Review A Haunting in Venice (2023)

Adaptasi Agatha Christie yang Kini Jauh Lebih Gelap dan Bernuansa Horor

a haunting in venice 1

© 20th Century Studios

“No one shall leave until I find who killed her,” – Hercule Poirot (A Haunting in Venice, 2023)

A Haunting in Venice adalah film ketiga dari Kenneth Branagh yang diambil dari alih wahana dari ‘Ratu pengarang misteri’ Agatha Christie. Sebelumnya sebagai film pembuka, Branagh telah lebih beraksi dalam karya Agatha Christie yang populer, Murder on the Orient Express (2017) dan kemudian beraksi kembali dalam Death on the Nile (2022).

Sekarang di film ketiga ini, Branagh yang berperan ganda seperti halnya dalam dua film pendahulunya, bertindak sebagai sutradara sekaligus pemeran utamanya kembali mengulangi aksinya sebagai detektif asal Belgia, Hercule Poirot. Aksinya diambil berdasar novel Agatha Christie yang kurang dikenal dan terbit di tahun 1969, Hallowe’en Party yang menjadi sumber utama ceritanya.

© 20th Century Studios

Sinopsis

Hercule Poirot yang sedang menjalani masa pensiunnya dengan tenang di Venesia, Italia kembali berhadapan dengan kasus misteri yang melibatkan teman lamanya, seorang penulis novel misteri terkenal Ariadne Oliver (Tina Fey).

Ariadne mengundang Poirot untuk mengikuti pemanggilan arwah dari putri seorang penyanyi opera terkenal yang tewas bunuh diri. Tapi kemudian pemanggilan arwah tersebut malah berubah menjadi peristiwa pencabutan nyawa dan kembali menuntut aksi deduksi dari Hercule Poirot.

Plot ceritanya diambil setelah Hercule Poirot pensiun sebagai detektif

A Haunting in Venice memakai latar kota yang ikonik dengan kanal-kanal air dan gondolanya di Italia sana, Venesia dan berhadapan dengan trauma Perang Dunia II yang baru saja berakhir. Di mana Hercule Poirot tinggal sendirian di rumah besar bergaya Venesia, menarik dari keramaian dunia luar.

Hercule menolak menemui siapa pun yang hendak bertemu dengannya sampai suatu ketika kenalan lamanya, Ariadne Oliver datang menemuinya dan memintanya untuk menemaninya ke suatu acara pemanggilan arwah yang melibatkan seorang medium terkenal, Joyce Reynolds (Michelle Yeoh) di suatu Pallazzo.

Ariadne mencoba mengekspos bahwa paranormal tesebut melakukan tindakan penipuan dan meminta Poirot untuk mencari buktinya. Pemanggilan arwah tesebut akan dilakukan di rumah besar Rowena Drake (Kelly Reilly) yang putrinya, Alicia (Rowan Robinson) melakukan bunuh diri setahun sebelumnya.

© 20th Century Studios

Setibanya di rumah itu, Poirot dibombardir dengan segala macam mitos dan rumor tentang rumah tersebut yang duluya adalah panti asuhan, di mana arwah anak-anak yang banyak mati karena wabah yang pernah melanda daerah itu banyak melakukan gangguan sehingga akhirnya menyebabkan putri Rowena akhirnya terdorong untuk nekat terjun dari balkon rumahnya.

Menantang deduksi Poirot yang anti terhadap hal-hal irasional

Poirot yang sangat sinis dan skeptis terhadap hal-hal supernatural kemudian bersikeras menemukan trik yang digunakan Joyce untuk menciptakan keyakinan bahwa dia berkomunikasi dengan orang mati.

Tapi setelah penyerang tidak terlihat membunuh salah satu undangan yang datang, hal itu mendorong pensiunan detekif tersebut untuk mengurung tamu yang tersisa dalam Pallazzo itu untuk menemukan identitas dari si pembunuh dan jika mungkin mengungkap kebenaran tentang fenomena yang dia saksikan yang mungkin berasal dari hal mistis.

Berbeda dari dua film sebelumnya, Murder on the Orient Express (2017) dan Death on the Nile (2022) yang mengambil sudut pandang dari cerita klasik bergaya whodunit khas Agatha Christie. Di dalam A Haunting in Venice, film ini lebih condong lewat elemen supernatural dalam menyampaikan narasinya.

Kali ini Branagh melakukan hal berbeda ketika membuat A Haunting in Venice. Ia membuat adaptasi yang cenderung bebas dan hanya meminjam premis novel Hallowe’en Party dengan memindahkan lokasi kejadian dari desa pedalaman yang tenang dan klasik di Inggris kemudian memindahkannya ke kota yang penuh dengan romantisme dan flamboyan, Venesia.

Selain itu, Cineverse memperhatikan, film yang baru pertama kali diangkat ke layar lebar ini juga mengubah kisah aslinya secara drastis menjadi pembunuhan di ruangan tertutup, dengan banyak sekali perubahan mendasar yang dilakukan penulis naskahnya, Michael Green yang juga menulis dua remake Agatha Christie sebelumnya.

© 20th Century Studios

Penggambaran Venesia yang jauh lebih gotik dan horor

Selain itu juga Branagh juga menambahkan banyak karakter lainnya yang sebelumnya tidak ada dalam novel dan membuat plotnya sendiri. Plotnya selain menarik keluar Hercule Poirot dari masa pensiunnya, kali ini dia mungkin harus memasukkan hantu ke dalam daftar para tersangka.

Film ini bukan hanya untuk menemukan siapa pembunuhnya, akan tetapi juga melihat sisi lain dari kepribadian Poirot yang unik. Hercule Poirot amat membenci segala sesuatu di luar hal-hal rasional, tentunya segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia orang mati.

Maka di sini dia tentunya akan lebih merasa tertantang untuk memberikan penjelasan secara logis bahwa orang mati tidak bisa membunuh orang yang masih hidup. Kasus terbarunya ini akan menguji tingkat intelejensianya serta kepercayaan pada dirinya sendiri, dapatkah ia memecahkan kasus misterius ini.

Kenneth Branagh berusaha sekuat tenaga menciptakan nuansa gotik yang sesuai untuk misteri pembunuhan malam itu. Latar belakang kota Venesia yang biasanya ditampilkan megah dan glamour, dalam film ini ditampilkan dengan balutan kesuraman dengan nuansa keremangan yang memberikan kesan tidak nyaman.

Ditambah lagi, saat Poirot mengunci semua orang dalam Pallazzo milik Rowena yang suram, badai mengamuk di luar, deburan ombak dan angin kencang malah menambah suasana menjadi penuh kesesakan.

© 20th Century Studios

Sinematographer Hans Zambarloukos yang telah bekerja sama dengan Branagh di dua film terdahulunya dengan apik memunculkan balutan keseraman dengan cahaya lilin dan bayangan yang menyelimuti setiap adegan.

Zambarloukos secara inventif melalui pengaturan bidikannya memakai sudut tinggi dan rendah yang dibilang cukup ekstrem untuk menonjolkan suasana noir yang membawa penonton ke dalam dunia Poirot yang paling meresahkan dirinya dibanding dua film sebelumnya.

Selain itu, Zambarloukos juga terlihat sering menggunakan ‘Dutch Angle’ atau sudut-sudut miring, close-up yang dibingkai dalam bayangan dan pengeditan cepat untuk menekankan teror subyektif saat berada di dalam bangunan yang penghuninya tidak semuanya hidup. Serta untuk memperkuat sensasi menakutkan yang mengintai dalam bayang-bayang, atau berada di sudut-sudut yang gelap.

Kesimpulan

© 20th Century Studios

Hal paling memuaskan tentang A Hauting in Venice adalah caranya yang terus memberikan kejutan di setiap kesempatan. Secara tema, A Haunting in Venice berhasil mengangkat kesedihan, trauma dan kehilangan yang menentang hal yang paling rasional sekalipun.

Dan menunjukkan kepada penonton kalau hal yang paling menakutkan bukanlah hantu, namun pilihan dari masa lalu kita yang menghantui pikiran kita, jauh lebih menakutkan bila dibandingkan dengan hal apa pun.

 

Director: Kenneth Branagh

Cast: Kenneth Branagh, Michelle Yeoh, Tina Fey, Rowan Robinson, Kelly Reilly, Jude Hill, Kyle Allen, Camille Cottin, Jamie Dornan, Emma Laird, Riccardo Scamarcio

Duration: 117 minutes

Score: 7.4/10

WHERE TO WATCH

The Review

A Haunting in Venice

7.4 Score

A Haunting in Venice mengisahkan Hercule Poirot yang sudah pensiun dan tinggal di Venesia harus menghadapi kasus misterius saat pemanggilan arwah berlangsung dan harus mengungkap kembali pembunuhnya

Review Breakdown

  • Acting 7
  • Cinematography 8
  • Entertain 8
  • Scoring 7
  • Story 7
Exit mobile version