Review AI Love You (2022)

Ketika Teknologi Memiliki Perasaan, dan Kemudian Jatuh Cinta dengan Manusia

“Aku hanya ingin kamu tahu, kamu membuatku bahagia dan sebaliknya. Tak penting jika yang kukatakan diprogram atau tidak, karena cintaku padamu lebih nyata dari protokol, kode, atau sensor mana pun.” – Dob (AI Love You).

 

Perkembangan teknologi di dunia ini memang semakin canggih, pernahkah kalian terbayangkan akan seperti apa teknologi di masa depan? Akankah teknologi benar-benar membantu seluruh kehidupan kita di masa mendatang? Mungkin kalian perlu sedikit gambarannya!

Melalui film Thailand terbaru ‘AI Love You’ (Laser Candy)  yang tayang di layanan streaming Netflix, pada 15 Februari lalu. Penonton akan dibawa menjelajah di konsep masa depan, yang membantu ruang kehidupan kita baik di rumah hingga kehidupan sosial kita di masyarakat semua dibantu oleh teknologi tinggi.

Film yang kembali mempertemukan Mario Maurer dan Baifern Pimchanok setelah hampir satu dekade ini, membawa kita pada petualangan mereka dengan teknologi tinggi yang mutakhir serta membawa kita pada pengalaman seru yang sangat menarik dan unik.

Sinopsis

‘AI Love You’ menceritakan Dob, kecerdasan buatan (AI), yang sesungguhnya dibuat bisa berkomunikasi dengan penggunanya hingga tahap pribadi. Dob, sang kecerdasan buatan, kerap berinteraksi dengan Lana (Baifern Pimchanok). Sehingga, banyak hal yang disampaikan Lana kepada Dob, salah satunya adalah keinginan memiliki kekasih hati yang baik dan normal.

Hingga suatu hari, Lana melakukan kencan dengan Bobby (Mario Maurer). Sayangnya kencan tersebut tak berjalan lancar. Bobby bertingkah kurang menyenangkan setelah Lana telat. Hal tersebut membuat Lana emosi dan meninggalkannya di restoran. Malam harinya, Lana menceritakan hal tersebut kepada Dob.

© Netflix

Kedekatan itu perlahan ‘mengubah’ Dob sampai terjadi banyak keanehan. Dob tak hanya berlaku aneh kepada Lana. Dob secara perlahan juga berubah memengaruhi satu gedung dan pengguna lainnya, termasuk Bob.

Hingga suatu saat, Dob berhasil masuk ke tubuh Bobby. Ia belajar menjadi manusia sesungguhnya demi mendapatkan hati Lana. Berhasilkah Dob untuk menghadapi kehidupan nyata? Apakah Lana akan menerima seluruh kejadian yang tidak masuk akal tersebut?

Konsep yang kurang matang

Secara konsep teknologi, film ini memang bisa dibilang relatif berhasil. Namun, secara cerita, konsep yang dihadirkan dalam ‘AI Love You’ masih sangat kurang. Keberadaan konsep teknologi yang jatuh cinta dengan manusia masih dirasa kurang dieksplorasi lebih dalam, sehingga membuat jalan ceritanya agak rancu dan menghadirkan lubang besar yang cukup dalam.

Sebagai sebuah film yang menyatukan teknologi dengan sebuah perasaan milik manusia, harusnya ada hal yang memperkuat konsep ini agar lebih meyakinkan. Meskipun memang jatuhnya sebagai sebuah konsep khayalan, namun tetap saja konsep ini harus diperkuat agar bisa lebih nyata dan meyakinkan.

© Netflix

Kurangnya penjelasan mengenai konsep smart building lah yang menjadi salah satu kekurangan cukup fatal dari film dengan teknologi tinggi ini. Kemungkinan besar, film ini mengambil salah satu konsep teknologi yang cukup terkenal yaitu Siri yang merupakan asisten pribadi pintar yang akan membantu menyelesaikan segala sesuatu dengan cukup memerintahkannya.

Namun dalam hal ini tidak dijelaskan secara detail mengenai konsep apa yang diusung dari gedung-gedung yang berteknologi tinggi ini, maka dari itu secara konsep cerita film ini masih dirasa kurang matang dalam mengekplorasi segala kemungkinan pertanyaan dari penonton.

Bayangan akan masa depan penuh kemudahan

Meskipun dari segi cerita masih terasa belum kuat, film ini justru seolah memberi kita gambaran akan konsep di masa mendatang yang penuh kemudahan. Penuh dengan teknologi, kita dimudahkan dengan keberadaan smart building yang ditambah dengan kecerdasan buatan. Atau secara penjelasan adalah, kecerdasan yang ditambahkan ke suatu sistem yang dapat diatur dalam konteks ilmiah atau bisa disebut juga intelegensi artifisial (bahasa Inggris: Artificial Intelligence) atau disingkat AI.

Dalam film tersebut digambarkan bahwa dimasa depan, rumah-rumah atau bangunan akan ditambah dengan AI yang tugas nya memudahkan manusia. Hal tersebut mulai dari buka pintu, tidur, pengaturan suhu ruang, mandi, makan bahkan sampai kepermasalahan personal para pengguna.

© Netflix

Artificial Intelligence disini bukan hanya dijadikan sebagai kemudahan, akan tetapi lebih dari pada itu, para gedung pintar akan menjadi teman bagi setiap pengguna karena mau mengerti sampai ke masalah pribadi pengguna. Namun rasanya sayang, konsep yang begitu bagus akan tetapi pada kenyataannya kurang tereksplorasi dengan baik dengan ceritanya.

Efek yang menyakitkan mata

Peringatan bagi para penonton, untuk mengatur pencahayaan yang baik. Apalagi jika menonton melalui telepon genggam, usahakan jarak antara mata dengan smartphone cukup agar mata tetap terjaga kesehatannya.

Konsep teknologi tinggi sendiri, akan membawa kita pada efek-efek yang berwarna warni yang mendominasi keseluruhan film. Mungkin jika ditonton dengan jarang yang pas, dan juga device yang agak besar seperti Laptop maupun SmartTV dijamin pengalaman menonton kalian akan lebih terasa dan tentunya tidak menyakitkan mata.

Kurang nya chemistry antar pemain utama

Dipertemukan kembali setelah hampir satu dekade, membuat chemistry antara Mario Maurer dan Baifern agak berkurang. Banyak fans keduanya yang menanti kembalinya mereka dalam kurun waktu selama itu. Keduanya memang pernah disatukan dalam film di saat mereka masih remaja yang berjudul ‘A Little Things Called Love’, membawa mereka kepada kesuksesan besar pada masa itu.

Namun sayang, dalam film ini chemistry itu seolah luntur dan bahkan kurang. Penyatuan antara kedua pemain legendaris Thailand ini dirasa kurang juga kaku. Kabar baiknya adalah, Mario berhasil memerankan orang yang dikendalikan oleh sebuah pemprograman. Hal ini berbeda dengan Baifern, ia seolah menjadi tokoh utama dalam film ini.

Sehingga bisa dibilang, bahwa apa yang coba dihadirkan dalam film ini kurang terasa. Para pemain seolah tak menyatu dan bersinar secara masing-masing sehingga menghasilkan chemistry yang sangat lemah. Meski begitu, film ini akan mengobati rindu bagi para penggemar yang telah lama menantikan kembalinya pasangan muda di film laris 10 tahun yang lalu.

Kesimpulan

Mengusung tema “teknologi tinggi”, film ‘AI Love You’ masih belum bisa mengekspolrasi jalan cerita agar menjadi penguat dalam film tersebut. Meskipun unggul dalam masalah efek CGI, akan tetapi warna-warni yang digunakan harus kita waspadai agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan karena mata menjadi sakit.

Meskipun menghadirkan pasangan legendaris dari film terkenal ‘A Little Things Called Love’, bukan menjamin chemistry keduanya masih sama. Lebih dari pada itu, kedua pemain bermain seolah masing-masing dan tidak menyatu sama sekali. Jadi diharapkan jika kalian sebagai penggemar dari film sebelumnya, jangan berharap tinggi untuk film ini.

 

Director: Stephen Zlotescu & David Asavanod

Cast: Mario Maurer, Baifern Pimchanok, Chris Wegoda, Sahajak Boonthanakit, Michael S. New, Thaweesak Thananan

Score: 6.3/10

WHERE TO WATCH

The Review

AI Love You

6.3 Score

Akibat gangguan perangkat lunak, program AI canggih ini jatuh hati kepada seorang wanita muda, lalu masuk ke tubuh sesosok lelaki dan mencoba memikat pujaan hatinya itu.

Review Breakdown

  • Acting 7
  • Cinematography 7
  • Entertain 6.5
  • Scoring 6
  • Story 5
Exit mobile version