“You can live without facing your past, but you can’t die,” – Melisa (In Good Hands).
Sebuah film drama romantis dari Turki dirilis Netflix minggu ini berjudul ‘In Good Hands’. Film ini berfokus pada cerita seorang ibu tunggal dan penyakitnya yang tidak lama akan merenggut nyawanya.
Anak laki-lakinya yang masih kecil menjadi kekhawatiran utamanya ketika ia pergi, jadi dia berusaha mencarikan sosok ayah untuk anaknya.
‘In Good Hands’ atau ‘Sen Yaşamaya Bak’ dibintangi oleh Aslı Enver, Kaan Urgancıoğlu, Mert Ege Ak, dan Ezgi Şenler. Film ini menyajikan hubungan ibu tunggal dan anak laki-lakinya yang keras kepala serta kisah cinta yang rumit yang dialami sang ibu.
Sang sutradara, Ketche, dan penulisnya, Hakan Bonomo, menyajikan sebuah film drama yang emosional dengan twist di akhir.
Sinopsis
Melisa (Aslı Enver) dan anak laki lakinya, Can (Mert Ege Ak) baru saja pulang ke rumah mereka dengan membawa banyak gulungan tisu toilet, mereka kemudian menyusunnya di suatu ruangan khusus yang berisi banyak sekali tisu toilet.
Mereka saling menyayangi dan selalu ada satu sama lain. Namun, hal yang tidak Can tahu adalah bahwa ibunya mengidap penyakit, dan waktu hidupnya hanya tersisa lima bulan lagi.

Hari-hari melisa hanya dihabiskan memikirkan nasib anaknya setelah ia pergi. Sahabatnya, Fatoş (Ezgi Şenler), selalu memintanya untuk mencari pasangan untuk bersiap atas segala sesuatu yang akan terjadi, tapi selalu ditolak Melisa.
Hingga akhirnya di sebuah cafe, ia bertemu dengan laki-laki menjengkelkan yang membuatnya terpukau beberapa detik sebelum sadar ia sedang bersama anaknya.
Ia menemukan wajah laki-laki itu dimana-mana, namanya Firat (Kaan Urgancıoğlu). Rencananya mendekati laki-laki ini tampak berhasil, namun bagaimana dengan anaknya yang membenci hampir semua laki-laki yang berusaha mendekati ibunya ini?
Hubungan antara ibu dan anak
Seorang ibu tentunya memiliki rasa khawatir yang tinggi terhadap anaknya, sama seperti Melisa terhadap Can. Kehidupan Can yang tidak memiliki sosok ayah dan bahkan menjadikan ibunya satu-satunya teman yang ia ajak bicara, membuat Melisa cemas akan kehidupan Can nanti saat ia pergi.

Dalam film, Can bahkan tidak ingin pergi ke sekolah, bersosialisasi, dan terlihat benci kepada siapapun laki-laki yang mendekati ibunya. Tidak mudah meluluhkan hati Can dalam menerima Firat.
Namun, Melisa dan Firat yang sama-sama sudah saling mencintai punya caranya mereka sendiri yang membuat film ini semakin menggemaskan.
Saat Melisa bicara dengan lembut kepada Can soal hubungan “pertemanannya” dengan Firat, Firat sendiri menyediakan waktunya untuk mengajak Can pergi dengan mobil sport-nya dan punya jalan sendiri dalam menghadapi Can yang terkadang menjengkelkan.
Kisah seperti dongeng
Jika di dunia dongeng, para putri cantik dengan mudahnya memikat pangeran tampan dengan hanya sekali menatap, maka Melisa dan Firat tidak jauh berbeda. Padahal, diceritakan Firat adalah playboy yang arogan dan sangat tidak tertarik dengan Melisa di awal pertemuan mereka.
Namun, hanya karena Melisa bernyanyi di depan panggung, Firat langsung jatuh terpesona dan dengan mudahnya menghabiskan waktu dengan melisa hingga pagi, dan voila! Mereka jatuh cinta.

Begitupun Melisa yang sangat yakin dengan Firat yang padahal sikapnya tidak mencerminkan kesetiaan sama sekali.
Bagaimana mungkin hanya karena pertemuan menjengkelkan di kedai kopi dan di sebuah bar, Melisa bisa dengan yakin menyerahkan perasaannya pada Firat? Semuanya berjalan dengan cepat tanpa ada keraguan dari mereka.
Begitupun dengan Can yang berubah-ubah. Ia digambarkan sulit bersosialisasi, namun saat ada anak perempuan cantik yang ia temui di shelter anjing, ia dengan mudah mengajaknya bicara dan dengan cepat menjadi teman.
Sikapnya pada Firat juga berubah-ubah, dan menariknya, ini tidak mengganggu Firat dan kehidupannya yang bebas sama sekali. Justru mereka semakin dekat dan menerika keadaan satu sama lain.
Penuh simbol pendukung cerita
Menjadi film drama yang emosional, ‘In Good Hands’ juga menampilkan beberapa foreshadowing dan simbol yang muncul.
Beberapa diantaranya menjadi twist di akhir film yang cukup membuat rasa prihatin pada sang protagonis. Penonton harus menunggu hingga akhir film untuk mendapatkan jawabannya yang akan dijelaskan dengan gamblang oleh Melisa.

Sebetulnya, tidak ada yang salah dengan cerita yang menampilkan foreshadowing dan simbol yang unik, namun, yang mengherankan adalah semua ini dicetuskan oleh Can, anak laki-laki Melisa yang masih berusia enam tahun. Semuanya terasa terlalu tinggi dan rumit untuk pemikiran anak kecil.
Untungnya, akting Aslı Enver sebagai Melisa yang menyadari waktunya tidak banyak bersama Can dan harus memanfaatkannya, bisa mengimbangi dan menyatukan cerita dengan baik.
Kesimpulan
‘In Good Hands’ menjadi film dengan cerita yang cukup ringan namun tetap menampilkan sisi emosional yang kuat.
Akting para pemain, terutama betapa menjengkelkan dan keras kepalanya Can, yang diperankan Mert Ege Ak, mampu membuat penonton merasa gemas dan menghadirkan sedikit hiburan bagi film yang cukup menyedihkan.

‘In Good Hands’ sudah bisa disaksikan di platform streaming Netflix tanggal 21 Maret 2022.
Director: Ketche
Casts: Aslı Enver, Kaan Urgancıoğlu, Mert Ege Ak, Ezgi Şenler
Duration: 104 minutes
Score: 6.8/10
WHERE TO WATCH
The Review
In Good Hands
In Good Hands berfokus pada cerita seorang ibu tunggal dan penyakitnya yang tidak lama akan merenggut nyawanya. Anak laki-lakinya yang masih kecil menjadi kekhawatiran utamanya ketika ia pergi, jadi dia berusaha mencarikan sosok ayah untuk anaknya.