“Do not allow evil into your heart, it will make home there.” – Hercule Poirot (Death on the Nile).
Setelah kesuksesan ‘Murder on the Orient Express’ (1974), pihak EMI Films berniat melanjutkan kesuksesan serupa dengan membuat film adaptasi dari novel Agatha Christie lainnya yang berjudul ‘Death on The Nile’ (1978).
Peter Ustinov untuk kali pertama berperan sebagai Hercule Poirot, setelah Albert Finney menolak untuk kembali lagi mengulangi perannya sebagai detektif asal Belgia tersebut. Film yang bertabur bintang pada era terdahulu ini berhasil memenangkan Academy Awards dalam kategori Best Custome Design.
Sebelum menyaksikan film remake-nya yang jika tidak mengalami penundaan, akan tayang pada 9 Februari. Mari simak ulasan tentang film ‘Death on the Nile’ versi tahun 1978, di mana Cineverse kebetulan pernah memiliki film ini dalam format VCD original yang pernah dirilis resmi di Indonesia pada awal tahun 2000-an silam.
Sinopsis Film
‘Death on The Nile’ mengikuti sekelompok pelancong yang sebagian besar merupakan kalangan berada dan mengambil bagian dari perjalanan eksotis menyusuri sungai Nil di Mesir dengan menumpang kapal uap mewah, SS Karnak.
Di antara penumpang tersebut ada Linnet Ridgeway (Lois Chiles), seorang jutawan yang sedang berbulan madu bersama sang pasangan. Sayangnya tak lama kemudian Linnet dibunuh ketika masih berada di atas kapal.
Namun sialnya bagi si pembunuh karena sosok detektif Belgia yang sangat terkenal akan kehebatannya juga sedang berada di atas kapal uap mewah itu untuk berlibur. Bersama dengan kawan lamanya, Kolonel Race (David Niven), Poirot mulai menyelidiki kasus pembunuhan tersebut.
Dengan segera ia menemukan bahwa semua orang yang ikut berpesiar di kapal SS Karnak tersebut memiliki motif yang kuat untuk membunuh Linnet.
Struktur cerita yang mirip dengan Murder on The Orient Express
Latar kali ini ber-setting-kan pada era tahun 1930-an dengan lokasi di kapal uap mewah SS Karnak yang mengarungi Sungai Nil, seperti kasus pembunuhan pada film ‘Murder on The Orient Express’.
Setelah diselidiki lebih jauh, ternyata setiap orang yang berada di kapal pesiar itu memiliki motif kuat untuk membunuh Linnet dan begitu pula masing-masing dari mereka punya berbagai kesempatan untuk membunuhnya.
Walau pun memiliki truktur cerita yang sangat mirip dengan film sebelumnya, hal yang jelas menjadi pembeda adalah tempat kejadian perkara itu berlangsung, yang satu di atas kereta dan kali ini di sebuah kapal uap.
Alur yang lambat dan penggunaan flash back yang berulang
Dapat dikatakan jika alur dalam film ini berjalan dengan cukup lambat, pembunuhan tersebut tidak segera terjadi, tetapi hal tersebut memungkinan agar para penonton bisa lebih mengenal berbagai latar belakang dari para tersangka.
Jika dalam bukunya jumlah para tersangka yang terlibat berjumlah 16 orang, berbeda dengan filmnya yang dikurangi menjadi sebanyak 9 orang.
Seketika tragedi pembunuhan itu pun akhirnya terjadi, sutradara John Guillermin memanfaatkan teknik kilas balik (flashback) berulang-ulang untuk menciptakan ragam variasi tentang bagaimana kejahatan itu terjadi. Hingga pada akhirnya film ini ternyata memiliki twist yang lumayan mengejutkan.
Setting sebenarnya di Mesir
Visualisasi film ini memberikan pemandangan epik nan eksotis yang menampilkan berbagai tempat-tempat menakjubkan di Mesir, seperti Aswan, Kuil Abu Simbel, Luxor dan Kairo.
Kunjungan ke piramida dan Sphinx memberikan film itu lingkup visual yang menawan. Bahkan menjadi salah satu bagian dari tontonan unik tersendiri dalam adegan-adegan tertentu karena berfokus pada kemegahan arsitektur kuno Mesir di lokasi-lokasi ikonik.
Film ini juga memberikan tampilan cerah, terbuka dan penuh warna dalam pelayaran dengan cuaca hangat. Hal ini merupakan kebalikan dari setting dalam film ‘Murder on The Orient Express’ yang suram dan ruang lingkup terbatas.
Kesimpulan
Adaptasi ‘Death on The Nile’ ini cukup berjalan panjang dan lambat akan tetapi terisi penuh dengan sejumlah petualangan seru dan diselingi twist yang cukup mengejutkan. Selain itu, film ini penuh visualisasi yang indah dan menakjubkan dari lokasi sebenarnya yang mereka gunakan.
Director: John Guillermin
Duration: 140 minutes
Cast: The Detective – Peter Ustinov (Hercule Poirot), The Victim – Lois Chiles (Linnet Ridgeway), The Suspects – Bette Davis (Mrs. Van Schuyler), Mia Farrow (Jacqueline de Bellefort), Jon Finch (Jim Ferguson), Olivia Hussey (Rosalie Otterbourne), George Kennedy (Andrew Pennington), Angela Lansbury (Salome Otterbourne), Simon MacCorkindale (Simon Boyle), Maggie Smith (Miss Bowers), Jack Warden (Dr. Ludwig Bessner), With – Harry Andrews (Barnstable), I S Johar (Manager of SS Karnak), David Niven (Colonel Race)
Score: 7.1/10
The Review
Death on the Nile 1978
'Death on The Nile' mengikuti sekelompok pelancong yang sebagian besar merupakan kalangan berada dan mengambil bagian dari perjalanan eksotis menyusuri sungai Nil di Mesir dengan menumpang kapal uap mewah, SS Karnak. Di antara penumpang tersebut ada Linnet Ridgeway (lois Chiles), seorang jutawan yang sedang berbulan madu bersama sang pasangan. Sayangnya tak lama kemudian Linnet dibunuh ketika masih berada di atas kapal. Namun sialnya bagi si pembunuh karena sosok detektif Belgia yang sangat terkenal akan kehebatannya juga sedang berada di atas kapal uap mewah itu untuk berlibur. Bersama dengan kawan lamanya, Kolonel Race (David Nived), Poirot mulai menyelidiki kasus pembunuhan tersebut.