“If the embodiment of power, wealth and intelligence are women (Durga, Lakshmi, Saraswati), then why do men have such an ego?”- Gangubai Kathiawadi
Salah satu film yang ditunggu-tunggu di tahun 2022 oleh para penikmat film India, ‘Gangubai Kathiawadi‘ akhirnya ditayangkan ke publik pada Jumat, 25 Februari 2021 lalu. Rilis film tersebut di Indonesia juga berbarengan dengan waktu penayangannya di India sana. Gangubai, ditayangkan melalui jaringan bioskop, XXI, CGV dan Cinepolis.
‘Gangubai Kathiawadi’ menceritakan perjalanan hidup Gangubai Harjivandas atau juga yang dikenal sebagai Gangubai Kothewali atau Gangubai Kathiawadi, pemilik rumah bordil di daerah Kamathipura pada era tahun 1960-an yang kemudian menjadi “penguasa” di daerah tersebut.
Diadaptasi dari “The Matriarch of Kamathipura”, sebuah bab dalam novel “Mafia Queens of Mumbai: Stories of Women from The Ganglands”. Sebuah antologi kriminal dari Hussain S. Zaidi yang ditulis bersama Jane Borges pada tahun 2011.
Sinopsis Film
Lahir dari keluarga seorang pengacara di Kathawadi, Ganga Harjivandas (Alia Bhatt) bercita-cita menjadi aktris Bollywood. Dia jatuh cinta dengan Ramnik Lal (Varun Kapoor) yang berjanji untuk mendapatkan pekerjaannya sebagai aktris. Keduanya kawin lari dan datang ke Mumbai. Ternyata Ramnik menipunya lalu membuat kesepakatan untuk menjual Ganga ke rumah bordil di Kamathipura, Mumbai. Film ini bercerita tentang seorang gadis muda yang dipaksa menjadi pelacur hingga menjadi penguasa di Kamathipura.
Narasi Linier dan Lambat
Film ini dibuka lewat jendela waktu masa sekarang, kedatangan seorang perempuan muda yang dijual ke rumah bordil mengingatkan Gangubai Kathiawadi akan masa lalunya sendiri. Kemudian dengan cepat adegan berpindah tempat dan waktu ke masa lalu, ketika Gangubai muda pertama kali datang di distrik lampu merah tertua Mumbai, bernama Kamathipura.
Sanjay Leela Bhansali memakai pola waktu linier diantara waktu masa kini dan masa lalu untuk menyampaikan narasi dari perjalanan hidup Gangubai. Dengan memakai pendekatan tersebut, audiens dengan lebih cepat dan mudah memahami tentang latar belakang dan karakter dari Gangubai Kathiawadi. Dan bagaimana ia bertransformasi dari seorang gadis yang putus asa karena dipaksa menjadi pekerja seks dan selanjutnya menjadi seorang aktivis pemberani yang memperjuangkan hak-hak legal pekerja seks.
Sanjay juga membangun narasi dalam film ini secara lambat, untuk menunjukkan perubahan karakter Gangu melalui berbagai tahapan dalam hidupnya. Dari seorang gadis remaja yang pasrah menerima nasibnya sebagai pekerja seks, lalu bertekad untuk mengubah nasibnya dan menjadi Gharwali (Pemilik atau Nyonya rumah bordil), kemudian menjalin relasi dengan bos mafia lokal untuk memperluas pengaruhnya sampai pada akhirnya menjadi penguasa daerah Kamathipura.
Secara garis besar kisah Gangubai dibagi menjadi dua bagian, paruh pertama adalah tentang perjalanan awal hidup dari gadis yang bernama Ganga, kemudian berubah nama menjadi Gangu setelah tiba di Kamathipura dan akhirnya menjadi Gangubai, sedangkan paruh keduanya adalah kisahnya bagaimana ia membangun kepribadiaannya sebagai perempuan tangguh dan menjadi ratu mafia yang berwibawa.
Penampilan Mengesankan dari Alia Bhatt
Alia Bhatt sebagai karakter utama di sini, menampilkan pertunjukan yang mengesankan, Alia sebagai Gangubai tampil sebagai perempuan yang tidak dapat mengubah nasibnya tetapi tidak melepaskan mimpinya. Seorang perempuan yang keras kepala, yang tidak malu dengan masa lalunya, tidak menyesali latar belakangnya. Dan tahu tentang kekuatan dalam dirinya sebagai seorang perempuan dan akhirnya menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan terutama ketika ia menyuarakan hak-hak perempuan yang tidak berani membuka suaranya.
Melalui diksi, dialek dan ekspresi Alia menyampaikan emosi kemarahan, kesedihan, ketidakberdayaan dan kebahagiaan dengan cukup mengesankan dan mampu memancing reaksi emosional bagi yang menontonnya.
Sementara itu untuk peran pendukung lainnya, seperti Vijay Raaz yang kebagian peran sebagai Razia Bai, seorang transgender yang menjadi lawan Gangubai dalam perebutan kekuasaan di daerah Kamathipura, Raaz tampil brilian. Dari gaya berjalan, ekspresi dan penyampaian dialog yang dilakukan Raza cukup mengesankan dan terkadang membangkitkan emosi audiens. Dan peran pendukung lainnya yang dilakukan oleh aktor veteran Ajay Devgan sebagai bos mafia Rahim Lala, walau dia hanya tampil sebagai cameo cukup meninggalkan kesan yang kuat.
Tone warna-warna lembut
Sanjay telah berhasil berhasil menciptakan kembali suasana kota Bombay (sebelum berganti nama menjadi Mumbai-red), khususnya di distrik lampu merah Kamathipura. Suguhan visual tersebut menangkap periode waktu dari pertengahan tahun 1950-an sampai tahun 1960-an.
Tone warna Kamathipura dibasuh lewat warna-warna lembut, perpaduan dari warna putih gading, biru pastel, krem dan hijau zaitun. Sehingga meninggalkan kesan tentang Kamathipura seperti dunia lain dan klasik, sementara itu di salah satu adegan tentang pemadaman listrik di daerah Kamathipura yang hanya diterangi lilin, di mana pekerja seks merayu calon pelanggan di jalan memberikan kesan sinematik yang mendalam.
Sisi kontroversi yang tidak dibahas lebih mendalam
Dengan berbagi kelebihan tersebut, film ini juga terasa bias karena kisah Gangubai selain menginspirasi tapi juga memilukan. Gangubai adalah seorang mantan pekerja seks, pengusaha rumah bordil dan bos mafia, tokoh kontroversial yang berasal dari Kathiawar, dan Sanjay tidak mengupas secara lebih mendalam tentang sisi-sisi lain dari kehidupan Gangubai.
Posisi Gangubai saat itu sebagai seseorang yang mengelola jasa pelayanan seksual di era 60-an atau ratu mafia yang prosesnya juga pasti dilaluinya lewat kekerasan, konflik dan intrik untuk membungkam pesaing-pesaingnya. Sanjay hanya menyajikan bingkai positif dari Gangubai tentang kebangkitan perempuan yang tidak berdaya yang lalu menjelma menjadi aktivis sosial dalam film ini.
Selain itu Gangubai juga tidak memberikan gambaran yang lengkap tentang bagaimana hubungan antara Gangubai dengan keluarganya. Atau mungkin juga akan lebih menarik lagi jika kisah cinta antara Ramnik dan Ganga bisa digambarkan sedikit lebih baik lagi. Bagaimana ia bertemu dengan Ramnik dan saling jatuh cinta, hingga Ganga lalu memutuskan untuk meninggalkan keluarganya, di bagian ini Sanjay kurang memberi perhatian latar cerita yang lengkap.
Dan yang menjadi kekurangan lain lagi adalah rias wajah Alia Bhatt, ketika dia memerankan Gangga pada saat remaja atau ketika dia telah berusia dewasa, Alia terlihat hampir sama. Meskipun gaya rambut dan kostumnya berubah tetapi riasan prostetiknya harusnya bisa menjadi jauh lebih baik sehingga membuat Alia terlihat jauh lebih dewasa dan pada gilirannya terlihat tua.
Kesimpulan
‘Gangubai Kathiawadi’ adalah kisah perjalanan gadis muda yang dilecehkan, dieksploitasi hingga menjadi penguasa arenanya. Dan di balik segala kontroversinya, Gangubai membuat pesan dan renungan tentang isu-isu hak perempuan pekerja seks dan anak-anak mereka, Gangubai juga turut memperjuangkan hak anak-anak dari pekerja seks agar mendapatkan pendidikan yang layak dan pelayanan kesehatan yang memadai.
Jika kita melihatnya secara manusiawi, film ini tentunya memberikan kita pandangan untuk setidaknya tidak melecehkan dan memusuhi para pekerja seks.Sama kita melihat tentang tokoh Gangubai itu sendiri, setidaknya kita bisa melihat mana tindakannya yang baik, tidak memujanya tapi tidak juga memusuhinya.
Director: Sanjay Leena Bhansali
Cast: Alia Bhatt, Ajay Devgn, Huma Qureshi, Seema Pahwa, Vijay Raaz, Jim Sarbh, Chhaya Kadam, Mitali Jagtap, Indira Tiwali, Shantanu Maheswari
Duration: 157 minutes
Total Score: 7.7/10
WHERE TO WATCH
The Review
Review Gangubai Kathiawadi
Gangubai Kathiawadi bercerita tentang seorang gadis muda bernama Ganga Harjivandas yang dipaksa menjadi pelacur hingga menjadi penguasa di Kamathipura.