‘Purple Hearts’ Tuai Kritik, Ini Kata Sutradara & Pemerannya

Sofia Carson dan sutradara Elizabeth Allen Rosenbaum bela film Netflix-nya, ‘Purple Hearts’.

 

Setelah tayang pada 29 Juli 2022 lalu, film orisinal Netflix yang dibintangi aktris lulusan Disney Channel Sofia Carson dan Nicholas Galitzine berhasil masuk dalam chart Top 10 hit global untuk Netflix selama dua minggu berturut-turut, dengan waktu penayangan 102,5 juta minggu ini, mengalahkan posisi kedua, ‘The Grey Man’ dengan 38,9 juta jam ditonton.

Namun, dengan pencapaiannya, banyak juga penonton yang memberikan komentar negatif tentang ‘Purple Hearts‘ di Twitter, karena dinilai memiliki dialog dalam naskah yang “sexist”, “misoginis” dan “rasis”, khususnya pada adegan di mana Luke bersulang dan berseru, “Yang ini untuk hidup, cinta, dan memburu beberapa orang Arab!”.

Karakter Cassie yang diperankan oleh Sofia Carson mengonfrontasi Luke tentang pernyataan itu, tetapi film itu tidak pernah membahas momen itu lagi, dan bahkan tidak memberikan perubahan bagi karakternya di akhir cerita jika ingin membuatnya sebagai pengembangan karakter.

Salah satu akun Twitter bernama @moietroses, mengeluh, “Orang-orang menghipnotis ‘Purple Hearts’ sebagai semacam romansa yang lucu tetapi itu hanya propaganda Militer Amerika, itu bahkan tidak halus, mereka bahkan bersorak tentang “membunuh dan berburu orang Arab,” ada komentar rasis yang hanya ditujukan kepada gadis itu tetapi pria itu tidak pernah mengubah pandangan politiknya?????”

Akun lain juga mengatakan, “cara ‘Purple Hearts’ bahkan tidak halus tapi terang-terangan anti arab anti hispanik rasis misoginis DAN propaganda pro militer tapi orang-orang membicarakannya karena (bertema) benci jadi cinta, YEAH MEREKA MUSUH KARENA DIA PRO GUN SOLDIER KONSERVATIF DAN DIA LATINA LIBERAL.”

Sutradara ‘Purple Hearts’, Elizabeth Allen Rosenbaum mengatakan terkait kritik tersebut melalui Variety, “Saya harap orang-orang mengerti bahwa agar karakter tumbuh, mereka harus memiliki kekurangan di awal. Jadi kami sangat sengaja menciptakan dua karakter yang telah dibiakkan untuk saling membenci,”

“Mereka cacat di awal dan itu disengaja. Agar hati merah dan hati biru berubah menjadi ungu, Anda harus membuatnya agak ekstrim. Beberapa orang yang dikelilingi mereka bahkan lebih cacat daripada mereka. Mereka berdua telah diabaikan oleh sistem; dia terluka dalam perang yang tampaknya tidak akan berakhir dan dia menyelinap melalui celah-celah sistem perawatan kesehatan. Jadi mereka berdua diabaikan oleh sistem, dan kemudian mereka hidup di bawah satu atap, dan dalam keadaan ekstrem ini, mereka belajar menjadi lebih moderat dan saling mendengarkan dan mencintai.”

Rosenbaum juga menambahkan yang ingin mereka tampilkan dalam film ini adalah bahwa negara itu “sangat cacat” saat ini. “Saya berharap siapa pun yang merasa terhina dengan cara apa pun memahami bahwa niat kami sangat murni, dan itu karena kami merasa orang perlu tumbuh dan perlu mulai menjadi lebih moderat.”

© Netflix

Selain Rosenbaum, Sofia Carson, pemeran sekaligus produser eksekutif dari film ini mengatakan “Mengapa saya jatuh cinta dengan film ini adalah karena ini adalah kisah cinta, tetapi lebih dari itu,” katanya pada Variety.

“Dua hati, satu merah, satu biru, dua dunia terpisah, yang benar-benar dibesarkan untuk saling membenci. Melalui kekuatan cinta, mereka belajar untuk memimpin dengan empati dan kasih sayang dan saling mencintai, dan berubah menjadi warna ungu yang indah ini,”

“Kami ingin mewakili kedua belah pihak seakurat mungkin. Apa yang saya pikir telah saya pelajari sebagai seorang seniman adalah memisahkan diri saya dari semua itu dan hanya mendengarkan apa yang dunia rasakan dan reaksikan dengan film tersebut. Itu sangat luar biasa dan begitu banyak orang yang merasa telah melihat atau terhibur oleh film ini. Hanya itu yang kami inginkan sebagai pembuat film dan sebagai seniman.” sambungnya.

‘Purple hearts’ mengisahkan Cassie (Carson) seorang penyanyi-penulis lagu liberal yang menikahi seorang Marinir konservatif, Luke (Nicholas Galitzine), sehingga dia bisa mendapatkan asuransi kesehatan dan membayar insulin yang dia butuhkan untuk mengobati Diabetes Tipe 1.

Terlepas dari kontroversinya, film tersebut dipuji karena secara positif menggambarkan bagaimana rasanya hidup dengan Diabetes Tipe 1, yang dikerjakan dengan Laura Pavlakovich, pendiri organisasi non-profit You’re Just My Type, dan Dr. Michael Metzger, yang merupakan konsultan medis di lokasi syuting.

Exit mobile version