“By choosing to join this game, you get to know who the other players truly are. It bares their souls.” – Kyuma (Alice in Borderland season 2)
Petualangan Arisu kembali hadir di musim kedua Alice in Borderland. Sempat tertunda selama dua tahun, antusiasme terhadap serial ini ternyata tidak surut. Dengan akhir yang terbuka pada musim pertama, para penggemar menantikan jawaban baru di musim kedua ini.
Alice in Borderland sendiri merupakan serial thriller fiksi-ilmiah asal Jepang yang disutradarai oleh Shinsuke Sato, berdasarkan novel grafis karya Haro Aso. Masih dibintangi oleh Kento Yamazaki, serial ini mengikuti kisah yang cukup menarik. Diceritakan seorang pemuda pemalas, pengangguran, dan terobsesi dengan game video, menemukan dirinya di versi lain Tokyo bernama Borderland.

Sinopsis
Di musim terbaru, Arisu (Kento Yamazaki) kembali lagi dalam tantangan yang lebih sulit. Level permainan ditingkatkan. Nyawa dan persahabatan berulang kali dipertaruhkan.
Usai habis menyelesaikan kartu nomor, Arisu, Usagi (Tao Tsuchiya), Chishiya (Nijirô Murakami), Kuina (Aya Asahina), dan beberapa pemain lain dihadapkan dengan tantangan kartu-kartu wajah. Mulai dari King of Spades, Queen of Clubs, King of Diamonds, hingga Queen of Hearts, semua kartu akan langsung dimainkan oleh para petinggi Borderland.
Akankah Arisu dan yang lain bisa memenangkan permainan dari kartu-kartu wajah?
Pendalaman karakter
Tidak seperti di musim sebelumnya, Alice in Borderland musim kedua lebih banyak bercerita tentang karakter-karakter mereka. Alih-alih bertahan hidup, penonton lebih diarahkan agar bisa merasa simpati terhadap para pemain. Dengan alasan dan latar belakang masing-masing, mereka dihadapkan pilihan untuk tetap berada di Borderland atau kembali ke dunia nyata.

Baik Arisu, Usagi, Kuina, ataupun Chisiya, tidak punya alasan jelas mengapa mereka harus bertahan agar bisa kembali ke dunia nyata. Tidak ada hal baik yang menanti, tidak ada kebahagiaan yang mereka dapatkan, dan tentu tidak ada yang pasti berubah apabila para pemain berada di dunia nyata. Kehidupan mereka tidak bahagia, dan ‘Alice in Borderland’ musim kedua menjelaskan alasan tersebut.
Jadi, bisa dibilang bahwa cerita kali ini justru menghadirkan dilema besar bagi seluruh pemain. Apakah kembali adalah keputusan yang tepat? atau kah distopia ini lebih baik dibandingkan dunia nyata?
Lebih sedikit permainan menegangkan
Meskipun tingkat permainan ditingkatkan, lebih sulit dan memerlukan banyak orang, namun intensitas ketegangan dibangun secara perlahan. Sementara itu, di musim pertama, ketegangan terus dilemparkan kepada pemain tanpa banyak waktu berpikir. Alih-alih menyusun strategi, seringkali Arisu terjebak dalam permainan yang sebenarnya cukup mudah.

Alice in Borderland musim kedua juga sering memisahkan para pemain. Mereka lebih banyak menyelesaikan setiap tantangan secara terpisah. Alhasil, screen time untuk beberapa permainan tidak banyak ditampilkan. Padahal, itulah yang mungkin dinantikan oleh para penonton.
Kesimpulan
Besar harapan bahwa Alice in Borderland musim kedua mampu menampilkan keseruan yang sama seperti di musim pertama. Namun, kali ini Arisu lebih banyak bertualang dengan kata-kata dibanding aksi permainan. Musim terbaru ini menghadirkan narasi kehidupan dan dilema para pemain, apakah alasan sebenarnya mereka bertahan hidup?

Oleh karena itu, dari segi permainan tidak banyak peningkatan. Ketegangan dibangun dengan perlahan, tidak sekuat pada musim pertama. Layaknya film atau drama Jepang, seringkali ditemukan adegan atau narasi tidak perlu sehingga cukup membuat bosan. Meski begitu, Alice in Borderland musim kedua masih sukses menghibur penonton.
Director: Shinsuke Sato
Cast: Kento Yamazaki, Tao Tsuchiya, Nijiro Murakami, Aya Asahina, Riisa Naka
Episode: 8
Score: 7.2/10
WHERE TO WATCH
The Review
Alice in Borderland Season 2
Di musim terbaru, Arisu (Kento Yamazaki) kembali lagi dalam tantangan yang lebih sulit. Level permainan ditingkatkan. Nyawa dan persahabatan berulang kali dipertaruhkan.