“Re, sekolah akan terus membutuhkan regenerasi murid terbaik,” – Ibu Nadya (A+)
Hai, Cilers!
Serial Indonesia kembali hadir dengan ragam cerita yang menarik lewat penampilan para pemain muda yang menambah serunya jalan cerita. Kali ini ada seri baru dari Prime Video berjudul A+ yang sudah tayang dengan total 6 episode.
A+ diproduksi oleh Falcon Pictures dan disutradarai oleh Fajar Bustomi, sutradara film trilogi Dilan yang sukses besar. Serial ini mengikuti lima murid pintar yang melawan sebuah sistem pendidikan yang rusak dan manipulatif.
Kisahnya diadaptasi dari cerita Wattpad yang sangat populer berjudul sama karya Ananda Putri, A+ menyatukan bintang-bintang muda yang sedang naik daun termasuk Nurra Datau, Antonio Blanco Jr, Ziva Magnolya, Rey Bong, Livy Renata, dan Aliando Syarief.
Sinopsis
Serial ini mengikuti lima murid pintar yang melawan sebuah sistem pendidikan yang rusak dan manipulatif. Sebagai siswa-siswi jenius, Kai (Nurra Datau), Re (Antonio Blanco Jr), Ale (Ziva Magnolya), Kenan (Rey Bong), dan Aurora (Livy Renata), berani mengesampingkan perbedaan untuk bersatu mengungkap kebenaran tentang sekolah mereka.
Di tengah upaya perlawanan terhadap sistem sekolah, masing-masing harus mengingat kembali trauma lama dan masalah keluarga mereka, sembari melewati tekanan pendidikan. Pada akhirnya, mereka menemukan sisi baru dari diri mereka sendiri.
Alur Cerita yang Menarik
Boleh diakui jika alur cerita yang tersaji di serial A+ amat menarik untuk diikuti. Mulai dari episode pembuka sampai penutup, selalu memberikan rasa penasaran yang menarik minat penonton agar terus menyaksikan setiap episodenya.
Pemilihan skoring yang terdengar fun juga menjadi poin plus, pun setiap teka-teki perihal siapa sebenarnya sosok direktur yang bertanggung jawab atas sistem pendidikan di sekolah Bina Indonesia.
Para karakter di dalamnya bersatu padu membongkar salah satu sistem yang menimbulkan korban nyawa, yakni sistem peringkat. Di mana bukan hanya gelar saja yang didapat para siswa 3 besar, melainkan digratiskannya biaya SPP.
Jujur saja, pada awalnya jumlah biaya SPP yang dihitung sesuai dengan peringkat terdengar kurang masuk akal. Apalagi rata-rata harga yang harus dibayar mencapai ratusan juta. Hampir saja hal itu dijadikan sebagai kekurangan, sebelum alasan kuat lainnya mulai terkuak.
Wajar jika korban jiwa berjatuhan, bukan hanya tekanan belajar yang mereka dapat. Namun, juga dari segi finansial orang tua. Contohnya, Thalia, teman Kai yang memutuskan bunuh diri setelah mengetahui kalau dirinya tidak naik peringkat. Mengharuskan orang tuanya membayar mahal biaya SPP.
Untuk mengambil hati penonton, sang sutradara cukup jeli untuk menempatkan karakter Thalia yang periang, namun menyimpan tekanan besar dalam dirinya.
Selain itu, aksi yang dilakukan kelima murid pintar Bina Indonesia ini menarik untuk disaksikan. Bagai melihat perpaduan seri Thailand Bad Genius dan The Gifted. Namun, dengan unsur khas Indonesia.
Ide cerita ini terasa segar, dengan unsur konflik tak tertebak dan skema kejahatan dalam pendidikan yang rupanya pelik dan sulit dibongkar. Para karakter selalu menemukan titik buntu, namun rasa pantang menyerah selalu tertanam.
Sesuai dengan usia mereka yang masih muda, tentu saja anak muda jaman sekarang tak kenal rasa menyerah. Apalagi jika menyangkut soal masa depan dan pertemanan.
Satu yang paling menarik perhatian adalah karakter ibu Nadya yang diperankan dengan apik oleh Atiqah Hasiholan. Sosok tegas, beriwabawa, dan licik sebagai seorang kepala sekolah. Juga peran ibu dengan keinginan yang terbaik untuk anak-anaknya.
Durasi yang Terlalu Singkat
Sayangnya kekurangan dalam serial ini terletak pada durasi yang terlalu singkat. Hanya 6 episode dengan masing-masing episode berdurasi 30 menit. Hal itu berimbas pada pembangunan setiap karakter yang terlibat, khususnya kelima murid pintar Bina Indonesia.
Latar belakang mereka juga cukup kompleks bila hanya disinggung dengan porsi yang sedikit, baik Kai, Re, Aurora, Kenan, dan Ale, memiliki kisah hidup dengan masalahnya sendiri. Jadi, jika hanya disajikan per episode untuk satu anak, lewat durasi tersebut masih terasa kurang cukup.
Oleh karenanya, ada bagian yang masih belum terjawab dan justru menimbulkan pertanyaan. Sosok Re yang rupanya anak dari ibu Nadya juga tidak diberikan latar belakang yang cukup. Juga dengan karakter lainnya, hanya sekelebat saja agar penonton mengetahui kalau mereka juga punya masalah lain.
Namun di balik itu semua, durasi yang singkat mampu memadatkan inti cerita tentang sistem pendidikan yang buruk. Tanpa berbelit, sang sutradara membangun konflik utama secara runut dan konsisten. Jangan lupakan kejutan yang diselipkan di setiap episode.
Pemilihan pemain juga terbilang cocok dengan karakter yang mereka mainkan, seperti halnya Ziva Magnolya yang memerankan Ale, siswa badung yang suka berpakaian tidak mengikuti aturan. Ada Livy Renata yang meskipun kaku, namun tetap cocok berperan sebagai Aurora, anak manja yang sayang keluarga.
Kesimpulan
A+ secara keseluruhan mampu memberikan tontonan yang menyenangkan dengan isu pendidikan yang didasarkan sebagai konflik utama. Jumlah episode yang tak terlalu banyak, membuat serial ini langsung berfokus kepada inti cerita, tanpa berbelit menambahkan unsur lainnya.
Namun, episode dan durasi yang cukup singkat juga menjadi kekurangan yang membuat latar belakang setiap karakter tidak diberikan dengan porsi yang cukup. Apalagi masalah yang mereka alami cukup kompleks.
Cerita yang segar didukung para pemain muda dan juga skoring yang menyenangkan, membuat serial ini sayang jika dilewatkan begitu saja.
Director: Fajar Bustomi
Casts: Nurra Datau, Antonio Blanco Jr, Ziva Magnolya, Rey Bong, Livy Renata, Atiqah Hasiholan
Episodes: 6
Score: 7.0/10
WHERE TO WATCH
The Review
A+
Serial ini mengikuti lima murid pintar yang melawan sebuah sistem pendidikan yang rusak dan manipulatif. Sebagai siswa-siswi jenius, Kai (Nurra Datau), Re (Antonio Blanco Jr), Ale (Ziva Magnolya), Kenan (Rey Bong), dan Aurora (Livy Renata), berani mengesampingkan perbedaan untuk bersatu mengungkap kebenaran tentang sekolah mereka.