Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

Padmaavat, Film Bollywood Kontroversial yang Memicu Perdebatan

Juventus Wisnu by Juventus Wisnu
January 29, 2018
in Movies
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“The one who keeps worry on the edge of his sword, is a warrior … the one who bets against the ocean in a boat made from sand, is a warrior … and the one who keeps on fighting with his enemy even after his head is chopped off, is a warrior.” – Shahid Kapoor

Lama ditunggu, kehadiran film kontroversial Bollywood karya Sanjay Leela Bhansali ini akhirnya bisa ditonton banyak orang setelah melewati sekian banyak kritikan tajam, ancaman dari sejumlah organisasi massa dan individu dari seluruh India terkait tokoh Padmavati yang terkenal karena kecantikannya itu.

Kritikan yang datang bertubi-tubi ini tak hanya lewat protes verbal semata, namun proses syuting film sempat terganggu baik dalam bentuk ancaman bom dan vandalisme baik terhadap Deepika Padukone yang memerankan Padmavati, Sanjay Leela Bhansali sendiri maupun para kru saat sedang syuting film. Isu adanya adegan panas antara Alauddin dan Padmavati pun sempat dihembuskan sekelompok orang yang nyatanya tidak ada di film sama sekali.

Badan Sensor Film India (CBFC) pun bergerak cepat dengan memberi sejumlah masukan diantaranya adalah perubahan judul asli film dari Padmavati menjadi Padmavaat yang tidak merujuk dari nama asli sang ratu namun dari puisi epik abad ke-16 karya Malik Muhammad Jayasi yang berjudul Padmavaat. Perubahan penting lainnya terkait ritual ‘Sutee’ (‘Jauhar’ seperti disebut di film) yang merupakan ritual membakar diri para janda setelah suaminya meninggal.

Ritual yang kabarnya akan diekspos besar-besaran di film ini juga tak tampak. Dan rating film ini pun berubah menjadi U/A atau pembatasan penonton dibawah umur 12 dilarang menonton tanpa bimbingan orang tua berikut modifikasi di titling awal terkait film yang merupakan karya fiktif belaka yang tidak bersumber dari cerita asli namun diambil dari material kreatif.

Setelah ijin dari Badan Sensor Film keluar, barulah film yang awalnya dirilis pada November 2017 silam dapat keluar di Januari 2018 di beberapa negara setelah mengalami proses penyuntingan berkali-kali.

Film yang bersetting di abad 14 ini memulai kisahnya dari sosok Jalaluddin Khilji (Raza Murad) yang merupakan penguasa kerajaan kecil di Afghanistan. Allaudin Khilji (Ranveer Singh) merupakan keponakannya yang diangkat menjadi anak setelah kemudian menikahi anaknya Mehruniisa (Aditi Rao Hydari). Allaudin yang sudah terkenal licik itu memanfaatkan pamannya untuk meraih kekuasaan. Setelah Jalaluddin berhasil menaklukkan Kerajaan Delhi, Allaudin yang diberi jabatan sebagai Gubernur di Kara.

Disitu ia berhasil menduduki daerah tetangganya dan meraih harta pampasan yang sangat besar ketika menaklukkan Devagiri. Mendengar kabar itu, Jalaluddin sempat bertanya-tanya mengapa Allaudin tidak menemuinya di Delhi untuk memberi upeti tersebut. Setelah tak mendengar kabar lebih lanjut dan khawatir akan kesetian Allaudin, berangkatlah Jalaluddin ke Kara, namun yang terjadi adalah Jalaluddin dibunuh oleh Allaudin sesampainya disana. Budak yang dibawa Jallaludin, Malik Kafur (Jim Sarbh) pun sontak langsung menjadi pemain penting disini. Keloyalannya pada Allaudin dibayar dengan membunuh kedua Menteri yang mendampingi Jallaludin di depan mata. Kudeta itu langsung menjadikan Allauddin sebagai raja di Delhi menggantikan pamannya.

Dengan timeline yang sama, dikisahkan Padmavati (Deepika Padukone) sedang berburu rusa dengan panahnya di hutan ketika mendadak dia tidak sengaja memanah Ratan Singh (Sahid Kapoor), raja dari Kerajaan Mewar yang juga sedang berburu disitu. Ketertarikan sang raja akan kecantikan Padmavati membuat dirinya memboyongnya ke Mewar dan menjadikannya istri. Kecemburuan dari istri pertamanya, Nagmati tak membuatnya surut untuk memperistri Padmavati.

Masalah mulai timbul ketika sang pendeta kerajaan Mewar, Raghav Chetan terusik nafsunya akan Padmavati dan mengintip sang raja dan Padmavati ketika mereka sedang berduaan di kamar. Tak pelak lagi, sang pendeta diasingkan dan diusir dari kerajaan. Chetan kemudian pergi di Kerajaan Delhi dan memberitahu Alauddin akan adanya perempuan cantik di Kerajaan Mewar dan berusaha mengundang Ratan Singh untuk datang ke Delhi, namun sang raja menolak. Allaudin yang mendengar hal itu bersiap datang untuk menguasai Mewar.

Namun Istana Chittor yang menjadi pertahanan Kerajaan Mewar tak mudah dijangkau. Letaknya yang berada diatas bukit, membuat kerajaan ini sulit ditembus. Alhasil, Allauddin hanya berkemah saja diluar dan langsung mengambil sikap damai sambil menunggu undangan dari Ratan Singh untuk datang masuk ke dalam istana. Setelah undangan itu datang, Allaudin meminta melihat Padmavati, namun sang raja menolak karena ia hanya tamu disitu.

Ratan Singh kemudian ditangkap oleh Alauddin setelah dia dijebak dalam undangan damai di luar Istana Chittor. Padmavati pun bersiap menuju Delhi untuk menemui Alauddin dengan 800 dayang-dayangnya sesuai syarat yang diajukan. Tak disangka Mehrunisa membantu Padmavati membebaskan Ratan Singh dari penjara.

Alauddin yang mendengar kabar itu langsung menyiapkan serangan besar-besaran ke Chittor dan yang tak disangka-sangka serangan itu memicu ritual yang membuat Alauddin terkejut dan menjadikan tokoh Padmavati ini terkenal.

Sanjay Leela Bhansali yang sebelumnya populer lewat film-film bertema drama percintaan seperti Devdas (2002), Guzaarish (2010) dan yang terakhir Bajrao Mastani (2015) memang terlihat kualitasnya. Untuk Padmavaat bisa kita sandingkan dengan Bajrao Mastani. Dengan setting bertema kerajaan, walaupun timeline-nya berbeda, namun kedua film ini memiliki persamaan dari kekuatan cinta, prinsip dan peperangan yang memang menjadi latar belakang film ini dibuat.

Begitupun dengan wardrobe-nya, Padmavaat juga tampil anggun, walau memang tak segemerlap Bajrao Mastani, namun kostum yang dikenakan Ratan Singh, Padmavati dan juga Alauddin juga terlihat elegan dengan gayanya masing-masing. Palet warna yang didominasi kuning, emas, hijau dan putih untuk Ratan Singh dan turbannya yang khas. Warna merah, kuning, putih dan emas untuk Padmavati memang terlihat kontras bila dibandingkan dengan Alauddin Khilji yang cenderung gelap dengan coat panjang berpalet gelap seperti dark green, dark purple, hitam dengan aksen emas dengan penutup kepala yang terinspirasi dari Turki dan Persia.

Yang disayangkan adalah penggambaran karakter dari Alauddin Khilji yang terlihat bengis, temperamen, sangar dan tak mempunyai etika layaknya bajak laut yang tak kenal ampun. Namun Ratan Singh digambarkan sebaliknya, terlihat sebagai karakter bersahaja, sopan, bijaksana, beretika dan mempunyai prinsip. Kedua karakter ini mewakili unsur Hindu yang baik dan Muslim yang jahat inilah salah satu faktor pemicu protes besar-besaran akan film ini. Seakan-akan merepresentasikan kehidupan nyata yang terjadi sekarang ini.

Terlepas dari semua isu itu, film ini sangat layak ditonton. Tema percintaan yang dibalut peperangan di film ini memiliki durasi 164 menit layaknya film India pada umumnya yang terkenal panjang. Film ini mempunyai visualisasi yang mengagumkan, Bhansali seperti di film terdahulunya, mampu menampilkan keindahan istana Chittor yang megah dan luas terpampang dengan segala atributnya seperti kebun bunga, patung-patung dan kolam yang indah. Begitupun adegan peperangan yang tampil masif, walaupun efek CGI yang ditampilkan film ini tak sebagus film berbujet mahal lainnya seperti Baahubali 1 dan 2.

Film berbujet terbesar dalam sejarah film Bollywood dengan anggaran 31 juta dollar Amerika dan yang pertama dengan format IMAX 3D ini memang penuh kontroversi dan tentu tak mudah meraih kesuksesan seperti film Bollywood lainnya yang pernah beredar.

Untuk Chillers yang sudah mendengar film ini sejak lama dan penasaran telah lama menunggu, film ini sudah dapat disaksikan di bioskop-biokop terdekat di Indonesia.

https://youtu.be/8YaF2m7hCx0

 

Tags: Aditi Rao HydariBajrao Mastani (2015)CBFCDeepika PadukoneDevdas (2002)Guzaarish (2010)Jim SarbhMalik Muhammad JayasiPadmavaatPadmavatiPopularRanveer SinghRaza MuradSahid KapoorSanjay Leela Bhansali
Juventus Wisnu

Juventus Wisnu

“Don't ask yourself what the world needs, ask yourself what makes you come alive. And then go and do that. Because what the world needs is people who have come alive.”

Related Posts

Mission Impossible

Gawat! Anggaran ‘Mission: Impossible 7’ Membengkak Dahsyat

March 26, 2022
Hrithik Roshan dan Deepika Padukone

Film Bollywood ‘Fighter’ akan Rilis pada 28 September 2023

March 11, 2022
Gangubai Kathiawadi

Review Film: ‘Gangubai Kathiawadi’

Sanjay Leela Bhansali

Mengenal Sosok Sutradara Kenamaan Sanjay Leela Bhansali

February 25, 2022

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cineverse Banner Cineverse Banner Cineverse Banner
ADVERTISEMENT

Cineverse

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Follow Us

  • Home
  • About Us
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In