“Doldrums. Doldrums. Eviler than the Devil. Boredom makes men to villains, and the water goes quick, lad, vanished.” – Thomas Wake.
Layanan streaming sekarang menjadi alternatif setelah wabah Covid-19 menyerang banyak negara di dunia. Dan salah satu layanan streaming tersebut, Amazon Prime, kembali akan mengeluarkan film “The Lighthouse” yang rencananya keluar tanggal 16 April waktu Amerika.
Sejatinya film yang sudah rilis tahun 2019 ini, telah berkeliling dari satu festival ke festival lainnya, dan memperoleh respon positif dari audiens yang telah menonton film ini. Namun pemutaran terbatas saat acara Plaza Indonesia Film Festival 2020 di Jakarta, pada 27 Februari lalu, mengakibatkan banyak orang belum sempat menonton film ini.
Film yang terlihat unik ini memang menarik sejak pertama kali mengeluarkan promo trailernya. Tak ayal, apa yang disuguhkan trailernya, membuat kita tertarik melihatnya, dan bahkan meyakini kalau filmnya saat keluar, nantinya akan keren dan sukses.
Film yang diberi judul “The Lighthouse” ini memang meyakinkan sejak promonya keluar, feeling kami sudah merasa yakin kalau film arahan Robert Eggers (The Witch) ini akan mampu berbicara banyak terutama di ajang festival.
Ketertarikan muncul setelah melihat penerapan konsep retro hitam putih plus aspek rasio kameranya yang 1.19:1 yang tak lazim diterapkan untuk film layar lebar yang sekarang menggunakan widescreen 1.85:1 hingga 2.35:1.
Tapi bukanlah konsep retro tersebut yang membuat film ini menarik, namun dua pemeran utamanya yang mendominasi film ini. Bagaimana tidak Willem Dafoe (At Eternity’s Gate) dan Robert Pattinson (Cosmopolis) mengisi 98% dari screen time yang disediakan.
Keduanya, baik Dafoe maupun Pattinson, sukses menghidupkan aura klaustrofobia, rasa terpencil, serta tentunya kegilaan yang pelan-pelan muncul setelah empat minggu menjaga mercusuar di pulau terpencil yang terletak di New England, Amerika Serikat. Nuansa gelap dan mencekam di setiap adegannya, membuat kita terasa ikut terperangkap bersama mereka.
Ephraim Winslow (Pattinson) yang menjaga mercusuar itu bersama atasannya, Thomas Wake (Dafoe), selalu kesal saat diperintah Thomas yang maunya tahu beres saja. Namun momen keakraban mereka, saat mereka ngobrol hingga mabuk, terasa sangat realistis.
Jangkauan (range) emosi yang dikeluarkan oleh keduanya ketika berinteraksi satu sama lain benar-benar membuat kita merasa sangat tegang nan intens. Pokoknya, seperti sedang naik roller coaster di taman ria saja.
Tapi kalau mau dibandingkan lagi, tak dipungkiri yang bersinar disini adalah Pattinson. WOW Chillers. Oke, mungkin kita sudah sering mendengar bahkan menyaksikan penampilan-penampilan super keren Pattinson pasca Twilight Saga itu.
Tapi, terlepas penampilannya di Cosmopolis (2012), The Rover (2014), dan High Life (2018), sangat mind-blowing, tetap saja, perannya di film inilah yang jauh lebih “sakit jiwa”.
GILA! Ya itu kata yang tepat untuk menggambarkan penampilan Pattinson sebagai penjaga mercusuar kontraktor ini.
Ya siapa sangka kalau pemeran Batman baru ini mampu mengeluarkan jangkauan emosinya dengan sangat gahar? Pattinson bisa dengan cepat melakukan transisi dari kesal menjadi tenang, menjadi geram, sedih, dan bahkan gembira. Dengan kemumpuniannya tersebut, alhasil kitapun menjadi tahu apa dan bagaimana latar belakang dari sosok Winslow yang lumayan kompleks itu.
Tapi di saat yang sama sekali lagi, bukan berarti Dafoe tidak bisa mengimbangi. Justru karena melihat penampilan Pattinson yang sebegitu masterful-nya, Dafoe terlihat sangat terpacu banget untuk mengimbangi juniornya tersebut. Alhasil, tak heran ia sukses juga mengkoyak-koyak emosi kita dengan menunjukkan betapa strict-nya Wake dengan anak buahnya tersebut.
Tapi bukan Dafoe namanya apabila ia tidak bisa tetap terlihat charming dalam kebengisan atau kesikapannya yang sangat menyebalkan tersebut. Ya lihat saja aksinya sebagai Norman Osborn aka Green Goblin di Spider-Man (2002) bukan? Walau kita kesal karena menculik Mary Jane (Kristen Dunst), sosok dan sikap jahatnya tetap terlihat asyik saja bukan?
Nah seperti itu juga ketika menyaksikan aksinya sebagai Wake disini. Plus Dafoe di perannya ini, juga memperkuat karisma-nya tersebut dengan aksen bajak laut (pirate)-nya yang sangat sangar nan meyakinkan itu.
Penampilan keren keduanya ini tak ayal, membuat kita di Februari lalu kesal saja ketika melihat keduanya tidak dinominasikan di penghargaan Oscar. Pattinson really got Robbed. Bahkan nominasi sutradara terbaik bagi Eggers pun tidak nampak sama sekali. Padahal seperti yang dikatakan sebelumnya, “The Lighthouse” bisa dikatakan adalah pengarahan paling artistik yang pernah ditampilkan oleh sutradara asal New Hampshire ini.
Ya kita pakai logika saja, buktinya kita sudah jarang menyaksikan sutradara yang berani untuk menampilkan filmnya dalam format layaknya seperti film-film rilisan era 20-an dan 30-an?
Dengan keberaniannya tersebut, film yang premisnya sangat simpel, namun kedalaman emosi nampak dari naskah yang juga ditulis oleh Eggers ini. Semua menampilkan keindahan dalam atmosfer yang kelam dan emosional.
Memang, tipikal film seperti “The Lighthouse”, bukanlah untuk banyak orang. Terlebih bagi kamu yang memang tidak suka dengan tipikal film drama yang dari awal hingga akhir lumayan banyak menampilkan adegan “ngobrol” doang.
Tapi coba jauhkan dulu ego tinggi tersebut, karena film ini bukanlah sekedar film drama ngobrol saja. Di balik interaksi yang kerap dilakukan oleh keduanya, terdapat seni yang tinggi. Baik itu seni secara visual, maupun tentunya secara penampilan (performance). Selain itu, ya kapan lagi bukan kita melihat penampilan terbaik dari Pattinson?
Jadi tidak ada salahnya sama sekali apabila menjadikan “The Lighthouse” sebagai salah satu pilihan film menemani masa-masa yang sedang memprihatinkan ini.
Director: Robert Eggers
Casts: Robert Pattinson, Willem Dafoe, Valeriia Karaman
Duration: 109 Minutes
Score: 8.3/10
The Review
"The Lighthouse" yang disutradarai Robert Eggers mampu menampilkan interaksi antara dua orang penjaga mercusuar yang sarat emosi dan banyak kejutan. Film yang diperankan dengan sangat baik oleh Robert Pattinson dan Willem Dafoe ini memang tampil beda, dari sisi sinematografinya yang unik. Dengan angle-angle yang sulit, film ini mampu memberikan atmosfer kelam, sekaligus kegetiran hidup dari kedua karakter ini. Mungkin film ini bukan untuk semua orang, namun The Lighthouse sukses memberikan kita sebuah kualitas dari film yang digarap dengan sungguh-sungguh.