“Jangan batasi kesabaran dan keikhlasanku,” – Rahmi (Bila Esok Ibu Tiada, 2024)
Bila Esok Ibu Tiada besutan sang sutradara senior, Rudi Soedjarwo, akan segera hadir untuk di kancah perfilman Indonesia pada 14 November 2024 mendatang. Film ini diproduksi oleh LEO Pictures dengan cerita yang didasarkan dari novel best-selling karya Nagiga Nur Ayati.
Film ini diperankan oleh deretan aktris dan aktor legendaris, Christine Hakim dan Slamet Rahardjo yang berperan sebagai sepasang suami istri yang memiliki empat orang anak.
Jajaran pemain lainnya yang tak kalah memukau juga turut menghadirkan, Adinia Wirasti, Fedi Nuril, Amanda Manopo, dan Yasmin Napper. Film ini juga dibintangi Baim Wong, Hana Saraswati, Immanuel Caesar Hito, dan Nunu Datau.
Sinopsis
Meninggalnya Haryo (Slamet Rahardjo) menyisakan duka perih bagi istrinya, Rahmi (Christine Hakim), dan keempat anaknya, Ranika (Adinia Wirasti), Rangga (Fedi Nuril), Rania (Amanda Manopo), dan Hening (Yasmin Napper).
Lima tahun berlalu, masing-masing anak memiliki kesibukan yang menyita waktu sehingga mereka jarang menemani sang ibu di rumah. Kesehatan ibu Rahmi yang semakin menurun, justru tidak membuat mereka sadar.
Setiap anak saling meninggikan ego masing-masing, berdebat tentang siapa yang benar dan siapa yang seharusnya meluangkan waktu untuk ibu. Hingga waktunya tiba, mereka harus merasakan kehilangan.
Narasi Penuh Emosional
Bila Esok Ibu Tiada tidak sekadar memberikan adegan-adegan mengandung tangisan saja, namun juga menyajikan narasi yang menyentuh tentang sosok seorang ibu yang kesepian di tengah kesibukan keempat anak-anaknya.
Rudi Soedjarwo selaku sutradara berhasil menampilkan adegan penuh emosional lewat plot yang mengalun dengan tempo perlahan. Pada awal cerita film, kita akan diperlihatkan sebuah kisah keluarga yang sangat harmoni. hangat dan penuh dengan canda tawa.
Hingga pada akhirnya sang ayah meninggal dunia dan meninggalkan sang ibu serta keempat anaknya.
Bagian cerita tentang kepergian sang ayah tidak disajikan dengan mendetail. Namun, dampak yang dihadirkan pada kisah ini, membuat kita sebagai penonton turut merasakan kesedihan mendalam.
Hal ini, dapat terlihat jelas lewat kelanjutan adegan selanjutnya dan perubahan suasana di rumah mereka.
Harmonisasi dan kehangatan yang terjalin sebelumnya pada keluarga ini. Dalam sekejap berubah drastis, anak-anak yang dulunya terlihat kompak dan sering berkumpul dirumah, saat ini mereka sudah memiliki kesibukan masing-masing, dan membuat jarak untuk meluangkan waktu mereka untuk sang Ibu.
Menariknya, Rudi Soedjarwo memberikan ancang-ancang sebelum menampilkan adegan konflik yang menguras emosi dan perasaan kita sebagai penonton yang terhanyut bak diterjang tsunami.
Perihal ini, kita dapat melihat ketika anak-anak lupa tanggal ulang tahun ibu mereka. Konflik pembuka mulai timbul saat Ranika selaku anak pertama memarahi Hening, karena tidak ada satupun dari mereka yang ingat.
Eskalasi mulai meningkat saat Ranika, sebagai anak tertua mulai menyinggung adiknya, Rangga yang selalu tidak mempunyai waktu untuk ibu dan lebih memilih mengerjakan project musiknya di rumah.
Ranika tak lupa menyinggung dua adiknya yang lain, Rania dan Hening yang hampir saja memicu keributan dan harus ditenangkan sang ibu.
Secara teknis, Bila Esok Ibu Tiada cukup baik, ada sedikit missed soal pengambilan gambar, tapi tidak terlalu krusial dan minor saja. Penempatan skoringnya juga tepat untuk film ini dan tidak terlalu over powering, jadi kita masih bisa mendengar percakapan mereka.
Perpaduan Akting Para Pemain yang Cemerlang
Memang tidak perlu diragukan lagi, setelah sekian lama akhirnya artis senior Christine Hakim dan Slamet Rahardjo tampil penuh sentimental dengan genre film drama. Meski durasinya sedikit, namun adegan yang disajikan sangat memberikan memori yang melekat.
Selain itu, penampilan Adinia Wirasti sebagai anak pertama pun tampil sangat menjiwai perannya. Dinamika emosi yang disajikan melekat erat dalam karakter Ranika. Bagaimana sosok Ranika yang otoriter, ikut terasa di bangku penonton.
Amanda Manopo tampil mengesankan. Dia berhasil menghidupkan karakter Rania dengan apik, mengantarkan perasaan simpati yang kuat sehingga penonton ikut merasa kasihan dengan keadaannya.
Di lain sisi, Yasmin Napper sebagai anak bungsu bernama Hening juga sukses memerankan karakter tersebut dengan baik. Bagaimana seorang anak terakhir yang selalu diandalkan kakak-kakaknya, namun juga sering disalahkan.
Tak ketinggalan, Fedi Nuril sebagai Rangga juga berhasil memberikan penampilan yang bagus tentang bagaimana sosok anak kedua laki-laki yang sering dikomentari oleh kakak perempuannya. Karakter yang bergelut dengan pemikiran bahwa impiannya bukan jalan yang tepat menuju kesuksesan.
Dengan kombinasi pemain yang hebat, tentu saja Bila Esok Ibu Tiada menjadi tontonan yang sangat emosional. Bukan hanya mengandung bawang, namun ada beberapa adegan yang ikut membuat penonton merasa marah kepada karakter dalam film.
Kesimpulan
Bila Esok Ibu Tiada berhasil menawarkan tontonan menyentuh tentang sebuah keluarga yang beranggotakan ibu dan empat orang anak. Pesan mendalam tentang pentingnya waktu bersama ibu sangat kuat sekali disampaikan.
Film ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita agar tidak menyia-nyiakan orang tua sendiri. Sesibuk apapun kita harus bisa meluangkan waktu bagi mereka.
Bila Esok Ibu Tiada menjadi sebuah surat untuk anak-anak di luar sana agar bisa lebih sering memperhatikan ibu mereka, menjaga yang masih ada, dan memberikan cinta kasih yang melimpah. Dan untuk yang sudah tidak punya ibu, film ini bisa menjadi surat untuk mereka agar bisa lebih akur lagi dengan saudara kandung, menjaga dan mengasihi satu sama lain.
Director: Rudi Soedjarwo
Casts: Christine Hakim, Slamet Rahardjo, Adinia Wirasti, Fedi Nuril, Amanda Manopo,
Duration:
Score: 8.4/10
WHERE TO WATCH
The Review
Bila Esok Ibu Tiada
Meninggalnya Haryo (Slamet Rahardjo) menyisakan duka perih bagi istrinya, Rahmi (Christine Hakim), dan keempat anaknya, Ranika (Adinia Wirasti), Rangga (Fedi Nuril), Rania (Amanda Manopo), dan Hening (Yasmin Napper). nnLima tahun berlalu, masing-masing anak memiliki kesibukan yang menyita waktu sehingga mereka jarang menemani sang ibu di rumah. Hingga waktunya tiba, mereka harus merasakan kehilangan.