“Aku udah kasih kapur di sepanjang jalan supaya kamu gak tersesat,” – Dilan (Dilan 1983: Wo Ai Ni, 2024)
Akhirnya bagi kamu penggemar berat Dilan, prekuel terbaru dari waralaba Dilan yang telah dimulai sejak Dilan (1990) pada tahun 2018, kini sudah bisa kita tonton pada minggu ini.
Prekuel yang kini berjudul Dilan 1983: Wo Ai Ni, akan mengisahkan Dilan saat berumur 12 tahun, di kala ia duduk di SD kelas 6.
Saat Cineverse diundang Falcon Pictures bersama sejumlah media lainnya di Gala Premiere eksklusif Dilan 1983: Wo Ai Ni di Bandung (9/6), nampak antusiasme banyak fans Dilan memenuhi pemutaran perdana film ini hingga bioskop di sebuah mall besar di Bandung yang menjadi tempat pemutaran perdana film ini, terasa penuh sesak dan hampir tidak bisa bergerak karena dipenuhi kerumunan para fansnya.
Kini film yang sekarang masuk kategori Semua Umur (SU) ini tampaknya akan mudah diterima ketimbang Ancika yang hanya memperoleh 1,3 juta penonton lebih.
Sangat jauh bila kita bandingkan dengan Dilan 1990 (2018) yang berhasil memperoleh 6,3 juta penonton, atau Dilan 1991 (2019) dengan perolehan 5,3 juta penonton, dan Milea (2020) yang berhasil menembus lebih dari 3 juta penonton.
Apakah prekuel terbaru ini bisa menembus rekor film sebelumnya? Kita baca ulasannya di bawah ini.
Sinopsis
Dilan yang mengikuti ayahnya bertugas di Timor Timur, kini pulang ke Bandung setelah ayahnya selesai bertugas di sana. Ia kembali berkumpul dengan kakaknya yang sudah lama ia tinggalkan dan kembali akan bersekolah di Bandung.
Keesokan harinya ia telah kembali bersekolah dan bertemu teman-teman lamanya seperti Nanang (Keanu Azka), Agus (Ferdy Adriansyah), dan Fajar (Sultan Hamonangan). Namun, pandangannya teralihkan oleh perempuan manis berdarah Tionghoa yang duduk di meja depan.
Dilan akhirnya mengetahui kalau perempuan itu bernama Mei Lien (Malea Emma) yang baru saja pindah enam bulan yang lalu. Jatuh hati pada Mei Lien, Dilan lantas mencoba menarik hati Mei Lien dengan berbagai cara, yang terkadang sangat konyol dan membuat penonton tertawa.
Semua cara ia coba, baik dengan belajar bahasa Mandarin di rumah, memberinya hadiah buku, melindunginya dari anak laki-laki jahil, dan yang paling gila adalah membuatkan jalan pulang Mei Lien dari sekolah ke rumahnya dengan menggunakan kapur tulis.
Perbedaan agama dan suku tidak menjadi penghalang Dilan untuk tetap menyukai gadis tersebut. Sekarang, yang menjadi fokus utama film ini, apakah Mei Lien bisa menyukai Dilan dengan semua cara yang ia lakukan terhadapnya?
Keisengan dan keberanian Dilan terlihat jelas di masa kecilnya
Keisengan dan keberanian Dilan yang telah kita lihat di masa remajanya, menjadi salah satu daya tarik di film ini. Sebuah hal yang ternyata telah dilakukannya saat kecil.
Ia sering berkelahi dengan anak lain yang menantangnya di jalan, juga menyalakan petasan saat ngabuburit dekat mesjidnya, yang membuatnya dimarahi habis-habisan oleh neneknya.
Yang terparah adalah saat ia menjebak neneknya agar sang nenek disalahkan ayahnya saat ia menyembunyikan petasan di dalam kasur neneknya. Sebuah kenakalan di luar nalar yang akan membuat kita terbahak-bahak melihatnya.
Banyak pesan moral di dalamnya
Melihat film ini membuat kita terlempar ke masa 80an, sebuah era di mana tak ada sekat atau batasan suku atau agama.
Toleransi tinggi antara Dilan dan Mei Lien diperlihatkan dengan amat jelas, bahkan relasi itu digambarkan dengan indahnya, membuat mereka yang pernah mengalami masa itu menyadari kalau zaman itu sangat jauh berbeda dengan masa sekarang, di mana polarisasi telah menyebar di segala elemen kehidupan.
Kita juga diajarkan untuk saling menghormati dan memaafkan, sebuah cara bijak dari para orang tua kita dahulu terhadap anaknya dalam menyikapi sebuah perbedaan yang cenderung meruncing.
Sisi artistik yang diperhatikan detil seperti film terdahulu
Melihat Wo Ai Ni, tentu hal yang diharapkan adalah kebiasaan atau segala sesuatu yang berbau tahun 80an ada di film ini. Banyak hal-hal yang dimunculkan di film ini, dan Cineverse melihat beberapa detil kecil memang akurat terjadi di masa tersebut.
Seperti adu jangkrik yang kerap jadi permainan anak SD di masa tersebut, komik Siksa Neraka dan buku tulis dengan cover Rano Karno yang diberikan Dilan kepada Mei Lien, sepeda BMX yang digunakan anak-anak, meriam bambu yang dimainkan saat ngabuburit, mobil Kijang Doyok dan Toyota Land Cruiser lawas yang digunakan ayah Dilan, dan masih banyak lagi.
Banyak hal tersebut membuat rasa nostalgia masa kecil kita kembali saat melihat film ini.
Akting pemain utamanya terlihat menyatu
Tentu kita telah mengenal dengan M. Adhiyat yang telah membintangi banyak film sejak ia pertama kali melakukan debutnya di Pengabdi Setan (2017). Begitu pun dengan Sultan Hamonangan yang terakhir kita lihat di Possession: Kerasukan dan MONSTER yang keduanya rilis pada tahun 2023, ataupun Keanu Azka yang terakhir membintangi Qodrat (2022) dan serial Jurnal Risa (2023).
Yang menjadi perhatian kali ini adalah sosok Malea Emma yang menjadi karakter utama film ini. Perannya cukup baik, walaupun ini film Indonesia pertamanya setelah selama ini ia membintangi banyak film di Amerika.
Walaupun terlihat agak kaku di awal, namun menjelang paruh pertama film, aktingnya kian cair mengikuti naskah yang diberikan.
Kesimpulan
Dilan 1983: Wo Ai Ni membawa perspektif berbeda yang selama ini belum pernah ditawarkan waralaba ini di film-film sebelumnya. Kita tentu akan kaget melihat masa kecil Dilan yang penuh warna. Era 80an memang sebuah masa yang indah bagi anak-anak yang mengalami masa tersebut.
Banyak hal yang telah hilang di masa itu, dan kini sulit diperoleh di masa sekarang. Keberanian film ini dalam mengangkat perbedaan suku dan agama menjadi sebuah pembeda yang amat krusial dan belum pernah ada di waralaba ini.
Hal itu bukanlah sebuah penghalang bagi seseorang untuk bisa menyukai lawan jenisnya, walaupun karakter utamanya masih terbilang belia. Kita sebagai penonton akan menikmati Wo Ai Ni sebagai film yang mendidik sekaligus membuat kita tertawa melihat segala aksi dan kelucuan yang dihadirkan pemeran utamanya.
Jangan lupa ajak seluruh anggota keluarga menonton film ini, karena film ini masuk kategori Semua Umur. Tonton segera Dilan 1983: Wo Ai Ni di seluruh layar lebar Indonesia mulai 13 Juni 2024.
Director: Fajar Bustomi, Pidi Baiq
Starring: Muhammad Adhiyat, Malea Emma, Sultan Hamonangan, Keanu Azka, Shania Diva, Graciella Abigail, Ferdy Adriansyah, Adzana Shaliha, Muzakki Ramdhan, Zayyan Sakha, Queen Lubis, Shania Diva, Ira Wibowo, Bucek Depp, Niniek L. Karim, Cok Simbara, Daan Aria, Annisa Hertami
Duration: 90 Minutes
Score: 8.4/10
WHERE TO WATCH
The Review
Dilan 1983: Wo Ai Ni
Dilan 1983: Wo Ai Ni mengisahkan Dilan di usia 12 tahun yang penuh pengalaman hidup bersama teman-temannya di Bandung