“The things our minds tell us to do when we’re little are truly crazy,” – Luke Bascombe (Adolescence, 2025)
Serial Netflix Adolescence semakin mencuri perhatian dengan pendekatannya yang unik terhadap narasi kriminal dan psikologi remaja.
Salah satu episode yang paling menonjol adalah Episode 3, yang memperlihatkan hubungan intens antara Briony Ariston, seorang psikolog anak yang diperankan oleh Erin Doherty, dan Jamie Miller, seorang remaja laki-laki berusia 13 tahun yang dituduh melakukan pembunuhan.
Seiring penyelidikan berlangsung, terungkap fakta mengejutkan yang membuat batas antara korban dan pelaku semakin kabur.
Berjumlah empat episode, berikut ulasan lengkap serial Adolescence!
Serial ini mengisahkan kehidupan keluarga Miller yang berubah drastis setelah Jamie Miller (Owen Cooper), anak bungsu berusia 13 tahun, ditangkap atas tuduhan pembunuhan teman sekelasnya, Katie Leonard.
Penangkapan Jamie terjadi secara tiba-tiba pada pukul 06.00 pagi, dipimpin oleh Detektif Luke Bascombe (Ashley Walters), mengejutkan keluarganya, termasuk ayahnya, Eddie Miller (Stephen Graham), dan ibunya, Manda Miller (Christine Tremarco).
Mereka harus menghadapi kenyataan pahit dan berjuang memahami situasi yang menimpa putra mereka.
Selama proses penyelidikan, Jamie menjalani sesi evaluasi dengan psikolog Briony Ariston (Erin Doherty).Interaksi mereka mengungkap kompleksitas psikologis Jamie dan memberikan wawasan mendalam tentang dinamika keluarga serta tekanan sosial yang dihadapinya.
Adolescence berhasil menghadirkan kisah yang kuat dengan pendekatan sinematik yang luar biasa. Narasinya dibangun dengan rapi, menggali tema perundungan, radikalisasi online, dan tekanan sosial dengan cara yang mendalam serta emosional.
Karakter Jamie Miller dikembangkan dengan sangat baik, membuat penonton terus bertanya-tanya tentang kebenaran di balik tragedi yang terjadi.
Naskah Adolescence pun ditulis dengan cermat, menyajikan dialog yang tajam dan penuh emosi. Setiap kata terasa natural dan relevan, mencerminkan kompleksitas psikologis para karakter, terutama Jamie Miller yang menjadi pusat cerita.
Tidak ada dialog yang terasa berlebihan atau hanya sekadar pemanis; semuanya memiliki makna yang mendukung alur dan pengembangan karakter.
Selain itu, Adolescence berhasil mengangkat isu-isu sosial dengan cara yang tidak menggurui, tetapi justru mengajak penonton untuk merenung.
Sisi penceritaan yang solid berhasil membangun ketegangan secara bertahap, memberikan kejutan yang tidak terduga tanpa terasa dipaksakan. Struktur ceritanya rapi, dengan transisi yang halus antara adegan-adegan penting, membuat penonton terus terpaku hingga akhir.
Keistimewaan utama serial ini terletak pada sinematografinya yang mengagumkan. Menggunakan teknik pengambilan gambar one-shot take, setiap adegan terasa lebih intens dan realistis, seolah-olah penonton ikut terperangkap dalam ketegangan cerita.
Teknik ini juga berhasil meningkatkan intensitas emosional, terutama dalam adegan-adegan konfrontasi yang penuh ketegangan. Dengan kombinasi narasi yang solid dan visual yang mengesankan, Adolescence menjadi tontonan yang tidak hanya menarik, tetapi juga memberikan dampak mendalam bagi penontonnya.
Penggunaan cahaya alami dan sudut kamera yang dinamis semakin memperkuat atmosfer dramatis, menjadikan Adolescence bukan sekadar drama kriminal biasa, tetapi sebuah pengalaman sinematik yang memukau.
Salah satu kekuatan terbesar Adolescence terletak pada akting para pemainnya yang begitu meyakinkan dan emosional.
Owen Cooper, yang berperan sebagai Jamie Miller, menampilkan performa luar biasa dalam menggambarkan kebingungan, ketakutan, dan amarah seorang remaja yang terperangkap dalam situasi yang jauh lebih besar dari dirinya.
Ekspresi wajah dan gesturnya terasa begitu alami, membuat penonton ikut merasakan tekanan psikologis yang dialaminya.
Stephen Graham, yang memerankan Eddie Miller, ayah Jamie, juga memberikan penampilan yang kuat. Ia berhasil menampilkan sosok ayah yang penuh kasih, namun juga frustrasi dan putus asa dalam menghadapi kenyataan pahit yang menimpa anaknya.
Chemistry antar pemain yang begitu kuat semakin menghidupkan cerita, membuat konflik dalam Adolescence terasa lebih nyata dan menyentuh. Dengan akting yang memukau dari seluruh pemainnya, serial ini berhasil memberikan pengalaman menonton yang intens dan berkesan.
Kombinasi naskah yang kuat dan sinematografi yang mendukung menjadikan Adolescence lebih dari sekadar drama kriminal biasa, tetapi sebuah karya yang kuat secara narasi dan luar biasa dalam penyajiannya.
Cerita yang menggugah emosi, meninggalkan kesan mendalam bahkan setelah episode terakhir selesai. Dengan sinematografi one-shot take yang mengagumkan, serial ini menciptakan pengalaman menonton yang intens dan realistis.
Ditambah dengan akting para pemain yang brilian—terutama Owen Cooper dan Stephen Graham—yang berhasil menggali sisi emosional karakter dengan sangat mendalam.
Erin Doherty juga memberikan penampilan yang luar biasa sebagai Briony Ariston, menghadirkan karakter yang kompleks dengan ekspresi dan emosi yang tajam.
Ia mampu membawa ketegangan dan kedalaman ke dalam perannya, membuat ceritanya semakin hidup dan berkesan. Perpaduan narasi solid, visual yang imersif, dan performa akting yang mengesankan menjadikan Adolescence sebagai tontonan yang wajib disaksikan.
Jamie Miller, remaja 13 tahun dituduh membunuh teman sekolahnya. Tapi penyelidikan mengungkap keterlibatannya dalam dunia media sosial yang berbahaya, memperlihatkan sisi gelap perundungan dan radikalisasi online.