“I will stay. It will be my last task,” – Mayuzumi (Evil Does Not Exist, 2023)
Evil Does Not Exist resmi masuk ke Indonesia lewat KlikFilm, dan dihadirkan perdana lewat back to back screening dengan Burning Days pada 27 Juli 2024. Hal ini tentunya merupakan berkah tersendiri bagi penikmat film festival yang jarang terpuaskan, karena banyaknya film komersil yang membanjiri layar lebar Indonesia.
Film terbaru dari Ryusuke Hamaguchi ini memang jadi salah satu film yang ditunggu-tunggu setelah sebelumnya sukses lewat Drive My Car (2021) yang berhasil meraih Piala Oscar untuk kategori Film Internasional Terbaik di ajang Academy Awards 2022 dan meraih 3 nominasi Oscar lainnya, disertai puluhan penghargaan lainnya di sejumlah festival film mancanegara.
Sinopsis
Di sebuah tempat tak jauh dari Tokyo, Desa Mizubiki merupakan sebuah desa yang tenang di kaki pegunungan, di mana masyarakatnya saling menolong satu sama lain.
Karena letaknya tak jauh dari kota besar, desa ini menari perhatian investor yang ingin mendirikan glamping atau perkemahan mewah di bagian hulu desa tersebut.
Namun, Takahashi (Ryuji Kosaka) dan Mayuzumi (Ayaka Shibutani) yang mewakili pengembang tersebut, mendapat penolakan dari penduduk setempat.
Beberapa orang, termasuk kepala desa dan Takumi (Hitoshi Omika), bersikap hati-hati, dan berharap pihak developer mempertimbangkan masukan dari penduduk desa.
Sayangnya, pimpinan developer tersebut menolak masukan tersebut dan menyuruh keduanya kembali dan berusaha membujuk Takumi sebagai kepercayaan kepala desa untuk menjadi pengawas glamping tersebut nantinya.
Takahashi dan Mayuzumi merasa apa yang mereka lakukan adalah salah dan malah bersimpati dengan penduduk desa tersebut.
Mereka lantas mendatangi Takumi dan bahkan Takahashi berniat tinggal di desa tersebut dan meninggalkan pekerjaannya. Namun, tiba-tiba anak Takumi menghilang dan membuat semuanya berubah.
Premis Sederhana yang Dibalut Visualisasi Klasik
Evil Does Not Exist sebenarnya memiliki premis sederhana, namun film ini memiliki banyak lapisan yang penuh dengan metafora terselubung yang harus dicermati.
Visualisasinya seperti mengingatkan kita pada karya klasik sineas Jepang Yasujiro Ozu yang kita kenal lewat masterpiece-nya, Tokyo Story (1953) ataupun Late Autumn (1960).
Sejumlah shot lambat, panjang, dan dari kejauhan memang mendominasi penggambaran adegan. Adegan tiba-tiba terpotong dan skoring berubah drastis dan bahkan kontras dengan adegan yang diwakilinya.
Memang tidak terlalu ekstrem, tetapi dari sini sudah memberi kesan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Terdapat Sajian Metafora
Adegan pembukanya memang mengagumkan, sekaligus membingungkan, terlebih saat kamera menyorot ke bawah puncak pohon dengan alunan musik Eiko Ishibashi yang creepy dan menyayat hati. Eiko selain menjadi komposer juga menulis naskah film ini sejak Drive My Car.
Nuansa alam seperti dedaunan dari puncak pohon yang ada di hutan, matahari terbenam, bahkan beningnya sungai yang menjadi sumber air penduduk desa, sudah diperlihatkan dari awal dan menjadi point of interest di sepanjang film.
Menjelang konklusi, sebuah statement menarik dari Takumi yang mengatakan kalau rusa liar tidak akan pernah menyerang kecuali untuk membela anaknya atau ketika ia terluka, seolah menjawab kenapa ia berbuat demikian dan sekaligus menjelaskan judul film yang sangat menarik ini.
Kesimpulan
Evil Does Not Exist menjadi sebuah metafora yang secara implisit menjelaskan kalau manusia bisa berbuat jahat dan baik, tergantung kondisi yang sedang dialaminya saat itu, dan itulah yang diperbuat Takumi.
Tonton segera filmnya di KlikFilm.
What a superb movie from Ryusuke Hamaguchi with stunning cinematography, eeriest scoring with shocking ending in the end.
Director: Ryusuke Hamaguchi
Cast: Hitoshi Omika, Ryo Nishikawa, Ryuji Kosaka, Ayaka Shibutani
Duration: 106 minutes
Score: 8.0/10
WHERE TO WATCH
The Review
Evil Does Not Exist
Takumi dan putrinya tinggal di Desa Mizubiki, dekat dengan Tokyo. Suatu hari, penduduk desa mengetahui adanya rencana untuk membangun tempat glamping di dekat rumah Takumi. Ketika dua perwakilan perusahaan dari Tokyo tiba di desa untuk mengadakan pertemuan, jelas bahwa proyek tersebut akan berdampak negatif pada pasokan air setempat, menyebabkan keresahan.