“Tidur seperti itu mungkin lebih baik daripada bangun dan mengutuk dirinya sendiri. Tidur memulihkan tubuh, hati, dan bahkan pikiran.” – Kakek (Black Knight)
K-Drama Black Knight sudah bisa disaksikan saat ini. Berangkat dari webtoon sebagai sumber adaptasi, serial ini merupakan salah satu tayangan yang sudah lama ditunggu penggemar.
Apakah hasilnya sesuai penantian?
Sinopsis
Berlatar pada tahun 2071, alur cerita berfokus pada kurir legendaris 5-8 yang bekerja sebagai penyambung hidup manusia dengan jalan mengantarkan oksigen dan keperluan lainnya di siang hari.
Di malam hari, ia berubah menjadi Ksatria Hitam yang berencana mengacaukan tatanan buatan Grup Cheonmyeong, penguasa de facto dunia yang hancur tersebut.
Ryu Seok (Song Seung-heon), pewaris Grup Cheonmyeong yang kejam, melawan 5-8 demi mempertahankan visinya mewujudkan dunia tanpa pengungsi.
Seol-ah (Esom), seorang mayor di Komando Intelijen Pertahanan, memperingatkan 5-8 akan kemungkinan terjadinya kekacauan. Sementara itu Sa-wol yang ingin menjadi Ksatria Hitam dengan berani menaiki truk 5-8 karena ingin bergabung dalam pertempuran.
Meski 5-8 berencana menghancurkan tatanan dunia yang jahat, ambisi kelam Ryu Seok, usaha Sa-wol untuk menjadi Ksatria Hitam, dan investigasi Seol-ah tentang berbagai rahasia kotor Cheonmyeong menambah keseruan serial ini.
Worldbuilding yang cukup meyakinkan
Untuk membangun sebuah tayangan distopia, tentu saja ada banyak elemen yang harus diperhatikan. Mulai dari konsep negara, lingkungan ekosistem, hingga cara beradaptasi dan berperilaku. Tanpa adanya perencanaan dan konsep sempurna, film-film tersebut hanya menjadi fiksi tak berdasar semata.
Beruntungnya, Black Knight masih bisa terselamatkan untuk hal ini. Berlatar di reruntuhan Seoul yang tertutup debu, kurir 5-8 bekerja sepanjang hari untuk mengantar kebutuhan para kelas menengah. Ketika malam tiba, ia berubah menjadi ksatria demi menyelamatkan pengungsi terlantar.
Visualisasi yang gelap dengan tone suram menyelimuti hampir sepanjang cerita. Hal ini lantas bisa menjadi kelebihan sekaligus kekurangan – mendukung cerita, namun tidak membuat penonton merasa tertarik. Belum lagi urusan visual effect yang memukau di bagian tertentu, namun terlihat kasar di sisi lainnya. Meski begitu, keberanian dalam mengembangkan cerita seperti ini masih patut diapresiasi.
Pembangunan cerita terlalu lambat
Sayangnya, meski menghadirkan konsep cerita yang tidak biasa, Black Knight tidak berhasil membuatnya menjadi lebih menarik. Pembangunan alur cerita terlalu lambat, sementara eksekusi akhir berjalan cepat.
Terdiri hanya dari 6 episode, penonton terus saja diperlihatkan keraguan para ksatria – tanpa tahu apa yang menahan mereka dari pemberontakan. Padahal, jika dipikirkan kembali, sudah ada banyak bukti yang bisa menumbangkan si penjahat sejak awal. Tanpa disadari, penonton pun tidak diberi alasan jelas mengapa Ryu Seok (Song Seung-heon), pewaris Grup Cheonmyeong yang kejam, sangat ingin menuntaskan mimpi “dunia tanpa pengungsi”. Apakah karakter tersebut memang terlahir tak punya hati?
Lagi-lagi, ada banyak poin yang tidak dijelaskan secara mendetail. Hal-hal kecil yang luput dari penonton, namun tidak boleh diabaikan. Alhasil, pembangunan cerita yang lambat ini pun tidak diimbangi dengan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan krusial. Siapakah sebenarnya Black Knight? Siapakah sosok asli 5-8? Apakah keterkaitan antara para pahlawan dengan kakek pengungsi? Mengapa kakek Sa-wol memiliki blue print dari distrik Inti?
Jika hanya mengikuti penjelasan yang diberikan di pembukaan episode pertama, para penonton jelas akan kebingungan. Setidaknya butuh tiga kali putaran untuk mengingat di mana setiap orang berada dalam urutan sosial masyarakat, siapa yang mendapatkan kode QR dan siapa yang tidak.
Alangkah baiknya, jika Netflix menghadirkan jawaban di atas untuk musim kedua.
Aksi jadi hal baik
Tanpa adanya perkelahian sengit, aksi kejar-mengejar, atau insiden tembak-menembak, drama Black Knight mungkin akan kehilangan semua hal baik. Salah satu kelebihan dari drama ini sendiri adalah bagaimana sang sutradara membuat semua adegan perkelahian, kekerasan, atau adu banting menjadi cukup intens dan menghidupkan suasana.
Namun, tidak banyak yang bisa dilihat dari aksi hebat Kim Woo-bin sebagai kurir 5-8. Ia hanya dijelaskan sebagai sosok legendaris, terkuat di antara ratusan manusia, sehingga satu pukulan sudah cukup melumpuhkan lawan.
Ada pun Sa-wol lebih banyak dipukuli, dibandingkan menghajar lawan. Dengan kekuatan tersembunyi, kehebatannya tentu saja banyak dinantikan oleh penggemar. Namun sayang, ia belum mendapat banyak kesempatan untuk bersinar daripada sang bintang kurir 5-8.
Kesimpulan
Black Knight bukan salah satu produksi Netflix terbaik, tapi tentu saja juga bukan yang buruk. Meski begitu, tayangan ini tentu masih bisa dinikmati hanya dalam waktu sekali duduk.
Hal yang menjadi kelebihan, ialah rentetan adegan aksi yang membuat drama ini lebih intens dan hidup. Selain itu, bagaimana sutradara menampilkan kelas-kelas dan segala bentuk diskriminasi-nya, telah sukses membuat para penonton meringis. Terlebih ketika sang penjahat masih terus melanjutkan aksi-aksi tak beradab.
Ada pun kekurangan yang jelas terlihat sudah pasti dari segi cerita yang masih tidak tersampaikan secara detail. Penonton hanya disuguhkan adegan demi adegan, tanpa melihat keterkaitan yang jelas. Perlu beberapa pengulangan agar bisa lebih mengerti, mengapa kejadian satu dan yang lainnya bisa terjadi. Oleh sebab itu, Black Knight lebih baik disaksikan dalam keadaan segar dan tidak dalam kondisi lelah.
Directors: Cho Ui-seok
Casts: Kim Woo-bin, Song Seung-heon, Kang You-seok, Esom, Kim Eui-sung, Lee Joo-seung, Jeong Eun-seong, Lee Sang-jin, Lee Sung-wook
Episode: 6
Score: 6.4/10
WHERE TO WATCH
The Review
Black Knight
Berlatar pada tahun 2071, alur cerita berfokus pada kurir legendaris 5-8 yang bekerja sebagai penyambung hidup manusia dengan jalan mengantarkan oksigen dan keperluan lainnya di siang hari. Di malam hari, ia berubah menjadi Ksatria Hitam yang berencana mengacaukan tatanan buatan Grup Cheonmyeong, penguasa de facto dunia yang hancur tersebut.