Inilah film yang menjadi ajang comeback sineas wanita terkemuka di ranah perfilman Tiongkok, Sylvia Chang, setelah absen dari bangku penyutradaraan pasca membidani Run Papa Run, sembilan tahun yang silam. Mempersembahkan sajian kisah yang dirumuskannya lewat hasil penggalian kehidupan masa kecilnya di Taipei, lewat film yang judulnya mirip dengan film klasik karya Louis Malle pada tahun 1971 itu, Chang menggulirkan sebuah polemik drama kompleks tentang tumbuh dewasa dan keikhlasan yang dipresentasikannya dengan visualisasi artistik nan cantik.
Murmur of the Hearts menjadi Opening Night Gala the 39th HKIFF (Hong Kong International Film Festival) yang merupakan bagian rangkaian kegiatan pekan ajang FILMART 2015, event tahunan festival dan pasar film internasional yang dihelat di Hong Kong setiap minggu ketiga bulan Maret.
Adegan berkesan sureal menjadi pembuka film ini, lewat adegan seorang gadis sedang duduk menerawang di atas atap sebuah bangunan tinggi sambil menengadah langit biru yang kemudian tidak lama setelahnya dilewati ikan besar dan lambat laun, warna langit berangsur-angsur menjadi situasi laut yang dalam.
Dari situ plot cerita mulai bergulir, dengan fokus polemik kehidupan yang dihadapi Yu Mei (Leong), seorang pelukis abstrak yang digambarkan memiliki kepribadian neurotic pasca terpisah dengan saudara kandungnya setelah meninggalkan Lyudao, kawasan pantai Taipei, bersama sang ibu, Jen (Sin Jee) saat ia masih kecil. Mei kerap bermimpi mengenai kehidupan masa kecilnya di “Green Island” bersama sang ibu serta saudara laki-lakinya, di mana ia kerap didongengkan perihal kisah putri duyung menjelang tidur dan harus bergulat dalam pencarian jiwanya selama bertahun-tahun.
Mei jatuh cinta pada seorang petinju muda bernama Hsiang (Chang), di mana hubungan mereka yang rumit namun penuh gairah semakin menambah permasalahan sang gadis. Belakangan, terungkap bahwa jalinan yang terhubung antara Mei dan Hsiang jauh lebih kompleks dan emosional dari sekadar kisah asmara antara seorang petinju yang sedang berusaha menapaki kariernya dengan kekasih gilanya.
Di mana, seiring kenangan masa kecil yang lambat laun terungkap, menguak kedalaman masing-masing karakter yang telah membentuk mereka. Lalu, masih ada lagi Yu Nan (Ko), seorang pemandu wisata lokal di Taiwan, yang diam-diam terus berusaha mencari jejak saudari kandungnya dan sang ibu, meski sebenarnya ia dihantui rasa takut untuk mengetahui bagaimana nasib yang menimpa dua orang paling dicintainya itu.
Berisikan deskripsi tiga tokoh berusia 30an yang didera permasalahan psikologis dan sama-sama berjuang mengadapi trauma masa kecil, Murmur of the Hearts bukan tergolong paket tontonan yang mudah dinikmati golongan penonton awam. Pasalnya, film yang naskahnya ditulis bareng sang sineas dengan penulis naskah Taipei berdarah Jepang, Yukihiko Kageyama ini dikemas lewat kombinasi sebuah tour-de-force gabungan adegan flashback dan flash forward yang simultan, jalinan antarkarakter, adegan mimpi, fantasi, dan realitas, yang bisa jadi membingungkan dan terasa melelahkan untuk disimak.
Namun, sungguhpun demikian, secara keseluruhan, dalam durasinya yang nyaris mencapai dua jam, Chang sukses menampilkan sudut pandang wanita yang sangat solid, yang rasanya akan menjadi strong selling point dari film ini. Murmur of the Hearts juga seakan menjadi ajang pamer kebolehan sang sineas di bidang penyutradaraan, di mana di sini sang sineas ibarat menari-nari dalam menyampaikan gaya naratifnya untuk membuai penonton masuk ke alam pikirannya, lewat paduan adegan memori masa kecil para karakternya yang dikemas secara semi-fantasi dan gambaran realitas kehidupan nyata rutinitas mereka.
Dan, nyatanya sajian karya comeback sang sineas ini mumpuni dalam memikat hati audiens, khususnya kalangan kritikus mancanegara yang banyak memberikan apresiasi positif atas kerja keras salah satu sineas wanita paling terkemuka di Asia ini.
Pemain: Isabella Leong, Joseph Chang, Lawrence Ko, Angelika Lee Sinje, Julian Chen, Wang Shih-hsien, Chia Hsiao-ku, Tsan Cheng-chu; Chu Yu-ning, Nick Yen, Glen Teng, Renee Su
Sutradara: Sylvia Chang
Durasi: 116 minutes
Bahasa: Mandarin, Taiwanese dialogue
