“You don’t think we can make it, do you? There’s truth in every dream, Iverson” – Ejnar Mikkelsen (Against The Ice).
Perjalanan panjang penuh perjuangan untuk sebuah sejarah menjadi hal yang menarik bagi Nikolaj Coster-Waldau. Perannya sebagai Captain Ejnar Mikkelsen bersama Joe Cole sebagai Iver Iversen mepimpin sebuah film bersejarah ‘Against the Ice’ yang mengungkap tentang Greenland. Kisah Captain Ejnar Mikkelsen mendarat di Netflix sejak 2 Maret 2022.
Sempat tayang perdana di 72nd Berlin International Film Festival pada 15 Februari 2022, ‘Against the Ice’ mendapat respon yang beragam. Proyek gabungan dari RVK Studios dan Ill Kippers diumumkan sejak awal 2021.
Diadaptasi dari kisah nyata yang ditulis ulang oleh sang kapten asli Ejnar Mikkelsen dalam ‘Two Against the Ice’, film ini mendapat adaptasi film yang disutradarai oleh Peter Flinth. Nikolaj Coster-Waldau menulis sendiri film ini, dengan dibantu oleh Joe Derrick.
Sinopsis
Pada tahun 1909, penjelajah Denmark dan Kapten Ejnar Mikkelsen (Nikolaj Coster-Waldau) mengatur ekspedisi di Pulau Shannon, Greenland Timur, untuk menemukan catatan anggota Ekspedisi Denmark yang hilang. Setelah percobaan pertamanya tidak berhasil, satu-satunya sukarelawan yang menemaninya pada upaya keduanya adalah Iver Iversen (Joe Cole).
Iver hanyalah seorang mekanik yang bergabung dengan Alabama di tengah perjalanan. Mikkelsen merupakan sosok panutan Iver, sehingga dirinya mau menemakin Mikkelsen untuk melakukan perjalanan yang berbahaya ini.
Mikkelsen terpaksa melakukan perjalanan bersama Iver dengan 2 kereta salju dan beberapa anjing penarik meninggalkan rekan perjalanan di kapal untuk menunggunya kembali. Mikkelsen dan Iversen menjalani perjalanan sulit di tengah cuaca ekstrem bersalju. Mereka kehilangan dua anjing kereta luncur mereka dalam beberapa hari pertama.
Satu persatu anjing mereka tumbang, lalu sempat kehilangan 1 kereta salju. Bahkan mereka bertarung dan membunuh beruang kutub. Pada akhirnya mereka menemukan batu tumpukan tanda yang berisi catatan yang menyangkal keberadaan Peary Channel, membuktikan bahwa Greenland bukan merupakan daratan yang terpisah, melainkan satu pulau, dan itu memupuskan harapan Amerika mengklaim hal tersebut.
Setelah beberapa bulan, Mikkelsen dan Iversen kembali ke Pulau Shannon dan mengetahui bahwa kru lainnya masih menunggu mereka. Kedua pria itu tinggal di sebuah pondok selama dua musim dingin, hampir kehilangan kewarasan mereka dalam prosesnya, sebelum diselamatkan pada tahun 1912.
Ekspedisi ambisius pertaruhan hidup mati
Tahun 1909 melakukan perjalanan medan berat sangatlah menjadi tantangan tersendiri. Selain teknologi transportasi yang belum memadahi, teknologi komunikasi masih sulit dijangkau. Peninggalan peta dan surat yang di bawa Mikkelsen menjadi satu-satunya sumber otentik yang harus diperjuangkan selama ekspedisi.
Mikkelsen dan Iver menjadi 2 orang yang gigih yang menonjolkan segala keahliannya untuk bertahan hidup di tengah daratan salju tanpa ujung. Pengaruh Mikkelsen yang sangat besar dari awal laga, membawa kita ke sosoknya yang sangat percaya diri dan juga tegas.

Pembawaan Nikolaj Coster-Waldau benar-benar masuk ke dalam karakter kapten yang ingin tujuannya tercapai dengan segala cara. Puncak ambisus sang kapten Mikkelsen adalah saat dirinya mengajak Iver kembali ke titik tumpukan batu kembali, sementara kereja salju yang mereka punya tersisa satu dan anjing mereka pun sudah habis di mangsa beruang kutub. Sosok ambisus penuh drama menjengkelkan sangat terasa mulai dari sini.
Iver Iverson dari Joe Cole juga cukup baik untuk seorang awak yang penurut. Dari awal perannya yang seperti ter-bully menjadi pas untuk perjalanan penuh bahaya ini. Sebuah chemistry akhir yang klimaks muncul dari sosok Iver ini. Walau mereka hanya berdua, konflik internal dari masing-masing terasa sangat kuat yang berakar dari ambisi Mikkelsen.
Lansekap menawan di daratan salju
Pengambilan gambar di lokasi yang ril adalah tampilan yang bagus untuk menggambarkan lansekap yang menawan. Semua orang yang terlibat dalam produksi harus dipuji untuk pengambilan sudut yang dapat mewakilkan keekstriman daerah Shanon yang bersalju.

Terlihat layaknya Greenland yang penuh kejutan. Para aktor terlihat mendalami dari situasi yang sangat dingin apa adanya. Jika kostum yang memang dikenakan pada kala itu, hanya sebagai properti pendukung yang baik.
Sejauh mata memandang deretan salju dan pegunungan luas serta bebatuan membuat kita seakan ikut menjalani ekspedisi ekstrem ini. Mungkin yang terasa, saat mereka tinggal cukup lama di kabin dan bertahan untuk diselamatkan, terasa seperti drama rumahan biasa.
Inspirasi tanpa henti
Di sini peran kedua tokoh baik dari Mikkelsen dan Iver sangat mendukung satu sama lain. Iver yang notabene seorang pemula dalam ekspedisi, terus mendapat dukungan moril dan fisik dari Mikkelsen. Di tiap bagian, mereka berdua terus menjadi pasangan yang melengkapi. Di tengah ambisi besar Mikkelsen yang tak terbendung, Iver menjadi sosok yang menurunkan tensi yang mungkin akan berujung fatal.

Saling melengkapi tak kunjung henti sampai tujuan tercapai merupakan pesan tersendiri dari perjalanan gigih ini. Tak hanya mereka berdua, para awak yang meninggalkan Mikkelsen pun berjuang di bagian pemerintah, Jörgensen (Gísli Örn Garðarsson) dengan optimisnya membujuk Minister Neergaard (Charles Dance) untuk tetap menyokong dana demi pencarian Mikkelsen dan Iver yang diduga masih bertahan.
‘Against the Ice ‘adalah penggambaran yang luar biasa tentang biaya yang harus dikeluarkan untuk menjelajah di awal abad ke-20. Itulah mengapa sejarah yang tereksplorasi pada jamannya mendapat penghormatan yang amat besar dan patut dikenang.
Ketegangan yang bercampur dengan halusinasi
Sebagian besar ‘Against the Ice’ menyuguhkan perjalanan yang sangat membahayakan. Dari mulai badai salju, anjing penarik kereta salju yang sulit diatur, makanan terbatas untuk perjalanan jauh, bahkan melawan beruang kutub yang amat mustahil untuk ukuran manusia. Perjalanan awal yang terlihat biasa saja, menjadi semakin menarik seiring dengan berjalannya film.

Para anjing yang memang hanya hewan penarik kereta, perannya sangat krusial di kala mereka tumbang satu-persatu, dari masalah dingin hingga untuk persediaan makan. Keteganan memuncak saat Iver dan Mikkelsen kembali ke tumpukan batu untuk mengambil kembali catatan dan kembali lagi ke kabin namun mereka melewatkan bantuan yang harusnya mereka tunggu.
Tensi yang mulai tinggi, halusinasi di tengah cuaca dingin menjadi konflik internal baru bagi mereka. Bagusnya Iver yang menjadi peredam segala tensi yang mulai memuncak.
Kesimpulan
Perjalanan ekspedisi kadang harus melalui medan berat, bahkan Ekspedisi Denmark gagal dan dilanjutkan Mikkelsen ini melalui dataran salju yang tak berujung. Perjalananya bersama Iver membawa kita ke situasi bertahan hidup demi tujuan yang tak pasti. Ini membawa pesan mendalam juga dari perjuangan mereka berdua yang rela merelakan hidup mereka demi sejarah yang belum jelas.
Pemandangan Greenland dan seluk-beluknya diambil sangat menawan dari tim produksi. Pengambilan latar Iceland dan Greenland menjadi pilihan tepat untuk menggambarkan dataran salju yang menyimpan bahaya tersendiri.
Perjalanan awal yang terlihat biasa saja, menjadi semakin menarik seiring dengan berjalannya film. Dari mulai masalah makanan, cuaca ekstrem, bahkan pertarungan bertahan hidup melawan beruang kutub. Klimaks di akhir laga pun membuat kita gregetan akan perjuangan dua ekspeditor ini.
Cilers bisa menyaksikan perjalanan bersejarah Mikkelsen beserta Iver di Netflix mulai 2 Maret 2022. Kisah nyata yang sempat dibukukan ini, menjadi sangat inspiratif sekaligus menegangkan untuk skala tontonan bersejarah.
Director: Peter Flinth
Cast: Nikolaj Coster-Waldau, Joe Cole, Charles Dance, Heida Reed, Gísli Örn Garðarsson
Duration: 103 minutes
Score: 8.4/10
WHERE TO WATCH
The Review
Against The Ice
Ejnar Mikkelsen (Nikolaj Coster-Waldau) bersama Iver Iversen (Joe Cole) menjelajahi dataran es yang luas untuk membuktikan bahwa Greenland adalah satu pulau utuh. Mereka berdua harus bertahan hidup di tengah suhu ekstem dingin dalam perjalanan panjang mengukir sejarah.