“Warisan itu bukan hanya tentang pembagian, tapi juga tentang penyatuan,” – Adam (Gara-Gara Warisan).
Satu kata buat debut Muhadkly Acho di film ini: mengagumkan! Di luar ekspektasi, Acho yang baru pertama kali terjun menjadi sutradara dan pembuat cerita film panjang, berhasil menyuguhkan sebuah drama komedi ringan dan diwarnai oleh lelucon yang membawa gelak tawa di sepanjang film.
Ernest Prakasa sebagai produser mesti berbangga karena “anak didikan” pertamanya berhasil merealisasikan premis yang ia hibahkan menjadi sebuah hiburan yang menyenangkan.
View this post on Instagram
Dibintangi oleh deretan aktor dan aktris top, ‘Gara-Gara Warisan’ menjadi sebuah persembahan yang layak dicicip saat libur Lebaran nanti.
Jejeran pemain tak hanya berhenti di aktor dan aktris top, sebab ada sederet komika yang turut dibawa Acho ke film ini dan kehadiran mereka menjadi show-stealer berkat guyonannya yang selalu tepat sasaran.
Sinopsis
Tiga bersaudara yang tidak pernah akur terpaksa bersaing memperebutkan warisan berupa sebuah guest house milik Dahlan (Yayu Unru), ayah mereka.
Pasalnya, ketiga saudara ini sedang dilanda ketidakberuntungan dalam hidupnya. Melihat kesempatan tersebut, mereka bertiga pun bertekad untuk menjadi pengurus guest house milik ayahnya dengan harapan bisa mengubah nasibnya masing-masing.
Ada Adam (Oka Antara), anak sulung yang menyalahkan sikap keras ayahnya untuk kegagalan-kegagalan hidupnya. Laras (Indah Permatasari), anak tengah berjiwa independen dan idealis yang sedang mencari donatur untuk yayasan panti jomponya. Kemudian ada si bontot Dicky (Ge Pamungkas), kesayangan ayahnya yang dimanja sejak kecil, tumbuh sebagai pemakai narkoba.
Keputusan untuk siapa yang menggantikan Dahlan ada di tangan para karyawan guest house. Mereka adalah orang-orang yang akan melakukan pemungutan suara, memilih mana dari tiga anak Dahlan yang layak mengisi kursi kepemimpinan Salma Guest House.
Komedi sehari-hari
Sejak awal, Acho serta jajaran orang yang mendampinginya sudah menjanjikan bahwa ‘Gara-Gara Warisan’ akan menjadi film komedi Lebaran yang siap mendatangkan tawa selebar-lebarnya. Ia pun menepati janji tersebut dengan mempersembahkan film yang penuh akan lelucon.
Acho tahu betul jenis komedi seperti apa yang sedang ramai di masyarakat. Tanpa menyudutkan satu pihak atau menyinggung hal-hal yang kelewat batas, seluruh lelucon di ‘Gara-Gara Warisan’ terasa sangat dekat alias sering dijumpai dari mulut-mulut orang di sekitar kita.
Memang, masih ada beberapa kali guyonan yang ambigu. Namun, hal itu tidak serta merta menjadi nilai minus untuk ‘Gara-Gara Warisan’, sebab penyampaiannya pun tidak dilakukan terus-menerus. Tidak ada jokes yang monoton di film ini.
Satu keputusan Acho yang harus diapresiasi adalah membuat para karyawan Salma Guest House sebagai lumbung komedi di film ini. Ada Aci (Resti Wiwin), Ijul (Lolox), Aceng (Ence Bagus), dan Dicky (Difie Umar) yang mampu melahirkan sebuah kesan tersendiri karena banyolan mereka benar-benar sukses mengocok perut selama film berlangsung.
Jalan cerita dijelaskan secara detail
Sejak film dimulai, ‘Gara-Gara Warisan’ sudah mengawalinya dengan background story yang lengkap. Tidak diceritakan secara berbelit, cukup selama beberapa menit agar penonton tahu bahwa ini merupakan fondasi yang kelak akan membentuk karakter para kakak beradik.
Kakak beradik ini juga sebenarnya memiliki jalan hidup yang tidak jauh berbeda. Mereka semua sedang dilanda masa sulit karena beberapa alasan tertentu. Seperti Adam yang hidup biasa-biasa saja sebagai seorang call center, namun harus selalu memenuhi kebutuhan istrinya, Rini (Hesti Purwadinata), menjadi seorang influencer media sosial.
Ada juga Laras yang kekeuh ingin mencari donatur untuk panti jompo miliknya setelah ditinggal donatur lama. Kemudian Dicky yang dimanja sejak kecil akhirnya malah lari menjadi pemakai narkoba bersama pacarnya, Vega (Sheila Dara)
Semua watak dan kepribadian itu terbentuk oleh latar cerita yang diceritakan secara detail, membuat penonton tidak perlu mengira-ngira dari mana keputusan-keputusan yang mereka buat berbekal dari mana.
‘Gara-Gara Warisan’ juga tidak serta merta menjejeli penonton dengan aksi Adam, Laras, dan Dicky terus-terusan. Acho membagi peran setiap karakter di film ini secara pas, di mana porsi yang didapat pemeran di film ini tidak lebih dan tidak kurang. Semua sesuai dengan kebutuhan adegan pada saat itu.
Hal itu terlihat dari pemeran pasangan para kakak beradik yang kerap berperan serta dalam keputusan yang dibuat oleh pasangannya.
Mereka adalah suara kedua yang tidak boleh dilewati, menguatkan pesan bahwa dalam berhubungan dan berkeluarga harus bisa saling terbuka satu sama lain, bertukar pikiran mencari solusi yang terbaik dari situasi yang sedang dihadapi.
Terlena dengan komedi, (sedikit) melupakan cerita dramanya
‘Gara-Gara Warisan’ sudah dari awal menyinggung bahwa ada masalah pribadi antara satu sama lain yang tak kunjung terselesaikan selama bertahun-tahun. Masalah itu termasuk keputusan Dahlan menikah dengan istri baru bernama Astuti (Ira Wibowo) yang tidak pernah disetujui oleh Laras.
Namun, ketegangan antara para anggota keluarganya tak sering disinggung lagi di banyak adegan paruh pertama film. ‘Gara-Gara Warisan’ larut dalam komedinya, melupakan bahwa ada cekcok yang harus dirampungkan.
Ketika film akhirnya selesai mengocok perut penonton habis-habisan, tone dari ‘Gara-Gara Warisan’ tiba-tiba berbubah jadi serius dengan sangat drastis.
Suasana menjadi sangat kelam, bahkan para karyawan Salma Guest House yang menjadi bintang paruh pertama film tiba-tiba hilang begitu saja.
Akting kuat ditopang dengan musik yang tepat
Tak hanya Acho yang melakukan debut di film in, Oka Antara juga baru pertama kali berperan di film drama komedi setelah sebelumnya banyak bergelut di film action. Hasilnya ternyata cukup memuaskan. Oka bisa beradaptasi dengan baik bersama para aktor dan aktris yang sudah lama berkecimpung di film komedi.
Indah Permatasari juga sama apiknya memancarkan kebencian ke orang-orang yang tidak dia sukai. Tatapan dan amarah seorang Laras terasa betul, emosinya terpancar tajam menunjukkan ketikdasukaan yang mendalam.
Ge Pamungkas sebagai si bontot yang problematik juga layak mendapatkan jempol. Perjuangan dia memerangi adiksinya beberapa kali terpandang dari usahanya menjauhi obat-obat terlarang. Dicky hanyalah seorang anak kesayangan ayahnya yang terlalu sering dimanja, kebetulan tercebut ke kolam yang kotor.
Semua keindahan dari seni peran ‘Gara-Gara Warisan’ didukung denga alunan musik yang muncul di saat-saat tepat. Ketepatan tersebut menambah rasa yang penuh emosi ketika para pemeran utama dihadapi dengan berbagai macam situasi. Pergerakan kamera juga diambil dengan cermat, memperlihatkan keseluruhan masalah dari lansekap yang lebih luas.
Kesimpulan
Akhir kata, ‘Gara-Gara Warisan’ adalah debut manis bagi seorang Muhadkly Acho. Sebagai penyusun naskah, Acho bisa memberi porsi yang pas kepada para pemeran dan memberikan cerita yang penuh komedi, namun tetap meninggalkan kesan drama yang sama berbobotnya.
Beberapa kekurangan memang sedikit mencoreng jalannya cerita ‘Gara-Gara Warisan’, tetapi dengan akting yang jempolan, film ini bisa tertolong dengan mudah.
Director: Muhadkly Acho
Cast: Oka Antara, Indah Permatasari, Ge Pamungkas, Yayu Unru, Ira Wibowo, Ernest Prakasa, Sheila Dara, Lukman Sardi, Lydia Kandou, Aci Resti, Lolox, Ence Bagus, Dicky Difie, Tanta Ginting, Hesti Purwadinata
Duration: 119 minutes
Score: 7.6/10
WHERE TO WATCH
The Review
Gara-Gara Warisan
Tiga bersaudara yang tidak pernah akur terpaksa bersaing memperebutkan warisan berupa sebuah guest house milik Dahlan (Yayu Unru), ayah mereka. Adam (Oka Antara), anak sulung yang menyalahkan sikap keras ayahnya untuk kegagalan-kegagalan hidupnya. Laras (Indah Permatasari), anak tengah yang berjiwa independen dan idealis. Dan Dicky (Ge Pamungkas), anak bungsu kesayangan ayahnya yang dimanja sejak kecil dan tumbuh sebagai pemuda yang bengal. Siapakah yang akan menjadi ahli waris pilihan? Perseteruan, dengki, dan dendam-dendam masa lalu, semua terungkap, GARA-GARA WARISAN.