“Laki-laki itu harus pergi, tapi juga harus pulang,” – Roy (Balada Si Roy)
IDN Pictures membuka tahun 2023 dengan perilisan film adaptasi novel, ‘Balada Si Roy’ pada 19 Januari 2023 nanti. Film ini menarik perhatian karena novelnya sempat menghebohkan pada perilisannya karena mengandung politik yang sensitif. Namun, kisah Roy dan kehidupannya lebih terlihat menarik dan menjadi kisah yg dekat dengan masyarakat.
‘Balada Si Roy’ menunjukkan bahwa antusiasme novel klasik Indonesia masih dilirik oleh para rumah produksi untuk membuat versi filmnya. Namun, apakah ekspektasi pembaca dipenuhi di film ‘Balada Si Roy’ ini?
Sinopsis
Roy (Abidzar Al Ghifari) adalah seorang remaja yang harus pindah ke Serang bersama ibunya. Sejak ayahnya meninggal, ia memiliki seekor anjing yang ia panggil Jo. Saat hari pertamanya di sekolah baru, ia ditemani Jo meskipun ada segelintir orang yang tidak menyukai gayanya, salah satunya jagoan sekolah, Dullah (Bio One) dan geng nya.
Kehidupan SMA Roy tentu saja dibumbui drama percintaan dan konflik keluarga yang dalam, apalagi gayanya yang pemberontak membuat Dullah merasa tersaingi. Konflik antara mereka menghiasi perjalanan hidup Roy menemukan jati dirinya. Teman temannya, Andi (Jourdy Pranata) dan Toni (Omara Esteghlal), menjadi tempatnya mengenal Serang dan perjalanannya yang baru. Lalu bagaimana perjalanan Roy dalam menemukan jati dirinya?
Kisah remaja dalam menemukan jati diri
Roy menjadi salah satu figur yang cukup dikenal pada tahun 80an sebagai anak muda dan perjalanannya menemukan jati diri. Sebuah potret remaja yang sedang beranjak dewasa berusaha menetap di sebuah lingkungan baru yang asing. Kota Serang yang menyimpan banyak kisah kelam penduduknya yang coba ia kuliti dalam tulisannya.
Sikapnya yang memberontak dan terlihat nakal sejatinya hanya karena dirinya merasa bahwa kebenaran harus ditegakkan dengan cara apapun. Pemikiran inilah yang menjadikan ‘Balada Si Roy’ masih relevan dengan kehidupan remaja saat ini.
Roy dan karakter lainnya di dalam bisa menjadi cerminan yang relevan dengan potret remaja saat ini. Gaya angkuh dan ego yang masih tinggi, kehidupan percintaan yang kadang terasa rumit, serta bagaimana keluarga dan kehilangan dihadapkan yang akhirnya membentuk pola pikir dan kepribadian remaja.
Lingkungan Roy yang naik dan turun, persahabatan, dan konflik remaja saat itu membuat film ini semakin menarik ditonton pada masa ini karena tidak jauh berbeda. Pemilihan Abidzar Al Ghifari sebagai Roy di film ini rasanya terlihat begitu pas dengan penampilan dan karakter yang ingin digambarkan Roy, termasuk para pemain pendukungnya.
Layer cerita yang cukup banyak
Tidak hanya menampilkan bagaimana konflik Roy dengan dirinya sendiri dalam menghadapi masalah demi masalah disekitarnya, film ini juga menampilkan sedikit latar belakang dari kisah para pemain lainnya yang cukup rumit dan menyenggol beberapa aspek budaya, politik, dan sosial. Latar belakang keluarga Roy juga menjadi salah satu aspek konflik cukup besar dalam film yang mempengaruhi bagaimana kehidupan barunya di Serang. Konflik keluarga Roy juga akhirnya membentuk keputusan yang besar bagi dirinya.
Jadi, bukan hanya tentang bagaimana seorang anak muda “memberi makan” egonya saja, ‘Balada Si Roy’ juga berhasil menyampaikan kisah yang kompleks dari kehidupan sosial pada tahun 80an serta bagaimana keluarga dan cinta ikut terlibat dalam pendewasaan diri.
Roy memilih jalannya sendiri dari hasil mengenal sebuah kota baru dengan pelajaran dan orang-orang yang ada di dalamnya. Cukup terasa dekat dengan kehidupan remaja saat ini yang masih menentukan apa dan bagaimana kehidupannya akan ia bawa.
Terlepas dari novelnya, bagi anak muda yang belum pernah membaca novel Balada Si Roy, mungkin akan merasa bahwa layer cerita di film ini terlalu penuh dan banyak. Kepercayaan dan kehidupan sosial tahun 80an mungkin akan sulit dibandingkan dengan saat ini meskipun ada hal-hal pendukung lain yang masih relevan.
Angkat budaya Banten yang kental
Menariknya, tidak hanya menggambarkan kehidupan remaja saat SMA, ‘Balada Si Roy’ juga memberikan pengetahuan tentang sejarah dan penambahan unsur budaya Banten dalam cerita. Dilibatkannya mantan Wakil Gubernur Banten, Andika Hazrumy sebagai cameo di film ini juga menjadi detail menarik tersendiri khususnya bagi warga Banten.
Andika Hazrumy berperan sebagai Sejarawan Banten yang menjelaskan sejarah sebuah keraton dalam salah satu adegan di film. Tidak hanya itu, penggunaan bahasa, bela diri, kepercayaan Banten pada masa itu, serta detail lain juga dimunculkan untuk memperkaya cerita dengan kearifan lokal.
Kesimpulan
‘Balada Si Roy’ cukup baik menunjukkan bagaimana hubungan yang terjalin antara seorang anak muda dengan lingkungan barunya. Dengan menggambarkan bagaimana Roy mencari jati dirinya lewat persahabatan, cinta, keluarga di tempat baru, ‘Balada Si Roy’ mungkin akan menjadi tontonan coming-of-age yang menghibur. Banyaknya layer dalam cerita membuat film ini terasa penuh dan menimbulkan pertanyaan yang cukup banyak di akhir.
Director: Fajar Nugros
Casts: Abidzar Al Ghifari, Febby Rastanty, Bio One, Jourdy Pranata, Omara Esteghlal, Fachri Muhammad, Zulfa Maharani, Sitha Marino, Lulu Tobing
Duration: 109 minutes
Score: 6.0/10
WHERE TO WATCH
The Review
Balada Si Roy (2023)
Roy mencoba menemukan jati dirinya di kota Serang setelah ia dan ibunya pindah dari Bandung. Bertemu dengan orang-orang baru, ia dan Joe, anjingnya, memulai kehidupan sosial baru dan mulai menghadapi konflik remaja yang cukup berat.