“Jangan rebut kemampuan kami untuk melakukan berbagai hal. Meskipun mengindap demensia, kami tetaplah manusia biasa” – Koichi Tadano (A Life with My Alzheimer’s Husband, 2023).
Mendengar kata Alzheimer atau demensi terlintas di benak kita saat ini pastinya akan terbayangkan suatu penyakit yang belum bisa disembuhkan hingga saat ini.
Namun bagaimana jadinya jika penyakit ini justru malah membawa berkah untuk diri kita dan sekitar kita.
A Life with My Alzheimer’s Husband telah berhasil mengangkat pesan yang sangat positif dan juga membangun untuk kita saksikan. Pesan-pesan moral yang kuat tersirat dan juga sisi humanis yang bisa kita tumbuhkan jika melihat seseorang yang mengindap penyakit ini.
Rasannya, sangat disayangkan untuk melewatkan film yang sangat bagus satu ini.
Sinopsis
Koichi (Masato Wada) harus berhadapan dengan penyakit Alzheimer dini sesaat setelah dirinya didiagnosis.
Ia merasa frustrasi dengan perawatan berlebihan oleh orang lain yang membuatnya semakin menderita dan berjuang dengan dirinya sendiri karena tidak dapat melakukan hal-hal kecil sendiri.
Namun, Koichi belajar bahwa memiliki penyakit Alzheimer bukan berarti “hidup berakhir” ketika ia bertemu dengan pasien seperti dirinya
Plot yang tertata dengan rapih
Dari awal adegan kita akan diperlihatkan bagaimana penyakit yang di derita oleh Tadano tidak terlalu menjadi masalah saat dirinya bersama dengan sang istri di wawancara.
Plot yang dihadirkan juga menghadirkan kilas balik dari perjalanan waktu Tadano yang di diagnosa oleh dokter memiliki penyakit demensi dini.
Merangkai cerita demi membangun sisi emosional kita sebagai penonton nampaknya film ini telah berhasil mewujudkannya.
Film ini telah sukses dan berhasil menyajikan sebuah cerita yang sangat kuat serta plot yang sangat rapih dalam penyajiannya.
Sangat kaya dengan pesan moral yang mendalam di setiap adegannya. Konflik yang tidak terlalu bertele-tele dan juga tidak terlalu cepat.
Resolusi dari cerita yang disajikan telah sukses membawa kita sebagai penonton terlarut dalam ruang emosional yang cukup mendalam.
Set visual yang mendukung alur cerita
Set visual yang dibangun dalam setiap adegan bisa dikatakan tidak menjadi subjektifitas semata.
Bisa kita lihat dari subjektifitas seseorang yang memang mengindap penyakit Alzheimer ini. Segala kebutuhan yang di tampilkan oleh film ini mampu memberikan kita gambaran visual secara mendalam tentang bagaiman seorang yang memiliki penyakit Alzheimer tidaklah perlu di kucilkan.
Namun harus dibantu dengan lingkungan sekitar untuk membawa pasien penderita penyakit ini untuk merasakan kebahagiaannya.
Membawa film dengan tema seperti ini tidaklah mudah. Dibutuhkan kekuatan cerita dan juga riset yang mendalam dengan kondisi pasien yang mengidap penyakit Alzheimer.
Rasanya film ini telah berhasil menghadirkan suatu tontonan yang berkualitas, menghibur dan juga penuh makna.
Mengharukan sekaligus memotivasi
Cerita yang disuguhkan dalam A Life with My Alzheimer’s Husband berhasil membuat kita sebagai penonton untuk merasakan hal yang sangat mengharukan dan sekaligus juga memotivasi kita.
Berdasarkan dari film ini penyakit Alzheimer bisa saja menyerang siapa saja dan pastinya akan menyerang orang yang sudah berumur.
A Life with My Alzheimer’s Husband tidak hanyak memberikan pesan moral semata, namun juga memberikan solusi bagaimana kita menghadapi para pasien yang menderita akan penyakit ini.
Kebahagiaan adalah suatu hal mutlak yang juga ingin disampaikan oleh film ini. Meski seseorang mengidap penyakit ini, bukan berarti dirinya tidak bisa bangkit untuk melawan penyakit Alzheimer.
Chemistry akting dari para pemain juga ikut serta membawakan film ini menjadi lebih hidup dan terasa nyata.
Kesimpulan
Sebagai film diangkat dari kisah nyata dan juga hadir dalam line-up Jakarta World Cinema Week (JWCW), A Life with My Alzheimer’s Husband benar-benar tepat sebagai film yang menjanjinkan dan menjadi tontonan wajib.
Mengharukan, memotivasi dan juga memberikan gambaran mendalam dari penyakit Alzheimer membuat kita sebagai penonton akan terbuka mata dan pikirannya.
Akhir kata, film ini rasanya dari segala aspek film ini sangat bagus sekali, tidak terlalu bertele-tele dan juga teknis yang disuguhkan sangatlah rapi dan tertata.
Director: Mitsuhiro Mihara
Cast: Hidekazu Akai, Mariko Akama, Masato Wada, Shihori Kanjiya
Duration: 116 Minutes
Score: 8.2/10
WHERE TO WATCH
The Review
A Life with My Alzheimer's Husband
Koichi (Masato Wada) harus berhadapan dengan penyakit Alzheimer dini sesaat setelah dirinya didiagnosis. Ia merasa frustrasi dengan perawatan berlebihan oleh orang lain yang membuatnya semakin menderita dan berjuang dengan dirinya sendiri karena tidak dapat melakukan hal-hal kecil sendiri.