Review Big Bug (2022)

Visi Jean-Pierre Jeunet Tentang Kecerdasan Buatan yang Berusaha Mendominasi Dunia

“They have no qualms about replacing us.” – Françoise (Big Bug).

 

Bagaimana jadinya, jika robot-robot dan kecerdasan artifisial berusaha mengambil alih kekuasaan dunia? Ketika manusia akhirnya hidup berdampingan dengan mesin-mesin dan berpikir bahwa mereka telah meringankan hidup manusia, disaat itulah mereka berencana mengambil alih dunia!

‘Bigbug’ adalah sebuah film fantasi fiksi ilmiah yang menggambarkan dunia masa depan yang cukup canggih dan menarik. Disutradarai oleh Jean-Pierre Jeunet, sutradara ternama asal Prancis yang terkenal lewat ‘Delicatessen’ (1991), dan ‘The City of Lost Children’ (1995), film ini mencoba memberikan gambaran, bagaimana teknologi-teknologi canggih hidup berdampingan dengan manusia. Mereka, yang merasa lebih superior, berusaha memanipulasi manusia dengan teknologi yang mereka kuasai. 

Dibintangi oleh Isabelle Nanty, Elsa Zylberstein, Claude Perron, Stephane De Groodt, Youssef Hajdi, Claire Chust, dan Francois Levantal, ‘Big Bug’ menjadi tontonan hiburan menyenangkan di tengah hiruk pikuk teknologi saat ini yang kian berkembang. 

Sinopsis

Di masa depan, teknologi dan manusia sudah hidup bersama, dan kecerdasan buatan ada dimana-mana. Segala kebutuhan dan keinginan manusia dari mulai yang sederhana sampai yang bersifat pribadi dan rahasia pun bisa mengandalkan para robot ini. 

© Netflix

Di sebuah rumah yang berisi beberapa robot dengan kemampuan yang berbeda-beda dan juga beberapa manusia yang tidak sengaja berada disana, tersandera di dalam rumah oleh robot-robot yang memiliki kendali rumah. Mereka mengunci para manusia karena ingin melindungi mereka dari Yonyx, android generasi terbaru yang mencoba mengambil alih. 

Para manusia yang diantaranya tidak begitu mengenal, keluarga yang bertengkar, tetangga yang mengganggu, dan si pemilik rumah yang patah hati pun berusaha sekuat tenaga mereka dan mencari cara agar bisa keluar dari rumah. 

Yonyx yang semakin kuat, dan robot robot di dalam rumah yang berusaha meniru manusia ini sangat mengkhawatirkan mereka yang ada di dalam. Apakah mereka berhasil keluar dan selamat dari para kecerdasan buatan ini?

Saat rumah Alice terlihat di layar, penonton sudah disajikan dengan peralatan dengan bentuk yang unik dan penuh warna. Estetika yang ditampilkan di rumah Alice entah bagaimana bisa mendukung lelucon dan sarkasme dari dialog para pemain, serta bagaimana “rumah masa depan” digambarkan.

Beberapa kecanggihan yang ditampilkan di film sebetulnya telah terjadi saat ini, seperti smart house yang menggunakan fitur suara untuk membuka pintu atau menyalakan TV, robot-robot yang bisa memasak sendiri, bahkan saat ini sudah ada kecerdasan buatan yang bisa diajak berkomunikasi secara langsung. 

Visualisasi yang cerah, didukung dengan tone warna film yang hangat, membuat film ini terlihat ceria namun mengerikan di sisi lain. Ekspresi para robot AI yang kaku membuat atmosfir thriller dalam film ini terjadi, selain dari “Homo Riddikulus” yang menjadi komedi tentang manusia yang diperbudak oleh kecerdasan buatan. 

Kecerdasan Buatan vs. Manusia

Sebuah distopia yang digambarkan begitu canggih namun disisi lain juga begitu mengerikan. Suasana tidak nyaman yang dihadirkan selama menonton menambah kengerian masa depan tentang kehidupan berdampingan dengan robot. Dalam film dihadirkan berbagai “kompetisi” antara manusia dan para robot untuk menjadi ciptaan yang paling hebat.

© Netflix

Salah satunya ketika para robot mencoba meniru dan mempelajari bagaimana emosi dalam manusia terbentuk, bagaimana membuat jokes, dan bertingkah seperti manusia. Hal ini sangat terlihat jelas ketika bagaimana manusia yang sangat bergantung terhadap para robot untuk segala aktivitasnya, dan saat itu terjebak dalam benda ciptaannya sendiri.

Film ini menjadi perbandingan yang mengerikan bagi manusia, sebab Yonyx, sebagai android dan kecerdasan buatan terbaru dapat melakukan apapun dan mengontrol komponen penting dalam rumah yang bisa menyengsarakan manusia. Bagaimana jika hal ini benar terjadi di masa depan?

Akting dan chemistry yang lemah antar pemain

Salah satu hal yang membuat film ini menjadi kurang menarik adalah bagaimana para pemain yang cukup banyak, terperangkap di dalam rumah, dan kepanasan, tidak membuat sedikitpun penonton ikut ke dalam dunia mereka. Pemain tidak “menarik” penonton karena lemahnya dialog dan akting yang tidak memiliki chemistry satu sama lain. Pemain terlihat awkward dan hal ini mungkin juga menjadi faktor film terasa membosankan.

Bisa dibilang, peran Claude Perron sebagai Monique, sebuah robot perempuan asisten rumah tangga, mencuri perhatian penonton dengan ekspresi wajah robotnya. Karakternya sebagai robot rumah tangga yang juga sering menganalisis perasaan orang lain pun, cukup mendukung film ini menjadi menarik. 

Terlalu banyak tensi erotis yang terjadi selama film, namun tak ada sedikitpun chemistry yang terlihat. Hubungan mereka terlihat canggung yang membuat emosi juga tidak tersampaikan kepada penonton. 

Kesimpulan

Sebuah film distopia yang cukup baik dalam hal estetika dan visual, namun kurang dalam dialog dan akting. keputusasaan para pemain yang terkunci di dalam rumah yang panas, tidak membuat penonton merasa terlibat dalam cerita.

Komedi yang ditampilkan dalam film kurang menarik karena beberapa mungkin hanya bisa dimengerti oleh orang-orang tertentu saja. Plot yang cukup sederhana hanya membuat penonton penasaran bagaimana mereka bisa keluar dari rumah, bukan bagaimana manusia dan kecerdasan buatan bersaing di masa depan. 

Overall, tidak ada salahnya menonton film ini untuk hiburan dirumah. ‘Big Bug’ sudah dapat disaksikan di Netflix sejak 11 Februari 2022. 

 

Director: Jean-Pierre Jeunet

Casts: Isabelle Nanty, Elsa Zylberstein, Claude Perron, Stephane De Groodt, Youssef Hajdi, Claire Chust, Francois Levantal

Duration: 111 minutes

Score: 6.3/10

WHERE TO WATCH

The Review

Big Bug

6.3 Score

Pemberontakan robot android di luar yang tidak terkendali membuat para robot rumah tangga berniat baik mengunci majikannya dan beberapa orang yang sedang berkunjung disana demi menyelamatkan mereka.

Review Breakdown

  • Acting 6
  • Cinematography 6.5
  • Entertain 6
  • Scoring 6.5
  • Story 6.5
Exit mobile version