Mungkin banyak kisah cinta indah di dunia, tapi kisah gua dan Adam adalah kisah cinta favorit, – Amora (Bukan Cinderella).
Tayang sejak 28 Juli kemarin, film ‘Bukan Cinderella’ menjadi salah satu film menarik lainnya yang bisa masuk ke dalam list tontonan minggu ini. Film debut pemain utama Fujianti Utami sebagai Amora ini mengambil kisah dongeng Cinderella, yang tentunya dibawakan secara jauh berbeda dan segar.
Film ini sendiri merupakan hasil adaptasi dari novel Wattpad dengan judul yang sama karya Dheti Azmi, sementara film nya di garap oleh suradara Adi Garin. Untuk diketahui bersama, film ini dibintangi oleh para bintang muda seperti Rafael Adwel sebagai Adam, Gusti Rayhan sebagai Juna, Annette Edoarda sebagai Eka, Claudy Putri sebagai Dinda, Raisya Bawazier sebagai Sasa.
Sinopsis
Amora Olivia (Fujianti Utami) merupakan seorang gadis SMA yang sangat gigih dalam menggapai impiannya. Setelah menyimpan cukup lama, Amora berhasil membeli sepatu impiannya. Suatu hari, Amora menyadari bahwa salah satu pasangan sepatunya telah tertukar dengan sepatu milik orang lain yang tidak diketahui siapa pemiliknya.
Amora pun berusaha untuk mencari sepatu kesayangannya itu, hingga berteriak sepanjang koridor sekolah dan membuat keributan. Namun, sepatu yang didapatkan, Amora justru harus berhadapan dengan Ketua OSIS yang angkuh bernama Adam Wijaya (Rafael Adwel).
Bagaimana Amora bisa menemukan sepatunya tersebut? Apakah Adam akan membantunya menemukan sepatu tersebut?
Anak Unggulan vs Anak Buangan
Mengambil kisah di SMA, mungkin di Indonesia sudah tidak asing lagi dengan pembagian kelas di antara murid-murid. Kelas unggulan merupakan sebuah kelas yang berisi anak-anak unggulan berprestasi dan mudah di atur. Adam Wijaya sebagai ketua OSIS, masuk ke dalam kelas unggulan tersebut karena prestasinya juga.
Sementara Amora, dia termasuk ke dalam kelas buangan yang dimana kelas tersebut berisi anak-anak yang kurang berprestasi dan sering membuat onar. Antara kelas unggulan dan anak buangan ini sebenarnya sudah sering kali berkonflik karena perbedaan yang begitu jauh, sehingga sering kali anak kelas unggulan membuli anak buangan karena merasa paling hebat untuk berada di kelas tersebut.
Tema ini begitu dekat dengan remaja, bagaimana tidak? Beberapa sekolah masih menerapkan sistematika pembedaan kelas antara unggulan dan tidak. Beberapa anak kelas unggulan terkadang memang merasa dirinya paling di atas, sehingga membuat perbedaan sosial di antara kedua kelas. Amora sebagai pentolan kelas buangan sangat tidak suka dengan hal tersebut.
Namun karena kejadian pertukaran sepatu yang tidak di sengaja tersebut, Amora harus berurusan panjang dengan Adam dan tentunya anak-anak kelas unggulan yang begitu tidak menyukai dirinya. Konflik ini merupakan masalah utama awal mula Amora dan Adam bisa bertengkar hebat, hanya karena sepatu mereka tertukar secara tidak sengaja.
Benang Merah yang Kusut
Dua konflik utama yang terjadi antara Amora dan Adam ini sebenarnya masih belum bisa disimpulkan dengan baik. Banyak tujuan-tujuan yang di awal film kurang ditonjolkan pada klimaksnya, apalagi tentang sepatu tersebut. Untuk menyelesaikan konflik sepatu, konflik baru ditampilkan dan malah membuat rumit kisah yang ringan tersebut.
Konflik kedua tentang kelas unggulan dan kelas buangan, inilah bagian yang paling kusut selain kisah Adam dan Amora. Penyelesaian masalah ini sebenarnya masih begitu mengejutkan, namun mungkin itulah cara terakhir untuk bisa menyelesaikan masalah yang terbilang sederhana. Pandangan penggemar mungkin akan sedikit berbeda, namun secara keseluruhan bagian ini masih memiliki lubang besar di dalamnya.
Belum lagi ditambah para pemain tambahan yang belum begitu jelas digambarkan dengan baik, padahal memiliki potensi unik untuk di hadirkan sebentar. Fokus untuk penyelesain konflik belum bisa terlihat baik, bagaimana dengan kisah tambahan lainnya? Mungkin hanya akan memperlambat film tersebut berakhir.
Dengan benang merah yang masih kusut ini, konflik tersebut malah jadi terkesan monoton dan penyelesaian nya begitu lambat. Belum kisah-kisah lain yang coba ditambahkan sebagai bumbu, semuanya masih kurang maksimal untuk di sampaikan dalam sebuah film yang berdurasi 88 menit tersebut.
Kesimpulan
Hasilnya, film ini bukanlah suatu film yang masuk ke dalam kategori buruk dan tidak layak tonton. Namun, bagi para penggemar dan bagi penikmat film yang suka dengan jalan cerita yang ringan film ini masih cocok untuk di sebagai selingan hiburan.
Cerita yang sederhana, adegan-adegan yang kurang begitu mencerminkan “anak sekolahan”, hingga tata bahasa yang terlalu menggunakan bahasa anak gaul membuat film ini harus berpikir sekian kali lagi sebagai tayangan di bioskop. Mungkin opsi tayang di OTT seharusnya adalah langkah tepat yang ditempuh untuk sebuah film debutan dari Fuji tersebut.
Kisah cinta Cinderella masih masuk untuk dipertontonkan, akan tetapi belum bisa di eksekusi secara baik penyelesaian konfliknya. Sehingga film ini tidak akan berakhir menjadi film dengan eksekusi yang kurang matang, dan terasa monoton sepanjang durasinya yang cepat ini.
Tanpa harus menilai kualitas akting seseorang, film ini sudah menunjukkan secara jelas bagaimana kualitasnya sebagai sebuah film bioskop bersama dengan para pemain di dalamnya.
Director: Adi Garin
Cast: Fujianti Utami, Adi Garin, Rafael Adwel, Gusti Rayhan, Annette Edoarda, Claudy Putri, Raisya Bawazier, Damara Finch, Ahmad Pule, Fajar kibo, Febi Lora, Fauzan Azzam, Jesslyn Elvareta
Duration: 88 Minutes
Score: 5.4/10
WHERE TO WATCH
TBA
The Review
Bukan Cinderella
Amora (Fujianti Utami) gadis remaja SMA, penyuka beladiri jauh dari seanggun Cinderella dipertemukan oleh Adam (Rafael Adwel) atas ketidaksengajaan sepatu yang tertukar sebelah. Mereka terjebak dalam permainan cinta dari rencana sahabatnya namun berujung saling mencintai, bahkan mampu mengubah persahabatan kelas unggulan dengan kelas buangan yang sedari dulu bermusuhan, menjadi baik-baik saja.