'The Secret Garden', Adaptasi Klasik yang Lebih Dewasa dari Versi Aslinya
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

‘The Secret Garden’, Adaptasi Klasik yang Lebih Dewasa dari Versi Aslinya

Adam Pratama by Adam Pratama
August 11, 2020
in Featured, Movies, Reviews
‘The Secret Garden’, Adaptasi Klasik yang Lebih Dewasa dari Versi Aslinya

© STUDIOCANAL

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baca Juga:

‘Imperfect’ The Series Tayang Eksklusif di WeTV dan iflix

Ngefans sama LOTR? Serial Terbaru dari Prekuel ‘The Lord of the Rings’ Segera Hadir

“What if I were to tell of you of a magical place, capable of extraordinary things.” – Mary Lennox.

 

Sebetulnya trailer dari film ini sudah bolak-balik diputar ketika kami menghadiri screening. Cuman karena pandemi COVID-19, akhirnya “The Secret Garden” malah pertama kali ditonton melalui layanan VOD.

Film ini merupakan novel berjudul sama tahun 1911 yang ditulis oleh Frances Hodgson Burnett. Untuk versi audiovisual-nya sendiri, “The Secret Garden” sudah beberapa kali dibuat baik dalam bentuk film maupun serial televisi.

Nah untuk yang versi kali ini, filmnya dibintangi oleh dua nama kondang yaitu Colin Firth dan Julie Walters, sementara itu aktor cilik yang menjadi sorotan utama adalah Dixie Egerickx.

ADVERTISEMENT
© STUDIOCANAL

Ceritanya mengenai seorang gadis bernama Mary (Egerickx). Ia ditinggal sang Ibu yang wafat secara tragis. Mary kemudian tinggal di rumah pamannya yang besar sekali dan memiliki halaman yang luas.

Meski tinggal di tempat yang nyaman, hal tersebut tidak dapat mengobati rasa sedih dan juga yang terpenting adalah rasa kesendirian Mary. Belum lagi ia juga harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Suatu hari, Mary secara tak sengaja menemukan sebuah taman rahasia.

Taman ini berada dibalik tembok sehingga tidak nampak dari luar. Taman ini lambat laun mengubah kehidupan Mary, sembari ia juga berkenalan dengan karakter-karakter lainnya juga. Mulai dari para pelayan seperti Mrs. Medlock (Julie Walters) dan Martha (Isis Davis), kemudian sepupunya sendiri yaitu Colin (Edan Hayhurst) hingga Dickon (Amir Wilson) si anak misterius.

© STUDIOCANAL

Versi film ini memiliki perbedaan yang mencolok dengan versi bukunya. Gak tanggung-tanggung, selain porsinya lumayan besar, perbedaan ini juga berakibat fatal terhadap lemahnya tahap persiapan dari film itu sendiri. Jadi, kalau di buku, eksposisi karakter Mary sangat jelas. Ia adalah anak yang menyebalkan lah istilahnya. Ia memperlakukan semua layaknya pembantu. Ia tidak memiliki cinta dan juga sayangnya tidak dicintai oleh sang ibu.

Nah di sini lah letak perbedaan terbesar. Sang ibu, pada versi novel dideskripsikan sebagai wanita yang kurang peduli pada anaknya. Suka party, pergi-pergi, sehingga terkena penyakit habis itu wafat.

Di satu sisi, perubahan imej ibunda Mary ini membuat rasa emosional kekeluargaan versi film sangat terasa. Mary di dalam film sangat mencintai keluarga, apalagi ibunya. Meski begitu di sisi lain, perasaan Mary bahwa Ia seperti tidak dicintai jadi cukup absurd karena jika ibunya jatuh sakit itu tidaklah cukup untuk membuat notion bahwa Mary tidak mendapatkan cinta yang cukup dari ibunya.

© STUDIOCANAL

Selain itu, sifat Mary yang masih terbawa di film adalah ketika ia belum dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Hal ini terlihat ketika Mary bertemu pertama kali dengan Martha. Salah satu dialog yang diucapkan Mary pada sequence itu cukup membuat terkejut, dalam hal yang negatif.

Ini apaan banget sih karakternya? Kok kasar. Ungkapan tersebut sangat wajar karena eksposisi Mary sangat kurang. Di sini kita melihat bahwa film sebetulnya masih ingin menampilkan Mary yang (agak) congkak. Sayang itu gak dapet, apalagi Mary dari awal ditunjukkan sebagai gadis yang baik dan sayang akan ibunya. Jadi kalau di novel Mary ini sepetti tidak memiliki cinta dan tidak dicintai, namun di film ia memiliki cinta namun tidak merasa dicintai.

Jujur hal ini sangat mengganggu. Pertama ya itu tadi, kayak karakternya kok ternyata kasar juga ya. Kemudian rasa depresif jadi begitu menyelimuti film. Mary layaknya anak kecil yang stres. Kemudian ada juga banyak scene yang isinya teriakan. Very unpleasant. Aura depresif ini bahkan semakin kelam lagi dengan aspek sinematik yang ditunjukkan.

© STUDIOCANAL

Rumah dari Paman Archibald (Colin Firth) sangat kelam. Warna hijau tapi nampak seperti hijau yang sudah lumutan. Sudah begitu cahayanya pun juga pasti minim jadi menambah kengerian. Saat suasana daylight aja cahayanya irit, apalagi pas malam. Ini sedikit menjadi problem karena buat film keluarga genre fantasi, pasti akan sulit untuk menyeimbangkan antara tone dengan kebutuhan penonton.

Selain Mary, karakter lainnya pun dibikin kurang bersahabat. Mau itu Oaman Archibald kek, Mrs. Medlock kek, hingga Colin yang merupakan sepupu dari Mary sendiri. Martha tidak banyak membuat film menjadi lebih light, justru Dickon yang pertama kali “breaking the barrier”, cuman di awal karakter ini ditampilkan juga dengan cara yang ‘gelap’.

Beruntung, film lambat laun semakin menarik. Tepatnya setelah taman tersembunyi ditemukan. Untuk bentuk taman, film menampilkannya lebih seperti hutan dengan beragam tanaman besar yang menghiasinya. Lalu ada juga kolam yang bisa digunakan untuk berenang dan pohon-pohon besar. Taman ini dianggap memiliki energi positif yang berasal dari kepercayaan Mary akan kekuatan cinta.

© STUDIOCANAL

Ini dampaknya besar apalagi nanti cerita juga akan semakin memasukkan presence dari Colin yang juga sebelas dua belas sama Mary. Dia juga sebetulnya memiliki konflik yang sama yaitu kehilangan. Jadi, bayangin aja. Konflik “double loss”, terus disajikan secara kelam.

Oke balik lagi ke tamannya, penampilan taman terhitung bagus, hanya saja ada satu bagian ketika taman tersebut mengeluarkan magisnya, animasinya sangat kasar. Kita bisa melihat dengan jelas kalau itu bohongan, apalagi didukung oleh pengambilan kamera yang diambil dari jarak yang jauh. It’s a big no.

Taman ini juga sebetulnya ketika ditampilkan di awal itu kesannya biasa-biasa saja. Tidak ada shots yang berhasil membuat penonton berdecak kagum. Adanya malah shots yang membuat dramatic effect jadi terlalu berlebihan. Magis.

Cuman apa yang mau disampaikan semakin berasa. Kita bisa menemukan korelasi antara Mary dan juga Colin, meskipun batasan informasi tidak pernah ditampilkan dari karakter Colin. Semua berpusat di Mary sehingga film berhasil menampilkan karakter yang emang awalnya nyebelin, tapi semakin ke sini semakin disukai.

© STUDIOCANAL

Selain itu, kita juga dapat melihat aspek persahabatan yang terjalin antara Mary, Colin, Dickon, dan Hector – anjing yang menuntun Mary ke taman rahasia tersebut. Karakter Paman Archibald semakin akhir juga semakin terlihat geregetnya. Ini mengingatkan kita banget sama apa yang ditampilkan oleh karakter Ayah di film “Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini”. Tentang bagaimana seorang karakter bereaksi terhadap sesuatu yang sangat memukul dirinya.

Archibald semakin sentral menjelang akhir. Lagi-lagi, hal ini merupakan perjudian scriptwriter Jack Thorne. Di sini kita akan melihat sebuah kejadian yang sayangnya, konyol. Memang sih, hukum kausalitas yang melatarinya itu kuat. Tapi, apa yang kemudian terjadi sungguh lucu. Apalagi ada tambahan scene yang mencoba untuk menambahkan rasa yang layaknya ada di buku, namun tidak berhasil. Jatuhnya maksa. Cringe banget, lah!

“The Secret Garden” kembali beruntung karena kembali hit the tone dengan memanfaatkan ikatan emosional dari karakter pentingnya. Walaupun hal tersebut tidak terjadi pada karakter utama, namun kita bisa melihat perkembangan Mary di sini.

© STUDIOCANAL

Apa yang dilakukan oleh “The Secret Garden” bagi sebuah film adaptasi novel terhitung lumayan. Mengapa demikian? Karena masih terkesan nanggung. Mulai dari eksposisi karakter utamanya, sampai turning point salah satu karakter pendukung yang penting. Belum lagi penggambarannya juga sudah seperti film horor.

Ada satu scene yang benar-benar bikin kaget dan sayangnya lagi itu tidak menyelesaikan rangakaian bagian cerita dengan baik. Penampakan tamannya oke tapi masih terhitung kurang gereget. Meski dua kali beruntung, nampaknya itu masih belum cukup untuk menyelamatkan.

 

Director: Marc Munden

Casts: Dixie Egerickx, Edan Hayhurst, Amir Wilson, Colin Firth, Julie Walters, Isis Davis

Duration: 99 Minutes

Score: 6.8/10

Editor: Juventus Wisnu

The Review

The Secret Garden

6.8 Score

Ketika orang tua Mary Lennox tiba-tiba meninggal, dia dikirim untuk tinggal bersama pamannya, Archibald Craven, di sebuah pedesaan terpencil jauh di dalam Yorkshire Moor. Saat menjelajah, dia menemukan taman ajaib yang tersembunyi. Apa yang Mary temukan di taman ajaib itu?

Review Breakdown

  • Acting 0
  • Cinematography 0
  • Entertain 0
  • Scoring 0
  • Story 0
Tags: Amir WilsoncineverseColin FirthDixie EgerickxEdan HayhurstFrances Hodgson BurnettIsis DavisJulie WaltersMarc MundenReview The Secret GardenThe Secret Garden
Adam Pratama

Adam Pratama

Founder CINEMANIA ID, now becoming @cineverse.id. Batch 2 @mrabroadcastingacademy, Batch 4 adv class @kelaspenyiar_id. @imsi_fibui @fibui_basketball

Related Posts

Wetv Imperfect Orginal Series

‘Imperfect’ The Series Tayang Eksklusif di WeTV dan iflix

by Arif Firdaus
January 14, 2021
0

...

The Hobbit

Ngefans sama LOTR? Serial Terbaru dari Prekuel ‘The Lord of the Rings’ Segera Hadir

by Juventus Wisnu
January 15, 2021
0

...

Discussion about this post

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Panduan Lord Knight Ragnarok M Tipe AGI Crit, Bash & Pierce Build,

Panduan Lord Knight Ragnarok M Tipe AGI Crit, Bash & Pierce Build,

May 6, 2020
Di Harry Potter Universe, Inilah 10 Tongkat Sihir Terkuatnya

Di Harry Potter Universe, Inilah 10 Tongkat Sihir Terkuatnya

November 25, 2020
Ini 25 Lagu Rolling Stones yang Paling Asyik Didengar

Ini 25 Lagu Rolling Stones yang Paling Asyik Didengar

May 11, 2020
As the Gods Will (2014), Permainan Maut bagi Pencinta Gore

As the Gods Will (2014), Permainan Maut bagi Pencinta Gore

May 11, 2020
‘Ave Maryam’, Romansa Terlarang yang Menuai Pergulatan Batin

‘Ave Maryam’, Romansa Terlarang yang Menuai Pergulatan Batin

0
6 Pemeran Batman Terburuk dan Terbaik Hingga Saat Ini

6 Pemeran Batman Terburuk dan Terbaik Hingga Saat Ini

0
Sajian Unik Lobo Restaurant Dalam Peringati Kemerdekaan RI ke-72

Sajian Unik Lobo Restaurant Dalam Peringati Kemerdekaan RI ke-72

0
Wetv Imperfect Orginal Series

‘Imperfect’ The Series Tayang Eksklusif di WeTV dan iflix

0
Wetv Imperfect Orginal Series

‘Imperfect’ The Series Tayang Eksklusif di WeTV dan iflix

January 14, 2021
The Hobbit

Ngefans sama LOTR? Serial Terbaru dari Prekuel ‘The Lord of the Rings’ Segera Hadir

January 15, 2021
Netflix 2021

Intip Yuk Film Blockbuster Keluaran Netflix di Tahun 2021

January 13, 2021
Sobat Ambyar

Referensi Bagus Bramanti yang Tak Terduga di ‘Sobat Ambyar’

January 13, 2021
ADVERTISEMENT

Cineverse

Entertainment news, film reviews, awards, film festivals, box office, entertainment industry conferences.

© 2020 Cineverse - All Right Reserved.

  • About Us
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 Cineverse – All Right Reserved.

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In