“Keheningan yang begitu kuat, bagai suara dari alat bantu dengar yang mengisi ruangan,” – Oto Kafuku (Drive My Car).
Setelah kemenangan ‘Parasite’ yang mengharukan di Oscar 2020, kali ini Asia kembali memberikan film terbaik di ajang Oscar 2022. Di tahun ini, ‘Drive My Car’ berhasil mendapatkan empat nominasi Oscar, termasuk kategori Best Picture, Best Director, Best Adapted Screenplay, dan Best International Film.
Film drama Jepang tahun 2021 ini ditulis dan disutradarai oleh Ryusuke Hamaguchi dan merupakan adaptasi dari salah satu judul di dalam cerita pendek karya penulis Haruki Murakami, berjudul Men Without Women.
Sebelumnya, ‘Drive My Car’ telah tayang di ajang Festival Film Cannes dan kemudian mendapatkan banyak penghargaan, sebut saja Best Screenplay di Cannes, Best Picture di ajang Los Angeles Film Critics Association, Best Film di ajang National Society of Film Critics Awards, dan Best Film di New York Film Critics Circle Awards.
Dibintangi oleh Hidetoshi Nishijima, Toko Miura, Reika Kirishima, Masaki Okada, dan beberapa bintang lain, ‘Drive My Car’ merupakan film indah yang indah, namun penuh dengan luka.
Sinopsis
‘Drive My Car’ berkisah tentang kehidupan seorang aktor dan sutradara panggung yang terkenal, Yusuke Kafuku (Hidetoshi Nishijima). Sepulang bekerja, ia menemukan istrinya, Oto Kafuku (Reika Kirishima), sudah pingsan hingga kemudian dinyatakan meninggal akibat pendarahan otak. Hidupnya yang semula damai, kemudian berubah menjadi kesedihan.
Dua tahun berlalu, Yusuke diminta untuk menjadi pengarah produksi sandiwara panggung Uncle Vanya adaptasi Anton Chekov. Dalam kesempatan tersebut, ia bertemu dengan sopir perempuan muda bernama Misaki Watari (Toko Miura) yang diutus untuk mengantar dan menjemputnya selama berada di Hiroshima. Baik Yusuke maupun Misaki lamban-laun mulai menerima keberadaan mereka masing-masing.
Selain Misaki, Yusuke juga dipertemukan kembali oleh Takatsuki (Masaki Okada) yang merupakan teman satu kantor Oto sewaktu masih hidup sebagai penulis skenario. Secara sadar, keduanya mulai membuka diri tentang rahasia-rahasia yang berkaitan dengan istirnya. Melalui pertemuan-pertemuan inilah, Yusuke kemudian mencoba untuk menerima masa lalu dan mulai menata hidupnya setelah kehilangan cinta sejatinya.
Manipulasi kisah cinta
Di awal film, disajikan adegan ranjang dengan narasi indah yang disuarakan oleh Oto. Keduanya saling memadu kasih dalam gelap, seakan sang sutradara ingin memberi tahu keintiman dari pasangan tersebut. Baik Yusuke dan Oto terlihat saling menyayangi di tengah dialog yang mereka lakukan.
Yusuke dengan nyaman hidup bersama Oto, hingga tidak terlihat masalah atau konflik di antara keduanya. Sebagai seorang penulis skenario televisi dan aktor panggung, mereka terlihat cocok bersama karena keduanya saling mengisi rutinitas satu sama lain. Sebagai tim kreatif, Oto dan Yusuke terlihat jelas memiliki pemikiran liar sebagai bukti dari pekerjaannya yang membutuhkan cerita-cerita gila namun luar biasa. Pada fase awal, keduanya sangat menunjukkan kasih sayang dan saling mendukung.
Tak selamanya indah, Yusuke kemudian menemukan Oto tengah bercinta di rumah mereka dengan rekan kerjanya. Anehnya, diperlihatkan bahwa Yusuke hanya terdiam lalu pergi tanpa mengatakan atau menghentikan keduanya. Seakan tak terjadi apapun, ia pergi keluar dan menenangkan diri kembali ke hotel. Mungkin yang menjadi pertanyaan besar di film ini adalah, apakah Yusuke benar-benar mencintai Oto? Atau mereka hanya saling terikat dan terkait karena terlalu sering bersama?
Esoknya, Yusuke bersikap seakan tidak mengetahui apapun, begitupun dengan Oto yang kembali menyuarakan isi hatinya dan berkata bahwa ia mencintai Yusuke. Namun, lambat laun Oto mungkin menyadari kesalahan yang diperbuatnya, dan memutuskan untuk berbicara dengan Yusuke. Sayangnya, Oto harus mengalami pendarahan otak hingga akhirnya meninggal dunia.
Kisah cinta berakhir, kembali ke masalah selanjutnya.
Apakah berdiam diri itu emas?
Seperti yang diutarakan Yoon-su (Jin Dae-yeon), bahwa ia merasa berdiam diri itu emas. Namun, apakah hal tersebut berlaku untuk Yusuke?
Kebungkaman terhadap masalahnya dengan sang istri membuka pertanyaan-pertanyaan baru bagi dirinya dan beragam penyesalan yang ia pendam. Melalui sorot mata yang kosong, Yusuke sering memasrahkan diri pada keadaan dan berharap segalanya tidak pernah berubah.
Begitupun Misaki yang pada awalnya mungkin terlihat tidak berperan dalam film ini. Sosoknya yang pendiam menambah pudarnya peran Misaki sebagai seorang pemandu perjalanan Yusuke. Namun, sesunggunya Misaki selalu ada, meski tak pernah berbicara. Ia seakan hanya bisa terlihat oleh orang-orang tertentu yang memahami dirinya.
Keduanya memiliki kesamaan, baik Misaki dan Yusuke. Mata sedih yang mereka miliki tak bisa berbohong untuk menutupi kekosongan yang selama ini mereka rasakan, selepas kehilangan sosok penting dalam kehidupannya masing-masing.
Pada akhirnya, Misaki dan Yusuke saling berbagi pedih yang mereka rasakan. Membuat peran Misaki menjadi lebih berarti dibandingkan sebelumnya, begitupun Yusuke. Selama mereka selalu bersama mendengar dialog yang Oto narasikan, keduanya merefleksikan diri tentang kehidupan yang mereka jalani. Menjelaskan bahwa keduanya hanya butuh bersuara, butuh teman, dan butuh lebih lapang untuk menerima keadaan.
Perang dingin dengan Takatsuki
Takatsuki yang sudah memiliki reputasi buruk di mata Yusuke, dengan berani muncul dihadapannya sebagai salah satu peserta. Hal ini membangkitkan masa-masa kelam bagi Yusuke, yaitu ketika Takatsuki berselingkuh dengan sang istri, Oto. Namun seperti biasa, Yusuke hanya diam dan memancarkan aura mematikan serta rasa tidak suka yang sangat jelas bagi Takatsuki.
Meski sudah merasa tidak nyaman, Takatsuki kerap muncul membahas hal-hal berkaitan dengan Oto. Membuat keduanya akhirnya mengakui perasaan masing-masing. Meski sudah mencoba profresional, terlihat jelas Yusuke kerap membuat Takatsuki merasa bersalah, dengan segala macam nasihat yang ia lontarkan hingga teguran yang tak pandang bulu.
Peran Takatsuki mungkin akan terkesan sebagai sosok antagonis penghancur keluarga bahagia, namun masih ada cerita lain yang disembunyikan Yusuke kepada penonton.
Bukan hanya dengannya, Oto ternyata memang sudah sering bercinta dengan rekan kerja untuk meningkatkan daya imajinasinya. Setiap mengalami kebuntuan, Oto akan bercinta sambil menceritakan kisah-kisahnya yang perlu diingat oleh pasangannya tersebut. Dalam kebungkamannya, semakin lama Yusuke sadar bahwa narasi yang diceritakan Oto merupakan kisahnya sendiri.
Tak disangka, Takatsuki justru membuka pemikiran Yusuke secara lebih mendalam lagi. Ia mempertanyakan apakah selama ini kebungkaman Yusuke menjadi penyelamat hubungannya, atau justru menjadi bom waktu yang akan meledak. Seperti yang ia ungkapkan, seberapa dekat Yusuke dengan Oto, seberapa besar rasa cinta keduanya, mereka tidak akan pernah mengetahui isi hati pasangannya sendiri.
Tiga jam yang tak menyesakkan
Seperti biasa, Jepang dengan jalan ceritanya yang lamban ditambah detail-detail yang tidak perlu kerapkali mengisi film atau serialnya. Namun di ‘Drive My Car,’ elemen-elemen tersebut dibuat dengan indah sekaligus misterius sehingga penonton tidak bosan untuk menikmati layar kaca. Setiap gerakan pemain, sorot kamera, sinematografi, hingga tone warna, dibuat untuk menjelaskan sesuatu, menggambarkan perasaan dan meminta perhatian agar rasa sakit dan kehilangan mereka dapat diketahui.
Meski sedikitnya dialog dalam film ini, ‘Drive My Car’ tidak membuat bosan berkat keahlian sang sutradara membuat menit-menit berlalu lewat plot cerita yang dikemas sebaik mungkin. Secara perlahan, ketegangan dibangun tanpa terduga. Mulai ketika Oto dan Yusuke selalu berbahagia, lalu ditemukan bercinta dengan rekan kerja, kemudian meninggalkan Yusuke dan masalahnya yang tak terucap, hingga penyerahan diri kepada keadaan dan mengakui perasaan Yusuke atas rasa sedih dan marah yang ia alami.
Sama halnya dengan Yusuke, pertemuannya dengan Misaki menjadi cerita yang perlahan membuat kita sadar untuk selalu melihat semuanya dalam sudut pandang yang luas. Setiap orang memiliki cerita, kisah, dan masalahnya sendiri. Yusuke dan Misaki menjadi dua orang tersesat dalam pemikirannya masing-masing.
Tidak hanya segi cerita, film ini juga memuaskan secara sinematografi. Melalui keheningan yang memilukan, sang sutradara seakan membalasnya dengan pemandangan indah namun sendu. Kota Hiroshima yang lengang, menjadi gambaran perasaan mereka yang kosong.
Kesimpulan
‘Drive My Car’ secara luar biasa menjadi film yang patut diperhitungkan sebagai juara dalam Academy Awards mendatang. Narasi yang misterius dan puitis, sinematografi yang indah, serta emosi yang apik dibawakan oleh para pemain, membuat film ‘Drive My Car’ sarat akan makna yang mendalam tentang cinta dan kehilangan.
Rasanya, 1000 karakter tidak akan mampu menggambarkan betapa emosionalnya film ini. Maka dari itu, rasakan sendiri pengalaman luar biasa ketika menonton ‘Drive My Car’, hanya di KlikFilm di bulan Maret ini.
Director: Ryusuke Hamaguchi
Cast: Hidetoshi Nishijima, Toko Miura, Reika Kirishima, Masaki Okada, Park Yu-rim, Jin Dae-yeon, Sonia Yuan, Satoko Abe.
Duration: 179 minutes
Score: 7.8/10
WHERE TO WATCH
The Review
Drive My Car
‘Drive My Car’ berkisah tentang kehidupan seorang aktor dan sutradara panggung yang terkenal, Yusuke Kafuku (Hidetoshi Nishijima). Sepulang bekerja, ia menemukan istrinya, Oto Kafuku (Reika Kirishima), sudah pingsan hingga kemudian dinyatakan meninggal akibat pendarahan otak. Hidupnya yang semula damai, kemudian berubah menjadi kesedihan.