“We don’t have much control over our lives. But our end? Sometimes we write that story.” – Duke (Ava)
Entah sudah berapa film di luar sana yang menggunakan nama Ava sebagai judul filmnya, kali ini Jessica Chastain menjadi salah satu artis yang terlibat di proyek dengan nama pasaran tersebut.
Di ‘Ava’ versi dia, kompleksitas diri seorang agen pembunuh dipertaruhkan. Chastain dengan jam terbang tingginya, harus berjibaku tidak hanya dengan pihak yang ia lawan, namun juga dengan naskah dan cerita yang amburadul.
‘Ava’ digarap oleh penulis skrip yang tersandung skandal kekerasan dalam rumah tangga, Matthew Newton. Kasus yang melibatkan Newton membuat ia harus turun dari kursi sutradara, diganti dengan Tate Taylor, pria yang pernah satu proyek dengan Chastain di film ‘The Help’.
Film ini dihadiri oleh nama-nama beken Hollywood. Ada John Malkovich (‘Con Air’, ‘Transformers: Dark of the Moon’, ‘Johnny English’), rapper Common (‘All About Nina, ‘John Wick: Chapter 2’) dan Colin Farrell (‘Minority Report’, ‘The Batman’, ‘Fantastic Beasts and Where to Find Them’).
Sinopsis
Ava (Jessica Chastain) adalah seorang pembunuh profesional dari sebuah organisasi yang identitasnya tidak diketahui. Buat Ava, membunuh adalah tugas mudah dan bisa ia lakukan tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
Namun, tidak dengan yang satu ini. Ava ditugaskan untuk mengakhiri hidup seseorang di Riyadh, Saudi Arabia.
Misi berjalan mulus tanpa ada kendala. Sampai saat ia sedang melangsungkan aksi, ia tertangkap oleh rekan-rekan pria yang hendak ia matikan, tetapi Ava berhasil lolos dan kabur dari keramaian.
Pasca kegagalan tersebut, Ava melapor ke atasannya, Duke (John Malkovich), dan mengungkapkan bahwa ada kesalahan yang terjadi di tugas terakhirnya.
Duke mengungkapkan bahwa ada kekeliruan dari ia dan organisasi yang menaungi mereka. Tak ingin ambil pusing, Duke meminta Ava untuk rehat sejenak dan Ava pun setuju.
Saat Ava beristirahat, hal itu tak berjalan mulus. Ia memutuskan kembali ke keluarga yang sudah ia tinggalkan selama delapan tahun, berharap bisa merajut kembali hubungan dengan adik dan ibu tercinta.
Apesnya, ia harus menemui konflik yang lebih besar lagi dari dalam dirinya, yang juga melibatkan masalah keluarga dan seseorang yang ingin sekali membunuh Ava.
Beribu masalah dituntaskan dalam sekejap
Penulis naskah Matthew Newton gagal bertanggung jawab dengan apa yang ia lakukan. Newton menuangkan segudang masalah ke karakter Ava, namun tidak bisa menyelesaikannya dengan baik.
Ancaman demi ancaman Ava selesaikan dalam kurun waktu pendek, menjadikan dirinya seseorang yang kebal tak bisa tersentuh oleh masalah yang belibet. Susah masuk di akal karena orang di dunia asli jika dihadapkan dengan konflik rumit seperti yang dialami Ava pasti akan meledak kepalanya.
Penulisan naskah Newton juga lebih mirip seperti guratan anak SMP yang baru belajar mengumpat. Berkali-kali karakter di ‘Ava’ selalu mengeluarkan umpatan, padahal sebenarnya tidak perlu.
Di sisi lain, ‘Ava’ tidak berusaha untuk memberi penjelasan lebih dalam lagi terhadap banyak hal, padahal itu adalah sesuatu yang krusial agar penonton bisa lebih memahami motif para karakter di film ini.
Hal yang paling mengganjal adalah tidak adanya penjelasan pasti tentang organisasi yang mempekerjakan Ava.
Padahal, alasan Ava dikejar oleh sesama rekan pembunuhnya adalah pelanggaran kode etik yang diberikan oleh sang organisasi. Penonton tidak tahu alasan konkret dibalik kode etik itu dibuat.
One on one fight yang bisa ditolerir
Adegan pertarungan di ‘Ava’ memiliki kesan monoton di beberapa bagian karena koreografinya terlihat berulang-ulang, terutama saat Ava berhadapan dengan segerombolan tukang pukul.
Meski demikian, pertarungan satu lawan satu di film ini masih bisa ditolerir sedikit dibanding pertarungan satu lawan banyak. Duke terlibat di adegan berantem cukup intens dengan Simon (Colin Farrell).
Duke yang sudah menginjak usia senja, ternyata masih bisa bergerak dengan lincah, menandingi Simon yang fisiknya lebih prima dibanding Duke.
Sama halnya dengan pertarungan dia bersama Duke, Simon dan Ava berhasil menunjukkan adegan tonjok menonjok yang sama sengitnya. Sebagai sesama pembunuh profesional, mereka memiliki gaya bertarung yang tak beda jauh. Bisa dibayangkan hasil akhirnya akan seperti apa.
Jessica Chastain yang menawan
Ava memiliki satu ciri khas saat hendak melumpuhkan targetnya, yaitu perlahan-lahan menggoda menggunakan paras khas Ava yang menawan. Dengan busana dan dandanan mencolok, ia mampu menarik perhatian target dengan mudah.
Pilihan tepat tentu saat memilih Jessica Chastain untuk memerankan Ava. Keahlian-keahlian itu berhasil dipancarkan oleh Chastain secara sempurna.
Kesempurnaan itu juga terpancarkan dari aktingnya yang cukup emosional saat kedapatan adegan bersama keluarganya. Kehebatan-kehebatan itu sayangnya tidak tercermin oleh karakter yang lain.
Tidak ada yang spesial dari karakter Colin Farrell dan John Malkovich, dimana mereka hanya sebatas membawa karakter Duke dan Simon menjadi nyata.
Kesimpulan
‘Ava’ sebetulnya memiliki segudang potensi yang bisa dieksekusi lebih matang lagi. Dengan basis cerita yang cukup menarik, sangat disayangkan kelangsungan filmnya hanya menjadi seperti yang ada sekarang, yaitu subplot yang lemah dalam pembawaan.
Durasi juga cukup berperan krusial di film ini. Durasi 97 menit tidak cukup jika ingin menuntaskan segudang cerita yang ada.
Director: Tate Taylor
Cast: Jessica Chastain, John Malkovich, Colin Farrell, Jess Weixler, Common, Geena Davis, Joan Chen, Ioan Gruffudd, Diana Silvers.
Duration: 97 minutes
Score: 5.4/10
WHERE TO WATCH
The Review
Ava
Ava (Jessica Chastain) adalah pembunuh bayaran profesional yang bekerja pada kelompok rahasia. Namun, ketika pekerjaannya tidak berjalan sesuai rencana, ia harus berjuang bertahan hidup dari orang yang berusaha membunuhnya.