setelah 62 tahun. Sempat ingin dinon-aktifkan, Buzz tetap membela Sox hingga di penjelajahan luar angkasa lainnya.

Visual luar biasa dari planet tak terduga

© Pixar

Tiap film bergenre sci-fi akan berlomba menampilkan visual dengan teknologi termutakhir dan tercanggih yang mungkin jauh di luar pemikiran dan ilmu kita sekarang. Beruntungnya ‘Lightyear’ merupakan proyek animasi dari Pixar yang dapat mengeksplorasi teknologi seluasnya tanpa kendala apapun.

Di sini visual yang jauh berbeda dengan mainan-mainan yang biasanya mendampingi Buzz. Planet antah-berantah coba disajikan apa adanya, dengan sedikit bumbu-bumbu monster alien yang bisa ditemukan di planet yang mungkin tidak diketahui sebelumnya.

Planet yang diberi nama T’Kani Prime, berkembang pesat dengan koloni baru yang memaksa mereka tinggal di sana. Teknologi yang mengingatkan kita pada Star Wars, terpampang jelas di beberapa adegan. Salah satunya adalah hyperlapse yang menggunakan hyperspeed memperlihatkan bintang-bintang luar angkasa melintas dengan cepat di luar kapal angkasa.

Latar tempat futuristik penuh teknologi maju diperlihatkan tidak terlalu berlebihan. Pencahayaan yang begitu jujur dan jenius ditampilkan Pixar. Bagaimana kondisi luar angkasa yang begitu gelap dengan lampu yang tidak akan mungkin menerangi satu planet, membuat tiap karakter menonjol namun tetap menyatu dengan latar yang mereka jelajahi.

Beberapa tempat yang sangat sensasional terlihat sejak awal Buzz mendarat dengan Alisha di planet baru. Tumbuhan bergerak dan kumbang raksasa mengharuskan mereka beraksi layaknya superhero. Lalu perkembangan koloni luar angkasa yang begitu pesat.

© Pixar

Perkembangan latar komando luar angkasa yang begitu cepat, diperlihatkan dengan beberapa cara, salah satunya timelapse dan perubahan kapal dan teknologi yang jika kalian lihat dengan detil. Kapal Buzz untuk melakukan misi EX-01 hingga misi terakhir EX-15 terus berubah bentuk.

Kapal yang kalian tunggu-tunggu yang digunakan Buzz sebagai pembungkus mainannya dalam film ‘Toy Story’ akan muncul di bagian akhir dengan beberapa alasan yang sangat masuk akal, akan terus menggali nuansa nostalgia.

Tak hanya kapal, perubahan baju armor dari Buzz yang memang merupakan kostum astronot terus berubah seiring kemajuan zaman dan tahun yang dilintasi dirinya. Beberapa warna dari kostum ikoniknya berwarna putih, hijau dan ungu, lalu akhirnya disempurkan di akhir laga.

Tim luar angkasa penuh keberuntungan

© Pixar

Kegigihan Buzz sudah tampil sejak awal film ini bergulir, walaupun beberapa kegigihannya merupakan ego tingginya untuk mencapai sesuatu yang dirinya yakini. Walau beberapa hal berdampak buruk, perkembangan karakter Buzz begitu terasa.

Pengenalan Star Command yang tidak berbelit, membuat kita fokus akan cerita Buzz Lightyear dan misinya. Tim lama yang perlahan menghilang, berganti dengan tim baru generasi baru. Inilah yang menjadi plot utama petualangan Buzz.

Izzy generasi penerus Hawrthrone, ahli mekanik yang sangat ceroboh Mo Morrison (Taika Waititi), ahli ledak tua Darby Steel (Dale Soules), dan robot ZYclops DERIC (Angus MacLane). Tim yang awalnya sangat meyakinkan, tidak dengan aksinya melawan robot utusan Zurg.

Di sinilah letak keseruan aksi-aksi tim ini mengalahkan Zurg. Dengan teknologi yang lebih canggih, Zurg berhasil memporak-porandakan tim dan hampir sebagian planet.

Kejutan Zurg

© Pixar

Jika kalian telah membaca atau mengikuti kisah Buzz Lightyear sebelum film ini, pasti akan lebih paham siapakah Zurg dan misinya mengincar Buzz. Dalam film ini, semua begitu jelas siapakah Kasiar Zurg, asalnya, dan misi yang dirinya ingin capai?

Pertarungannya dengan tim begitu sengit menjelang akhir laga. Dengan teknologi yang jauh lebih maju, menjelaskan dengan gamblang mengapa Zurg mengincar Buzz. Dalam cerita yang banyak dirumorkan, Zurg adalah ayah dari Buzz, cerita ini mengingatkan kita dengan Darth Vader di sisi gelap melawan anaknya sisi Jedi yaitu Luke Skywalker.

Rasanya penjelasan teknologi dan misinya menjelajahi waktu dari Buzz terasa cukup berat untuk anak-anak. Penjelasan yang begitu mudah kita terima, membuat Zurg di ‘Lightyear’ ini nampak lembut namun tetap melancarkan aksi gila dan brutal untuk menjalankan misinya.

Kesimpulan

© Pixar

Misi gagal Buzz Lightyear dan Alisha Hawrthrone memaksa ego dari Buzz melaksanakan misi terus menerus, dan hal itu membuat petualangan barunya berbumbu hal yang penasaran hingga akhir laga. Dengan teman setianya Sox sang kucing robot, membuat petualangan Buzz Lightyear lebih cair dan menyenangkan.

Visual ala sci-fi yang megah dengan teknologi canggihnya, tersaji begitu jujur dan tak berlebihan. Semua unsur sci-fi robotik dan planet ganas digambarkan detil untuk melengkapi aksi-aksi Buzz dan timnya.

Keseruan aksi-aksi tim baru Buzz untuk mengalahkan Zurg, begitu menyenangkan karena kekonyolan satu sama lain. Walaupun menghadapi kejutan Zurg yang menggila tiada henti, tim ini berhasil menyajikan perlawanan seadanya, dengan tingkah yang tidak akan kalian duga sebelumnya.

 

Director: Angus MacLane

Casts: Chris Evans, Keke Palmer,Peter Sohn, Taika Waititi, Dale Soules, James Brolin, Uzo Aduba

Duration: 100 minutes

Score: 8.6/10

WHERE TO WATCH

The Review

Lightyear

8.6 Score

Buzz Lightyear (Chris Evans) mendarat di planet T'Kani Prime bersama rekannya Alisha Hawthorne (Uzo Aduba), lalu ingin mereka terjebak di planet terbeut. Bertahun-tahun mereke mambuat project hyperspeed untuk mencari jalan pulang dengan melintasi waktu. Namun Buzz Lightyear terjebak di 84 tahun masa mendatang dan membentuk tim bersama Izzy Hawthorne (Keke Palmer) yaitu cucu dari rekan lamanya Alisha Hawthorne.

Review Breakdown

  • Character 8
  • Drawing 9
  • Entertain 9
  • Scoring 8
  • Story 9
Exit mobile version