Review Thermae Romae Novae (2022)

Perjalanan Waktu Lucius Sang Arsitek Zaman Romawi Mencari Inspirasi Berbagai Era di Jepang

“Pemandian budak ini bisa jadi inpirasiku!” Lucius (Thermae Romae Novae).

 

Thermae Romae Novae’ merupakan sebuah anime Jepang yang resmi tayang di Netflix mulai 28 Maret 2022. Anime ini merupakan hasil adaptasi manga “Thermae Romae” karya Mari Yamazaki, pemenang Cartoon Grand Prize 2010 dan Short Story Award Osamu Tezuka Cultural Prize ke-14. Manga ini juga dilisensikan di Amerika Utara oleh Yen Press.

Film live action dari adaptasi manga “Thermae Romae” di tahun 2012 dengan bentuk film panjang. Anime tersebut menceritakan perjalanan waktu Lucius, arsitek pemandian Romawi kuno, ke Jepang modern. Kini manga tersebut kembali diadaptasi jadi serial anime di Netflix yang memiliki 11 episode.

Sinopsis

‘Thermae Romae Novae’ mengisahkan Lucius Modestus, seorang arsitek Romawi kuno, mendapati dirinya sedang mencari pekerjaan karena kesulitan menemukan ide-ide baru.

Saat sikap dan kepribadiannya menjadi suram, teman-temannya mencoba membawanya ke pemandian untuk bersantai.

Tidak dapat bersantai di pemandian yang ramai dan penuh sesak, Lucius mencelupkan kepalanya ke dalam air. Di bawah sana, dia menemukan terowongan rahasia yang membawanya ke pemandian Jepang modern, memberinya inspirasi yang dia butuhkan untuk membuat kreasi baru.

Dipenuhi dengan apa yang tampaknya merupakan pengetahuan jauh di depan zamannya, Lucius melakukan yang terbaik untuk mencoba dan menciptakan kembali temuannya, biasanya kualitasnya lebih rendah karena keadaannya.

Namun, kecerdikan saja mungkin tak cukup untuk mendapatkan perhatian warga dan mendapatkan kembali reputasinya sebagai seorang arsitek.

Meniru atau terinspirasi?

© Netflix

Kisah Lucius yang selalu kembali lagi ke dimensi Jepang yang sangat berbeda era dan budaya menjadi khas yang unik. Dalam setiap episode Lucius membawa pulang sebuah inspirasi untuk masalah desain arsitektur Thermae atau pemandian umum di Romawi.

Banyak kesamaan dengan pemandian umum dari yang selalu jadi momok serius konflik pemikiran Lucius sendiri. Walaupun tak hanya dari sisi desain saja, selaga elemen yang melengkapi agar pemandian umum lebih nyaman, nampaknya Lucius terlalu mengambil cara Jepang untuk diterapkan pada jamannya yaitu Romawi kuno.

Hampir seluruh inspirasi dari Jepang diterapkan persis hanya dengan bahan seadanya pada jamannya. Tak ada pengembangan berarti yang mungkin bisa menjadi perkembangan arsitektur yang dikantongi Lucius. Di sini Lucius hanya menerapkan ulang teknologi masa depan yang pastinya lebih maju.

Hiburan segar semi dewasa

© Netflix

Anime ini bisa jadi alternatif tontonan yang sangat menghibur dengan ringannya konflik Lucius. Pada jaman Romawi ketegangan antar wilayah sebenarnya cukup genting untuk adu ide yang menjadi konflik internal Lucius yang terus mengeksplorasi dari bahan orang lain (Jepang). Tapi hati-hati karena ini menyangkut tentang pemandian umum, pasti menonjolkan banyak karakter tanpa busana.

Hampir 70% lebih anime ini akan tampil visual Lucius dan karakter lain tanpa busana. Walaupun dengan visual yang ramah dan menyesuaikan jaman dan budaya pemandian umum yang memang tanpa busana apapun. Tapi tenang saja, semua karakter lebih banyak pria, sehingga tidak ada pelecehan untuk kaum perempuan.

Akulturasi budaya dan arsitetur

© Netflix

Serial anime ‘Thermae Romae Novae’ sangat berbeda dengan anime lainnya. Sang pembuat Mari Yamazaki ikut serta melengkapi dengan membawa kita penonton untuk menyelami budaya pemandian umum di Jepang secara langsung, seolah liputan khusus dirinya untuk validasi unsur yang dia buat dalam manga “Thermae Romae”.

Maki Yamazaki yang memang besar di Italia, tahu persis budaya lokal Roma dengan arsitektural yang khas. Gabungan dengan budaya dan arsitektural Jepang berpadu dengan unik. Walaupun tak semua penyatuan budaya ini masuk akal, namun pembawaan cerita ringannya menjadi sangat menghibur.

Lucius yang berasal dari Roma dibuat tak mengerti bahasa Jepang membuat konflik tambahan tersendiri, karena banyak anime menggunakan latar berbagai negara namun masih seragam berbahasa Jepang.

Plot klasik serial anime

© Netflix

Plot per episode yang hampir sama menjadi gaya anime klasik yang tak perlu memikirkan plot besar dan tujuan heboh sang tokoh utama. Lucius hanya menjalankan hari seperti biasa untuk mengeksplorasi ide-ide desain terbaru untuk memuaskan warga.  Hal ini terus berulang dengan tema yang berbeda di tiap episodenya.

Akan terasa lebih segar di tiap episode menyajikan hal baru yang tak membuat kita menebak jalur cerita besar. Jika kalian melewati satu episode tak masalah. Karakter baru juga akan terus bermunculan dan tak bersinggungan satu sama lain. Luciuys yang berdiri sendiri dengan segala macam masalah di sekelilingnya.

Kesimpulan

© Netflix

Hiburan ringan dengan masalah arsitektural sangat jarang dalam anime. Bahasan arsitektural dan berbagai bahasan teknologi yang cukup berat ini disampaikan dari karakter tunggal Lucius dengan konyol sehingga nampak begitu ringan tanpa substansial berlebihan.

Hiburan yang berbau visual dewasa tak begitu diambil pusing kareng kita akan fokus ke konflik yang ada. Penyatuan 2 budaya yang cukup jauh berbeda, apalagi dengan perbedaan latar waktu nampaknya menjadi gaya baru untuk makin memperumit konflik yang sebenarnya sangat sederhana.

 

Director: Tetsuya Tatamitani

Cast: Kenjiro Tsuda, Asami Seto, Chikahiro Kobayashi, Junya Enoki, Sanae Kobayashi, Satoshi Hino.

Episode: 11

Score: 6.6/10

WHERE TO WATCH

The Review

Thermae Romae Novae

6.6 Score

Lucius Modestus (Kenjiro Tsuda) seorang arsitek Romawi kuno, mendapati dirinya sedang mencari pekerjaan karena kesulitan menemukan ide-ide baru. Saat berendam di pemandian umum, dirinya mendapati lorong waktu untuk menjelajah di Jepang yang ternyata mendapat inspirasi untuk desian arsitektur.

Review Breakdown

  • Character 6
  • Drawing 7
  • Entertain 7
  • Scoring 6
  • Story 7
Exit mobile version