Film terbaru Netflix, ‘Texas Chainsaw Massacre’, telah menyia-nyiakan karakter ikonik yang sangat dikenal di film horor, Sally Hardesty.
Spoiler alert! Jangan membaca artikel ini jika belum menonton ‘Texas Chainsaw Massacre’.
‘Texas Chainsaw Massacre‘ dikritik karena tidak mampu memaksimalkan kehadiran Sally Hardesty, karakter orisinal dari film pertamanya. Kekecewaan tersebut turut diekspresikan oleh jurnalis Collider, Chase Hutchinson, dalam tulisan fiturnya.
Chase dengan runut menjelaskan bagaimana orang-orang di balik layar ‘Texas Chainsaw Massacre‘ tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan karakter Sally. Kemunculannya yang singkat menjadi salah satu alasannya mengatakan bahwa Sally hanya dimunculkan untuk meningkatkan hype para penonton, terutama penggemar film horor.
Karakter Sally juga Chase sebut telah didegradasi menjadi sesuatu yang “sempit”. Maksudnya, ia hanya dilihat sebagai karakter yang muncul karena dendamnya semata. Padahal, banyak aspek yang bisa digali dari karakter yang diperankan oleh Olwen Fouere.
Simak tulisan fiturnya yang sudah kami rangkum di bawah ini:
Kemunculan perdana Sally yang tak sesuai ekspektasi
Film ‘Texas Chainsaw Massacre’ dibuka dengan rangkaian adegan seperti laporan televisi yang menceritakan peristiwa di film pertama (yang juga dinarasikan oleh narator film aslinya, John Larroquette), lalu karakter baru di film, Lila (Elsie Fisher), menanyakan keberadaan orang yang satu-satunya selamat, Sally Hardesty.
Ternyata, Sally telah bergabung dengan Divisi Texas Ranger dalam mengejar Leatherface, meskipun tidak pernah menemukannya karena dia memakai topeng muka orang lain di wajahnya.
Chase menganggap kalaiu Ini adalah pembukaan yang secara menunjukkan bahwa Sally akan menjadi elemen penting dari cerita terbaru ini, membangun antisipasi untuk kembalinya sang karakter.
Namun, semua perkiraan itu salah dan langsung berubah semacam penipuan untuk membodohi penonton dengan berpikir bahwa Sally sebenarnya akan menjadi bagian utama dari cerita ini. “Film ini tidak hanya tidak melakukan sesuatu yang menarik dengan karakter tersebut, tetapi benar-benar menyia-nyiakannya,” tulis Chase.
Sally versi orisinal adalah karakter yang sangat ikonik
Chase kembali mengingatkan status ikonik yang dimiliki Sally di film aslinya, juga di industri horor secara luas. Adegan terakhir dari mahakarya milik Tobe Hooper pada 1974 itu tetap menjadi salah satu yang paling menakutkan dan mempengaruhi semua film horor hingga saat ini.
Penonton dibuat kagum dengan kekacauan dan keindahan adegan terakhir itu. Sally berlarian kabur dari rumah Leatherface sambil berteriak dan tertawa pada saat yang sama. Adegan itu ddengan indah menunjukkan bagaimana gabungan teror yang mencekam bercampur dengan kegembiraan. Sally telah kehilangan saudara laki-lakinya, Franklin, tetapi ia juga akhirnya bebas dari kengerian yang harus menimpanya.
Meski tentu sulit mereka ulang kesempurnaan adegan tersebut, Chase menyayangkan bahwa ‘Texas Chainsaw Massacre’ bahkan tidak sedikitpun ingin menyamai kesempurnaan film pertamanya.
Sebaliknya, seluruh peran Sally hanya berfungsi sebagai sebuah taktik untuk membangkitkan minat pada sekuel yang lemah. Sally baru muncul di film saat sudah setengah jam berjalan, ketika dia mendapat telepon bahwa Leatherface telah kembali.
Karakter yang begitu disia-siakan dan hampanya kematian Sally
Kematian Sally tidak memiliki bobot atau signifikansi yang lebih karena betapa sedikit kehadiran sang karakter di dalam film. Meski sudah diperankan oleh dengan baik oleh Olwen Fouéré, Sally baru terlihat akan melakukan baku hantam dengan Leatherface setengah jam kemudian, yang mana ia sudah terlambat. Kehadiran Sally hampir bisa dikatakan tidak penting.
Untuk membiarkan karakter sekaliber Sally menghabiskan sebagian besar perannya melakukan sebuah perjalanan di mobil dan kemudian dibunuh begitu saja adalah keputusan membingungkan yang mengkhianati visi film.
Dalam kematiannya, dia benar-benar dibuang ke tumpukan sampah. Ini menjadi indikasi yang tidak disengaja tentang apa yang sebenarnya dipikirkan orang-orang di balik ‘Texas Chainsaw Massacre’ untuk karakter Sally.
Sama seperti film horor di era ini
Sally di film ini adalah karakter monoton yang muncul hanya sebatas untuk membalaskan dendam pribadinya. Ini adalah bagian dari tren horor yang sangat dangkal.
Chase menyamakannya dengan Laurie Strode di ‘Halloween Kills’. Penulisan karakter Sally begitu dangkal dibangun di sekitar trauma sehingga dia akhirnya merasa lebih seperti potongan karton karikatur daripada karakter sebenarnya.
Di saat-saat terakhir, di mana dia terbaring sekarat di tumpukan sampah, Sally memberikan monolog singkat untuk terakhir kalinya bagaimana Leatherface telah meneror dirinya selama bertahun-tahun. Pada saat ini, penonton akan sadar kita tidak tahu apa-apa tentang karakter ini atau siapa dia selain traumanya.
Ketika Sally menunjukkan rasa frustrasinya bahwa Leatherface tidak mengingatnya dan teman-temannya, mudah untuk merasakan frustrasi yang sama bahwa pembuat film ‘Texas Chainsaw Massacre’ juga telah melupakannya di sebagian besar film ini.
Gagal memaksimalkan sebuah trauma sebagai latar cerita
Chase menuliskan bahwa ini bukan masalah satu-satunya film ini. Seperti yang ditulis Parul Sehgal dari The New Yorker dalam artikel yang berjudul The Case Against the Trauma Plot: “trauma identik dengan latar belakang seseorang” dan “meratakan, mendistorsi, mengurangi karakter menjadi hanya sebatas gejala tersebut.”
Seperti yang dikatakan Sehgal, trauma dalam cerita memang berpotensi menjadi “anak tangga” untuk naik ke elemen karakter lainnya. Ini juga sama dengan kasusnya karakter Elsie Fisher, Lila, yang latar belakangnya ditentukan oleh trauma penembakan di sekolah—elemen lain yang ‘Texas Chainsaw Massacre’ tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah diperkenalkan.
Dalam kasus Sally, untuk melanjutkan metafora, bukan hanya karakternya yang terjebak di anak tangga pertama itu, tetapi sesuatu yang lebih buruk: dia bahkan belum mulai memanjatnya sebelum ditebang.
Ada potensi lebih untuk karakter Sally apabila digali dari aspek lainnya. ‘Texas Chainsaw Massacre’ memilih untuk menjadi mereduksi sang karakter sampai menjadi sia-sia, menyeret Sally kembali hanya untuk dia mengalami akhir yang menyedihkan.