The Boeing Company adalah salah satu produsen pesawat terbang terbesar di dunia, perusahaan multinasional ini merancang, memproduksi dan menjual pesawat terbang.
Berpusat di Chicago, Illinois, Amerika serikat, Boeing didirikan oleh William Edward Boeing pada tahun 1916. Dan kali ini melalui layanan streaming Netflix, kisah tentang di balik skandal kecelakaan tragis akibat kesalahan teknis pesawat pabrikan Boeing diangkat ke dalam bentuk film dokumenter berjudul “Downfall: The Case Against Boeing.
Sinopsis Film
Sekedar pengingat, pada 29 Oktober 2018 pesawat Lion air bernomor penerbangan 610 jatuh ke Laut Jawa, 13 menit setelah lepas landas dari Bandara International Soekarno Hatta, Jakarta, Indonesia dan menewaskan seluruh kru pesawat dan penumpang berjumlah 189 orang. Pesawat itu merupakan Boeing Max 737 baru, kebanyakan orang berasumsi bahwa masalah apa pun yang menyebabkan pesawat tersebut jatuh tidak ada hubungannya dengan pesawat. Dan Boeing pun segera mengambil kesimpulan bahwa kesalahan itu terjadi akibat human error alias kesalahan dari pilot pesawat tersebut.


Namun, pada bulan Maret 2019, Ethiopian Airlines dengan kode penerbangan 302 jatuh saat meninggalkan Addis Ababa dan menewaskan 157 orang. Pesawat naas itu juga merupakan Boeing 737 Max, dua kecelakaan naas tersebut menyebabkan dampak yang besar sehingga pesawat itu dilarang terbang di seluruh dunia. Reputasi perusahaan Boeing pun mulai diragukan oleh segenap publik di berbagai belahan dunia. Apa yang sebenarnya terjadi dengan pesawat terbaru produksi Boeing tersebut?
Kesalahan teknis yang disembunyikan oleh Boeing
Sutradara Rory Kennedy dalam filmnya ini merinci akibat dari bencana yang tidak terhindarkan dalam dua kecelakaan yang melibatkan pesawat jet Boeing 737 Max yang berjarak kurang dari lima bulan. Dia juga mengungkapkan upaya Boeing menyembunyikan kesalahannya dalam kecelakaan itu. Setelah kecelakan pesawat Lion Air, permainan saling menyalahkan mulai marak di media massa, dari mulai menuding maskapai penerbangan yang tidak becus menjalankan protokol penerbangan yang baik dan benar sampai dengan dugaan pilot yang tidak kompeten.

Kemudian setelah melalui penyelidikan panjang dan intensif, semakin banyak bukti yang menunjukkan kelemahan sistem kontrol penerbangan pada seri 737 Max. Penyebab kecelakaan itu akhirnya ditentukan akibat dari cacat desain pada perangkat lunak stabilisasi penerbangan atau MCAS (Sistem Augmentasi Karakteristik Maneuver), dan keberadaan sistem itu bahkan tidak diberitahukan kepada para pilot.
Kesalahan yang ditutup–tutupi oleh perusahaan Boeing tersebut memicu kemarahan publik secara luas terutama dari pihak keluarga korban kecelakaan pesawat itu.
Dipicu oleh keserakahan dan demi uang
Proses ini sebenarnya dimulai bertahun-tahun sebelumnya, Boeing di mata publik memiliki reputasi sebagai perusahaan penerbangan yang memiliki kinerja, keandalan, efisiensi, inovasi dan keselamatan penerbangan yang unggul selama beberapa dekade.
Mereka membuat perjalanan udara menjadi lebih terjangkau bagi banyak orang dengan pesawat mereka yang lebih besar, tetapi setelah merger Boeing dengan perusahaan dirgantara raksasa McDonnell Douglas pada tahun 1997.
Penggabungan itu memprakarsai transformasi mendasar dari Boeing sebagai produsen yang tadinya lebih mementingkan kontrol kualitas menjadi perusahaan yang lebih mementingkan mencari keuntungan.

Masalah ini bertambah pelik setelah saingannya Airbus mengambil alih pasar Boeing pada awal tahun 2000-an, menimbulkan keputusan terutama di tingkat eksekutif Boeing. Dan bukannya menciptakan pesawat penerus baru sebagai pengganti seri 737, pihak perusahaan malahan memutuskan untuk memodifikasi seri 737 menjadi seri 737 Max, Keputusan ini tentunya dilakukan untuk mengirit segala macam ongkos, waktu dan tenaga dari segi penelitian, pengembangan uji coba dan produksi yang bisa memakan waktu panjang dan biaya yang sangat besar.
Dengan menggunakan modifikasi dari seri yang lama itu, tentunya juga mempersingkat waktu dan biaya dari segi perijinan yang diberikan badan otorita penerbangan setempat serta tidak memerlukan pelatihan ulang bagi para pilotnya. Dan keputusan terburuk dilakukan Boeing dengan melakukan penyertaan secara diam-diam perangkat lunak sistem stabilisasi pesawat yang nyatanya berakibat fatal dan menyebabkan dua kecelakaan pesawat hingga jatuh.
Wawancara dengan banyak pihak yang terlibat

Downfall juga menampilkan wawancara dengan berbagai pihak yang berkepentingan dari mulai pilot, pakar industri penerbangan, mantan insinyur Boeing, jurnalis dan anggota keluarga korban tragedi ini. Rory Kennedy menguraikan fakta-fakta yang ada selama proses penyelidikan tentang perusahaan yang produknya identik dengan keselamatan penerbangan, yang kemudian membiarkan dirinya diombang-ambingkan oleh keserakahan perusahaan untuk mengambil jalan pintas atas nama keuntungan dan mengabaikan bahaya dari produk mereka.
Kesimpulan
Film ini adalah kisah tentang keserakahan perusahaan dan kerusakan permanen yang bisa ditimbulkannya terutama ketika pelakunya adalah perusahaan yang menyediakan utilitas publik. Meskipun film ini tidak terlalu inovatif dalam hal pembuatan filmnya, film ini tetap berhasil menyampaikan secara keseluruhan kombinasi dari kemarahan, kengerian, kesedihan tentang sebab akibat konspirasi perusahaan yang menempatkan keuntungan di atas nyawa manusia.
Director: Rory Kennedy
Duration: 89 minutes
Score: 6.8/10
WHERE TO WATCH