“Loyal, brave, and true… it is my duty to protect my family.” – Mulan.
Memasuki bulan September ini, ada dua hal menarik yang layak kita tunggu sebagai penikmat film. Pertama adalah kedatangan saluran OTT Disney+ Hotstar ke Indonesia pada tanggal 5 September kemarin, dan yang kedua adalah hadirnya film “Mulan” yang ditayangkan lewat platform tersebut.
Walaupun asa kita sirna melihat Disney+ Hotstar Indonesia tak jadi menayangkan Mulan sebagaimana yang dilakukan Disney+ di luar sana, dan terlebih layar lebar di Indonesia belum dapat dibuka, animo kita tetap besar menantikan film ini.
Namun pada akhirnya para konsumen harus dipaksa mengalah karena film ini dihadirkan dengan cost extra yang cukup menguras isi kantong dengan biaya sebesar US$ 30 atau sekitar Rp 442 ribu lebih (kurs hari ini).
“Mulan” versi live action sekarang sudah beredar serentak di platform Disney+, dan pertanyaannya sekarang adalah, apakah film yang dibayar dengan mahal ini sungguh dapat memuaskan para penonton setianya seperti halnya dahulu “Aladdin” (2019) dihadirkan lagi lewat live action-nya?

Di sebuah perkampungan bertingkat, Hua Zhou (Tzi Ma), bekas prajurit kerajaan Tiongkok, sekarang hidup damai dengan keluarga dan kedua anak perempuannya. Di tiap perkataannya, ia selalu mengatakan kalau ‘chi’ yang dimiliki putrinya, Hua Mulan (Liu Yifei) sangat besar, dan hal tersebut merupakan tipikal seorang pejuang sejati.
Dan memang, tingkah laku Mulan dari kecil memang layaknya seorang perempuan tomboy yang senang mengejar-ngejar ayam sampai ke atap rumah, dan dengan lincahnya ia sesekali berakrobat dari lantai ke lantai, sampai akhirnya bisa mendarat dengan selamat dari ketinggian.
Cerminan itu bukanlah sebuah tingkah laku seorang wanita yang hidup di sekitar abad ke-5 (menurut cerita aslinya) di Tiongkok. Namun Mulan, sebagai seorang anak yang taat kepada orang tuanya, tetap berusaha menyenangkan mereka.
Ia berhias diri, menggunakan make-up tebal, gaun panjang dan diantar ibunya dan adiknya ke seorang wanita pencari jodoh (matchmaker), untuk melihat apakah dirinya dapat bersikap anggun, tenang, dan sesuai dengan keinginan calon suami. Dan bisa ditebak, pertemuan itu gagal, dan tak seperti yang orang tuanya harapkan.

Pindah ke lain tempat, seorang pemberontak dari utara, Bori Khan (Jason Scott Lee) dan sekutunya, Xian Lang (Gong Li) datang mengancam untuk mengambil alih kerajaan dengan melumpuhkan satu per satu pos penjagaan. Xian Lang yang mempunyai kemampuan shapeshifting menjadi bentuk apapun ini memang sangat kuat.
Bori Khan yang memang sangat dendam pada kaisar (Jet Li), memang membutuhkan kemampuan Xian Lang yang di atas rata-rata itu. Namun serangan tersebut membuat kaisar mengeluarkan perintah untuk mengumpulkan semua laki-laki di seluruh penjuru negeri untuk mengabdi sebagai tentara.
Kedatangan utusan kaisar ke kampung Mulan membuat Hua Zhou berinisiatif untuk membela negaranya. Walaupun ia tak bisa berdiri tegak, ia tetap memaksakan dirinya bangkit dan ikut wajib militer lagi sebagai tentara.
Mulan tidak tahan mendengar ayahnya akan pergi berangkat. Di malam hari, sebelum paginya sang ayah berangkat, ia mengambil pedang ayahnya, dan baju besi milik ayahnya, dan menyamar menjadi pria.

Saat berlatih di ketentaraan, Mulan belajar dari Komandan Tung (Donnie Yen) dan berteman dengan beberapa rekrutan lainnya, termasuk Chen Honghui (Yoson An). Sebelum pelatihan mereka selesai, resimen mereka dipanggil untuk melawan Bori Kahn dan Xian Lang (Gong Li) yang mulai mendekati ibukota kerajaan.
Sekarang tugas Mulan adalah, apakah dia masih harus berbohong tentang siapa dirinya atau mempertaruhkan nyawa dan kehormatan keluarganya untuk menyelamatkan Tiongkok.
Tentunya tak usah berpanjang lebar, dan membuat spoiler lebih lanjut, Mulan live action yang disutradarai oleh Niki Caro (McFarland, USA) kali ini memang jauh berbeda dari versi animasinya yang pertama kali muncul pada tahun 1998.
Perbedaannya pertama yang terlihat memang sangat signifikan, mengingat film sebelumnya merupakan animasi musikal, sedangkan di versi live action kali ini, film ini digarap secara kolosal layaknya film-film bergenre wuxia yang secara spesifik menekankan sosok heroine yang mempunyai kemampuan beladiri dengan latar era Tiongkok kuno.

Yang kedua adalah pasti ada beberapa karakter dihilangkan, terutama karakter Mushu, naga pelindung yang mendampingi perjalanannya; jangkrik pembawa keberuntungan; Li Shang, komandan yang ia sukai, dan di film terbaru ini terbelah menjadi dua karakter berbeda; dan yang jelas tampak nyata adalah Nenek Fa, yang sekarang digantikan oleh adik perempuan Mulan.
Yang ketiga adalah soundtrack asli di versi animasinya tak ada satupun yang dinyanyikan, tetapi perlu dicatat kalau soundtrack aslinya tak sepenuhnya dihapus dari versi 2020. Soundtrack tersebut tetap hadir dalam bentuk instrumental dan beberapa lirik lagunya juga ikut disertakan dalam beberapa dialog film.
Sejumlah perbedaan lainnya juga nampak, dan dirasa cukup mengganggu buat kita yang pernah menonton versi aslinya, yaitu dihilangkannya adegan Mulan saat memotong rambut panjangnya menjadi pendek, ataupun hadirnya karakter antagonis baru Xian Lang.
Tapi perbedaan-perbedaan yang telah disebut di atas sah-sah saja, mengingat semua remake film pasti memerlukan penyesuaian, dan itu meliputi semua aspek teknis dan non teknis, yang semua sudah diperhitungkan matang oleh pihak studio, terlebih film ini penggarapannya sangat berbeda bila kita bandingkan dengan “Aladdin” misalnya, yang menyanyikan soundtrack-nya secara langsung.

Alih-alih menjadikan film live action terbaru ini sebagai musikal, Disney membuat adaptasi terbaru ini dengan lebih serius. Sang sutradara Niki Caro, terlihat memasukkan sedikit elemen wuxia legendaris seperti “Crouching Tiger, Hidden Dragon” atau “House of Flying Daggers”, walaupun dengan nuansa yang berbeda tentunya.
Film ini mengawali kisahnya dengan sangat baik. Kita akan terpesona dengan representasi desa Mulan yang sekarang dibuat bertingkat ala rumah susun, namun tetap sederhana, scene yang indah (terutama saat Mulan berangkat ke mak comblang), juga set lokasi yang dipersiapkan dengan matang, membuat visualisasi keseluruhan film ini memang indah, dengan tone warna vivid yang membius mata kita saat menonton film ini.
Banyaknya cast besar sayangnya membuat film ini hilang dalam pendalaman karakter, praktis yang menonjol hanya Hua Zhou, ayah Mulan dan Mulan sendiri. Emosi keduanya sangat hidup dan walau muncul di awal dan akhir, interaksi keduanya sangat kuat dan filosofis, di mana esensi dari sebuah kehormatan, pengorbanan dan arti sebuah keluarga menjadi begitu bermakna.
Namun di balik kelebihan teknis itu, sejumlah kekurangan juga terlihat. Seperti banyaknya adegan yang tak masuk akal, seperti mendaki gunung tinggi yang tiba-tiba saja Mulan sudah ada di atas dengan cepatnya, tak terlihat perjuangan keras yang semestinya diperlihatkan, atau perjuangan Mulan menyelamatkan teman-temannya yang terlihat hanya menyelamatkan Hong Hui saja.

Yang terlihat aneh justru saat Mulan menggunakan ‘chi’-nya untuk membuat longsoran salju, mengingatkan kita akan kekuatan ‘force’ dari saga Star Wars. Entah kenapa scene ini dimunculkan, atau sengaja dimunculkan untuk mengangkat original heritage dari Tiongkok, bisa saja.
Tak sulit mendeskripsikan film Mulan ini sebagai film yang menonjolkan sisi feminis dan emansipasi wanita yang tak lazim pada saat itu. Kita mungkin akan jatuh cinta pada karakter Mulan saat ini, walaupun mungkin dari kita tak menyukai filmnya secara keseluruhan.
Yang jelas, Mulan versi live-action ini tak akan bisa dibandingkan head to head dengan versi animasinya. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Fans-nya pun kini terbelah, ada yang menyukai kedua versi ini, ada yang tidak menyukai, maupun lebih suka versi animasinya.
Apakah layak Disney+ membandrol film ini dengan harga tinggi? Hmmm, tentu saja jawaban itu hanya kita sendiri yang bisa menjawab setelah menonton filmnya. Mudah bukan?
Director: Niki Caro
Casts: Liu Yifei, Donnie Yen, Tzi Ma, Jason Scott Lee, Yoson An, Ron Yuan, Rosalind Chao, Nelson Lee, Cheng Pei-Pei, Gong Li, Jet Li
Duration: 115 Minutes
Score: 6.4/10
The Review
Mulan
Mulan yang baru saja hadir di Disney+ ini merupakan remake live action dari versi animasinya yang dahulu hadir di tahun 1998. Sejumlah perbedaan muncul, baik dari jalan cerita, karakter dan tentunya dengan setting yang megah dan visualisasi indah, akan membuat kita ingin menonton film ini hingga selesai.