Review Film: ‘Ghostbuser: Misteri Desa Penari’

“Ada yang mau bantuin gue gak jadi pengusir setan?” – Sigit.

Disney+ Hotstar Indonesia belum lama ini merilis film Indonesia terbarunya. Film bergenre horor komedi yang diberi judul ‘Ghostbuser: Misteri Desa Penari’ ini merupakan debut Tora Sudiro sebagai sutradara.

Tentu menarik melihat seperti apa film ini nantinya, terlebih beberapa nama besar seperti Wulan Guritno dan Gary Iskak juga ikut membintangi film ini. Yuk kita review sejenak seperti apa film ini.

Ghostbuser mengisahkan kehidupan seorang fotografer muda, Sigit (Tora Sudiro) yang hidupnya serba berkesusahan menjalani profesinya. Sedari kecil, Sigit telah memiliki kemampuan untuk melihat keberadaan makhluk halus, walaupun tak bisa ia ajak berkomunikasi.

Kemampuannya ini nantinya ia lihat sebagai potensi bisnis, dan memang tak semudah itu juga mengembangkan bisnis dari hal-hal supranatural. Ia lantas mengajak sahabat dekatnya, Genjing (Gary Iskak), untuk membuka bisnis pengusir setan. Namun Genjing baru mau kalau Sigit mengajak sahabat lama mereka, Alexandra (Wulan Guritno), cewek tomboy yang kerap dipanggil Alex.

Setelah Alex mau, mereka lantas membentuk trio yang dinamakan Ghostbuser, mengacu pada referensi film Ghostbusters, yang kondang di tahun 1984 dan 1989.

Tapi karena Sigit tak bisa berbicara dengan hantu, ia mengajak Ningsih, salah satu hantu yang ia ajak masuk ke rumah kos nya, bersama dua orang hantu lainnya. Ningsih berperan penting karena ia sebagai mediator antara Sigit dengan setan atau roh jahat yang ingin ia ajak bicara.

Trio pengusir hantu bersama Ningsih dan temannya ini lantas perlahan mulai mendapatkan pelanggan dan mulai membantu orang-orang yang mengalami gangguan roh jahat.

Salah satu misi penting yang dihadapi adalah berkunjung ke Desa Penari, yang akhir-akhir ini kondang sejak kehadiran film unofficial-nya yang beredar luas di Youtube, dan nantinya akan dibuat versi layar lebarnya.

Tapi ternyata bukan itu yang menjadi misi utama mereka, melainkan mereka harus memecahkan kasus dimana munculnya arwah wanita pemarah di sebuah rumah besar yang dibalik itu semua ada sebuah misteri terselubung.

Bisakah nantinya mereka menangani kasus tersebut?

Kita cermati dari masalah yang teramat mendasar, yaitu pemilihan judul yang tidak tepat. Nampak jelas di film kalau kasus Desa Penari di sini bukan subjek utamanya, malah hanya sebagai batu loncatan ke kasus utamanya. Entah apakah karena ingin film ini mendapat atensi lebih dari penonton ataukah hanya sekedar strategi marketing belaka.

Narasinya sendiri sebetulnya cukup menjanjikan dari awal, namun saat eksekusi itu direalisasikan, mulai terlihat CGI nya yang terlihat murahan, bukan sesuatu yang bisa kita bilang wow. Jangan membandingkan film ini dengan film Ghostbusters yang asli, pasti kalah jauh dari tampilan hantu-hantunya.

Meskipun Ghostbuser termasuk jenis komedi slapstick, jokes-nya masih sangat garing, dialognya juga kurang variatif untuk mengundang gelak tawa, terlebih dari kedua hantu yang mengikuti Ningsih.

Justru nilai positif Ghostbuser dihadirkan dari Gary Iskak yang berperan sebagai banci. Penampilannya begitu natural, bahkan tingkah lakunya spontan akan membuat kita tertawa, tanpa perlu usaha keras untuk melucu. Untuk aktor yang biasanya tampil normal dan macho, sulit berperan menjadi banci, dan hal positif tersebut akan menolong film ini secara keseluruhan.

Secara keseluruhan Ghostbuser masih menghibur. Kalau saja elemen lain bisa mendongkrak film ini sampai tingkat maksimal, akan jauh lebih bagus lagi, karena film ini sangat menjanjikan bila digarap serius, seperti halnya Warkop DKI yang mempunyai genre serupa.

Director: Tora Sudiro & Girry Pratama

Cast: Tora Sudiro, Wulan Guritno, Gary Iskak, Annette Edoarda, Ninik L Karim, Opi Bachtiar, Pasha Van Krab, Egi Fedly, TJ, Sayudi Ucul, Zora Vidyanata

Duration: 85 Minutes

Score: 5.2/10