“I left Cuba to fight against the Castros.” – Juan Pablo Roque.
Sungguh. Melihat materi film ini akan membuatmu tertarik. Ya gimana enggak! “Wasp Network” disutradarai oleh Olivier Assayas, yang sudah punya nama besar dan juga sukses menyutradarai “Personal Shopper” dan “Non-Fiction”. Kemudian dari jajaran pemain, film ini juga punya line-up yang lumayan.
Ya emang sih ada Edgar Ramirez yang dosanya masih jelas banget di memori kita lewat “Last Days of American Crime”. Tapi selain itu ada Penelope Cruz, Gael Garcia-Bernal, dan Ana de Armas yang sangat mempesona. Jadi sebetulnya film sudah memiliki bekal yang cukup. Nah apakah semua itu bisa dimanfaatkan dengan baik?
Cerita film ini awalnya berkutat pada dua orang pilot yang datang ke Kuba secara diam-diam. Mereka adalah Rene Gonzalez (Edgar Ramirez) dan Pablo Roque (Wagner Moura). Dalam waktu yang berbeda keduanya bergabung dengan organisasi yang bertugas melakukan propaganda kepada Presiden Castro.

Organisasi ini gak main-main karena dipimpin oleh seorang atasan yang dipanggil presiden pula. Jadi kita tinggal melihat bagaimana film mengembangkan konfliknya menjadi sesuaty yang menarik.
Soalnya gini, “Wasp Network” diambil berdasarkan kejadian nyata di tahun 90-an. Kedua kita bisa melihat perseteruan yang melibatkan pemerintahan Fidel Castro versus CANF plus ada sedikit campuran Amerika Serikat nya juga. Tapi yah, semua harus diawali oleh sesuatu yang kurang gereget.
Film ini tidak ada tensinya sama di masa persiapan dan lebih dari setengah masa konfrontasi. Setelah sequence yang langsung ngegas di awal, yang kita lihat hanya lah orang-orang ngobrol di kafe. Eksposisinya terlalu banyak sehingga membuat excitement level dari film semakin lama semakin menurun.
Audiens seperti melihat titik-titik yang berserakan dari sebuah coretan. Ga tau mau diarahkan ke mana, dan kita pun belum bisa peduli terhadapnya. Semua blend jadi satu. Akhirnya ya jadi bingung. Bagaimana “Wasp Network” bekerja sama sekali tidak teraba akibat penceritaan yang raw tersebut.

Dari segi sinematiknya, tidak adanya creative approachment yang meyakinkan untuk menciptakan tensi yang dibutuhkan. “Wasp Network” bisa membuatmu tertidur. Film ini sungguh-sungguh membosankan di masa tersebut. Kita cuma dikasih lihat orang ngomong terus, sedikit adegan aksi, sisanya ngomong lagi.
Yang paling bisa kita dapatkan paling adalah kehidupan pribadi dari kedua pilot ini. Yang satu udah punya keluarga di Kuba sana, dan yang satu lagi akan berkeluarga. Toh juga kita tidak terlalu memahami sih bagaimana aspek keluarga itu bisa nyambung dengan cerita di “Wasp Network”. Ya balik lagi, aspek itu hanya lah satu bagian titik di dalam corat-coret yang besar namun semrawut dari film.
Baru deh, ketika udah di tengah-tengah, “Wasp Network” terasa geregetnya. Anehnya, semua diawali oleh flashback ke empat tahun silam ketika dedengkot grup ini yaitu Manuel Viramontez (Gael Garcia Bernal) diperlihatkan eksposisinya.

Semua uneg-uneg yang kita dapatkan sejak awal secara perlahan mulai diperbaiki di sini. Mulai dari tensinya yang naik, isinya gak cuman orang ngopi, dan jalinan antar wasp mulai terlihat. Hanya saja, perbaikan ini tidak serta-merta membalikkan keadaan. Ada satu bagian yang rasanya “kentang”, kemudian selain itu kita juga melihat koneksi yang terputus secara kasar mengenai apa yang dilakukan Rene mengingat di awal Ia bisa dibilang merupakan pengkhianat negara.
Memang, film dengan cerita spionase negara seperti ini bukan sesuatu yang mudah dicerna. Cuman salah mereka juga. Udah tau susah dicerna, njelimet, eh malah ngalor ngidul dulu ke sana kemari dan terkesan tidak fokus di awal.
Karena begini. Saking eksisnya penceritaan yang tumpang tindih gak jelas, “Wasp Network” sepetinya lebih bagus jika disajikan secara series, bukan dengan treatment film panjang. Jadi mungkin konflik demi konflik bisa diberikan secara lebih leluasa.

Karena beneran deh, di sini kita gatau filmnya mau ke arah mana hingga flashback ke karakter Viramontez. Dan itu pun flashback-nya baru jalan di pertengahan. Itu yang amat sangat disayangkan. Wajar bila baru sampai pertengahan masa Chillers sudah mematikan film ini saking bosan atau ngantuknya.
Untuk akting, Penelope Cruz paling keren penampilannya di sini. Ia memerankan karakter istri dari seorang yang dicap pengkhianat negara. Tentu bukan sesuatu yang mudah, bukan? Penelope berhasil menunjukkan ketegaran seorang wanita yang berada dalam situasi sulit.
Bagaimana ia bisa mencurahkan hal tersebut dapat terlihat dengan jelas. Bukan tipe “damsel in distress” lah! Sayang, hal sebaliknya justru menimpa Ana de Armas. Sangat terlihat di masa-masa cerita sangat kacau, karakternya langsung hilang ditelan bumi setelah bagian yang “kentang” dari film selesai ditampilkan. Ana hanya memerankan seorang wanita yang kebingungan.
Melihat karakernya dituliskan dan juga hubungannya dengan bagian yang nanggung. Jadi menarik dugaan buruk bahwa dalam film ini apakah sesungguhnya ada karakter-karakter yang harusnya tidak perlu ada tapi diada-adain?

Karena sepertinya “Wasp Network” akan lebih bold dan to the point jika menempatkan pada 3 karakter saja: Rene Gonzalez, Manuel Viramontez dan Nyonya Salanueva.
Ini adalah karya yang menurun bagi sutradara Olivier Assayas. Ketika membaca judulnya, pasti audiens mau langsung melihat bagaimana tim “Jejaring Lebah” ini beroperasi dan berinteraksi seraya sudut pandang khusus dari karaker utamanya itu sendiri.
Eh yang terjadi malah ceritanya tak tentu arah sama sekali hingga pertengahan film. Hal tersebut benar-benar tidak dapat ditolerir. Mungkin akan lebih pas jika flashback Viramontez ditaruh paling awal sebelum film mengalihkan fokusnya kepada Rene Gonzalez dan keluarganya.
Justru karena terlalu banyak yang diceritakan maka hasil akhirnya malah membingungkan. Penebusan mulai dari pertengahan masa memang berasa, tapi sesuatu yang paling gong sebetulnya belum didapat. Tentang bagaimana anggota memperoleh informasi tentang satu kasus besar, yang bukan sekedar diberi tahu lewat montage sequence.
Director: Olivier Assayas
Casts: Penelope Cruz, Edgar Ramirez, Gael Garcia Bernal, Wagner Moura, Ana de Armas, Leonardo Sbaraglia, Tony Plana
Duration: 127 Minutes
Score: 6.0/10
Editor: Juventus Wisnu
The Review
Wasp Network
'Wasp Network' mengisahkan pelarian lima tahanan politik Kuba ke Amerika Serikat sejak akhir 1990-an dengan tuduhan spionase dan pembunuhan
Discussion about this post