“The people on this plane… I want them all to die.” – Ryu Jin-seok (Emergency Declaration).
Disutradarai oleh Han Jae-rim, Emergency Declaration adalah film bergenre disaster mendatang tentang bencana virus biologis, yang muncul ketika ancaman teroris terjadi dalam penerbangan.
Film ini pertama kali diputar pada kategori Out of Competition di Festival Film Cannes ke-74 pada 16 Juli 2021. Selain sukses menembus ajang bergengsi di dunia perfilman, ‘Emergency Declaration’ juga dibintangi oleh aktor dan aktris papan atas Korea Selatan, termasuk Song Kang-ho yang baru-baru ini muncul dalam film ‘Broker’ dan pernah membintangi film pemenang Oscar, ‘Parasite’.
Di Korea Selatan, film tersebut telah rilis pada tanggal 3 Agustus, sedangkan di Indonesia, ‘Emergency Declaration’ akan hadir pada 16 Agustus 2022 mendatang.
Sinopsis
Di suatu hari yang ramai, seorang pemuda mencari tiket penerbangan tanpa tahu arah dan tujuan. Sementara itu, ada sebuah kabar terror yang tersebar di media sosial, bahwa akan ada pembunuhan masal yang dilakukan di sebuah pesawat. Menganggap hanya lelucon, pemerintah mengabaikan peringatan tersebut.
Sayangnya, terror yang disebarkan benar-benar terjadi. Ketika penerbangan menuju Hawaii menembus udara, nyawa para penumpang terancam bahaya. Meski ada beberapa orang handal, namun kejadian fatal ini sepertinya tak bisa dihindari.
Sebuah pesawat terpaksa menyatakan keadaan darurat ketika teror yang belum pernah terjadi sebelumnya, muncul dalam penerbangan.
Ketegangan yang terus terjaga hingga akhir cerita
Sejak pertama kali, Emergency Declaration telah menawarkan beberapa keanehan yang menimbulkan ketegangan. Adegan di awali dengan seorang pemuda bernama Jin-seok (Yim Si-wan) yang tiba-tiba merasa marah karena tidak boleh mengetahui pesawat mana yang ramai ditumpangi. Kesal, ia pun pergi ke toilet dan tanpa sengaja bertemu Jae-hyeok (Lee Byung-hun) dan anaknya.
Jin-seok sendiri ternyata merupakan psikopat mantan karyawan di sebuah perusahaan farmasi, yang berniat untuk melakukan terror di sebuah pesawat. Melalui metode yang menyakitkan, ia berusaha mengelabui petugas bandara agar barang yang dibawanya bisa lolos tak terdeteksi.
Cerita pun mulai dibangun secara perlahan. Tampaknya, sang sutradara tidak terburu-buru menampilkan karakter/peran para jajaran bintang yang ada dalam film tersebut. Ketegangan juga dihadirkan melalui serangkaian aksi gila Jin-seok, yang dengan berani mengeluarkan virus percobaan ke dalam pesawat.
Tidak bisa pergi kemanapun, para penumpang mulai merasa panik saat diketahui bahwa ada seseorang yang sudah meninggal akibat virus tersebut. Detail demi detail dihadirkan agar penonton dapat melihat bagaimana jalannya virus itu menyebar. Mulai dari kesengajaan hingga lewat makanan, proses penyebaran juga semakin cepat karena kondisi sirkulasi udara di pesawat. Berbagai faktor sukses membuat para penonton menahan nafas ketika menyadari akan ada korban-korban selanjutnya.
Menyindir kehidupan individualis manusia
Melihat bagaimana pandemi sangat berdampak pada kita semua, agaknya Emergency Declaration ini cukup menjadi cerminan tentang kondisi moralitas manusia ketika terjebak dalam keadaan bencana. Jika pada awalnya film tersebut hanya menyajikan jalan cerita penuh ketegangan, namun menuju akhir film, kita akan menyadari bahwa Emergency Declaration adalah sajian tayangan yang sangat menyentuh.
Sungguh pengalaman yang menampar, ketika penonton melihat bagaimana film tersebut membuang moralitas dan etika jika sudah bersinggungan dengan nyawa mereka masing-masing. Semuanya takut, panik, dan ingin menyelamatkan diri. Tidak ada topeng palsu untuk menutupi keputus-asaan mereka.
Tidak lupa, dilema pemerintah yang harus memikirkan nasib penduduknya. Sekali lagi, sang sutradara seakan ingin menjelaskan bahwa tidak ada yang salah dan benar di film ini. Baik pemerintah hingga masyarakat yang mendukung pendaratan atau pun menolaknya, memiliki alasan masing-masing.
Munculnya sosok pahlawan
Pahlawan tidak harus memiliki kemampuan hebat atau kostum bagus untuk mendukung aksi mereka. Pahlawan adalah orang yang bersedia mengorbankan nyawa demi keselamatan orang banyak. Jika sebagian besar film menyorot kejadian mengerikan tak berhenti di dalam pesawat, maka sebaiknya jangan lupakan peran detektif In-ho (Song Kang-ho) yang memperjuangan mereka selama di darat.
Karakternya dibuat dengan sempurna. Ia adalah sosok ayah yang mencoba menenangkan anaknya, sementara begitu tegas melindungi istri dari bahaya yang mengancam. Berakhir miris, namun akan ada korban yang jauh lebih besar tanpa pengorbanan dirinya.
Terbang tak tahu arah di langit yang berbintang
Ruang sempit bukanlah kendala untuk memberikan visualisasi yang menarik bagi para penonton. Dibuka dengan suasana cerah dan ramai, ‘Emergency Declaration’ justru ditutup dengan akhir yang sepi dan gelap. Beberapa adegan dikemas secara apik, seperti senja di pesawat yang terlihat indah – padahal nyawa para penumpang sedang berada di tepi jurang.
Tone yang gelap juga sukses menambah ketegangan selama film. Meski berada di langit berbintang dengan pemandangan bersinar kota-kota besar, sang pilot pengganti justru tengah bersiap merelakan diri agar tak diselamatkan.
Kesimpulan
Emergency Declaration adalah sebuah sajian segar dan menarik, yang penuh ketegangan sekaligus menyentuh hati. Dibintangi oleh deretan pemain terkenal Korea Selatan, tidak heran jika film ini sangat dinantikan oleh para penggemar.
Meski akting dan jalan cerita dibuat cukup apik, namun sinematografi film ini masih kurang memuaskan jika dibandingkan dengan film Broker dan Decision to Leave, yang juga masuk ke ajang Cannes.
Director: Han Jae-rim
Cast: Song Kang-ho, Lee Byung-hun, Jeon Do-yeon, Nam-gil Kim, Yim Si-wan
Duration: 147 minutes
Score: 7.6/10
WHERE TO WATCH
The Review
Emergency Declaration
Teror biologis menyerang sebuah pesawat yang sedang terbang, membuat negara dilema untuk melakukan pendaratan darurat.