“True love often drives us to the brink of madness.” – Rani.
Berkisah tentang dinamika pernikahan pasangan suami-istri yang dipersatukan melalui perjodohan, ‘Haseen Dillruba’ sebagai film Tamil Netflix terbaru yang resmi dirilis pada 2 Juli 2021 memberikan cerita romantis dengan warna yang baru. Ia menggabungkan genre thriller, misteri, romantis, dan komedi di sepanjang durasinya yang menjangkau 136 menit.
Kisah film besutan Vinil Mathew ini dimulai ketika sebuah ledakan terjadi, menghanguskan tubuh Rishu Saxena (Vikrant Massey), seorang lelaki beristri. Tragisnya, hanya satu telapak tangan yang belum hangus seutuhnya dengan tato di sebagian pergelangan tangan yang ikut tersisa bertuliskan nama sang istri, Rani Kashyap (Taapsee Pannu). Ketika tim polisi mendatangi tempat kejadian perkara, firasat tentang pembunuhan berencana dirasakan selama penyidikan berlangsung.
Firasat dan kecurigaan yang menjurus pada kasus yang dianggap bukan murni kecelakaan itu membawa Rani ditetapkan sebagai tersangka utama oleh Inspektur Kishore Rawat (Aditya Srivastava). Meskipun tanpa bukti, Rani diharuskan untuk mengikuti tahapan interogasi.

Dari sanalah, cerita perlahan mulai membuka bagian-bagian di masa lalu untuk menemukan jawaban atas kejadian di masa sekarang. Ada kisah lampau pertemuan pertama Rishu dan Rani, perdebatan di antara ibu yang berbalik melarang Rishu menikahi Rani, pernikahan tanpa cinta yang hambar dan membosankan, perselingkuhan antara Rani dan Neel (Harshvardhan Rane) si sepupu Rishu, hingga ada pula percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh kemarahan Rishu terhadap Rani.
Dari sekian banyak film romantis yang mengagung-agungkan kata-kata pujian dan perlakuan manis yang melambangkan cinta, ‘Haseen Dillruba’ justru menghadirkan definisi cintanya sendiri. Dari segala konflik utama dan konflik sampingan yang disuguhkan, film ini bisa dibilang terlalu berani menampilkan beragam kekerasan, fisik maupun seksual, dan potret hubungan beracun atas nama cinta.
Pergerakan cerita dari dasar yang seolah berada di luar nalar manusia pada umumnya itu memang patut diakui kecemerlangannya karena tidak terduga dan mendebarkan. Namun sayangnya, eksekusi seperti itu rentan tidak berterima bagi sebagian penonton yang mengharapkan benang realita tersambung di antara film dan kehidupan nyata. Beberapa detail peristiwa di dalamnya memang menggelisahkan akal sehat sebagian penonton.

Akan tetapi, pengamatan menjadi jauh berbeda jika narasi kisah Rishu-Rani sebagai sepasang suami istri dipandang dalam plausabilitas atau kemasukakalan yang bergerak terbatas pada hal-hal di sekitar cerita, tanpa melibatkan kemasukakalan yang dikaitkan dengan dunia nyata. Film ‘Haseen Dillruba’ bergerak sempit pada pusaran siapa Rani dan Rishu yang sebenarnya dan sedalam serta segila apa keduanya bisa mencintai seseorang.
Belum lagi jika mengingat bagaimana Rani mengagumi novelis kriminal bernama Dinesh Pandit, khususnya dalam karyanya yang berjudul Wrath of Kasaulli (Kemurkaan Kasauli) yang dari segi tampilan muka bukunya telah menguasai desain poster film ini. Sebagian penonton sekaligus pencinta sastra pasti akan melanglangbuanakan pikiran di masa lampau sekitar tahun 70-an sampai 90-an ketika karya sastra stensil merajai pasaran, namun tidak pernah disinggung dalam sejarah kesusastraan karena dianggap sebagai bacaan rendah.
Muka buku Wrath of Kasaulli (Kemurkaan Kasauli) karya Dinesh Pandit bertipikal novel stensil yang memadukan warna terang berani bertabrakan dan ilustrasi yang melukis wajah karakter secara realis. Jika harus mengaitkan dengan perdebatan yang ada seputar kemasukakalan cerita ini yang seakan terbelah, memandangnya dari kacamata sastra yang cukup dominan dalam film ‘Haseen Dillruba’ menjadi salah satu pemantik kemunculan titik terang.

Meskipun film ini tidak terlalu menggambarkan seksualitas yang vulgar di sepanjang durasi, kekerasan-kekerasan di dalamnya yang dikemas tanpa kedalaman tujuan khusus mengakibatkan ‘Haseen Dillruba’ bisa diibaratkan sebagai sastra stensil yang diremehkan karena memuat bacaan rendahan. Ia mengolah kekerasan dan sisi brutal secara mentah sehingga dianggap berada jauh di bawah kasta tertinggi dalam karya sastra, yaitu sastra serius.
Tidak ada usaha yang tampak konsisten merangsang penontonnya untuk memaknai secara lebih mendalam inti keseluruhan film. Tidak ada hakikat kehidupan yang diangkat ke layar lebar secara mendalam. Cerita justru memunculkan kesan bahwa kekerasan dan kegilaan dapat dilakukan dan dibenarkan selama diatasnamakan oleh cinta.
Secara lebih lanjut, film ‘Haseen Dillruba’ seolah tengah mengkritisi perjodohan di India yang kerap “membahayakan” pasangan suami-istri. Namun, konsistensinya patut dipertanyakan karena terdapat gambaran tentang kesempatan bagi penolakan terhadap berlanjutnya perjodohan yang disia-siakan begitu saja. Begitu pula dengan sisi feminis yang terasa dari kemunculan Rani.
Ia seakan berdiri untuk menata ulang aturan pernikahan tradisional yang menyudutkan istri sebagai sosok pelayan suami. Namun, lagi-lagi persoalan konsistensi dipertanyakan. Pada garis besarnya, film ini hanya memutari tentang hubungan pernikahan yang kehilangan kewarasannya akibat obsesi terhadap cinta itu sendiri. Di saat ia bisa meluas dalam mengkritisi banyak hal, ‘Haseen Dillruba’ memilih untuk menyembah kegilaan terhadap cinta.
Dari segi karakterisasi, Rishu dan Rani seolah menjadi representasi sepasang insan yang dijebak dalam perjodohan. Cinta dan ketertarikan memang ada, namun ketika hanya sebelah pihak merasakannya, itu tetap saja belum bisa menghadirkan pernikahan impian yang dilandasi cinta dari sepasang kekasih. Pada akhirnya, ia rentan memicu, obsesi, perselingkuhan, bahkan kekerasan dalam rumah tangga.

Rishu dan Rani memanglah dua orang yang bertolak belakang, seorang perempuan modern dan seorang pria desa. Seorang perempuan alumnus Sastra India yang ekspresif dalam membahasakan curahan segala pikiran dan hatinya dipertemukan pada sosok pria insinyur yang pemalu dan lebih banyak bersembunyi di dalam diam.
Bisa saja, kedua sisi yang berkebalikan itu menjadi sesuatu yang seimbang. Namun, bagi Rani ia tidak mendapatkan sosok suami idaman di dalam diri Rishu, sementara Rishu tidak mengerti bagaimana caranya membahasakan perasaan, itulah yang membuat film ini mencapai konflik-konflik yang terbilang terlarang dan brutal.
Beralih pada permainan peran para aktor dan aktris. Penampilan kedua pemeran utama patut diakui kehebatannya. Rishu merupakan karakter yang paling berkembang di sepanjang film dengan beragam emosi yang kontras dari satu kepribadian menuju kepribadian lainnya. Di sanalah, peran Vikrant Massey terbilang memukau dengan penjiwaan yang mampu membuai penonton larut ke dalam setiap emosi yang diaduk-aduk itu.
Sementara Taapsee Pannu, dari tampilan saja sudah sangat mewakili Rani si istri cantik yang bisa angkuh pada waktu tertentu, namun gampang merapuh di saat kesepian. Sosoknya yang frontal, kritis, dan bebas dijiwai dengan tak kalah baik. Kekacauan yang dialami akibat dinamika tajam dalam hubungan rumah tangganya tersampaikan dengan baik melalui berbagai olah tubuh, seperti pancaran mata dan pelafalan dialog yang dirasuki dengan baik oleh karakter Rani.

Sisi sinematografi yang suram memang cukup menonjol, sesuram kisah Rishu-Rani yang larut dalam cairan keruh. Meskipun begitu, sorotan-sorotan yang memenuhi layar belum terlalu mampu untuk dikatakan mengesankan. Begitu pula dengan elemen skoring, ia terdengar belum istimewa. Kedua elemen itu sama biasanya.
Seperti kata penulis yang digilai Rani, ‘cinta abadi akan selalu dinodai beberapa tetes darah untuk melindunginya dari kejahatan’, seperti itu pula kisah Rishu dan Rani dalam ‘Haseen Dillruba’ menghadirkan definisi cinta abadi yang kehilangan kewarasan. Sebenarnya, seperti yang sempat disinggung di awal, film ini memiliki ide cerita yang cemerlang.
Sayangnya, eksekusi yang dilakukan tidak secemerlang itu, bahkan bisa dilekatkan dengan kata sifat “ceroboh”. Perjalanan alur, konflik, serta motif yang mengitari keseluruhan durasi film ini masih terbilang dangkal dan disajikan dengan seadanya, tanpa usaha berlebih.
Bagi kamu yang merasa tertantang dalam menikmati kisah cinta yang tidak lazim, ‘Haseen Dillruba’ bisa menjadi pilihan tontonan dengan dua kemungkinan pandangan yang akan diperoleh setelah sampai di akhir durasi, di antara memukau dengan gila atau tidak masuk akal.
Director: Vinil Mathew
Cast: Taapsee Pannu, Vikrant Massey, Harshvardhan Rane, Aditya Srivastava
Duration: 136 minutes
Score: 6.4/10
WHERE TO WATCH
The Review
Haseen Dillruba
Haseen Dillruba berkisah tentang Rani yang harus diinterogasi oleh pihak kepolisian karena dicurgai menjadi tersangka utama atas kematian suaminya, Rishu. Perlahan, satu per satu kisah pernikahan di antara Rani dan Rishu mulai bermunculan menunjukkan konflik seputar obsesi dalam mencintai, perselingkuhan, dan kekerasan dalam rumah tangga.