Ini adalah perjudian terbesar Lucasfilm dan Disney. Mereka membuat panggung guna menghidupkan kembali karakter Han Solo yang sudah jelas takdirnya di Star Wars: The Force Awakens. Keraguan semakin nyata karena duo sutradara Phil Lord dan Chris Miller mundur akibat perbedaan visi dengan Kathleen Kennedy ketika film masih belum sepenuhnya selesai. Di masa-masa genting tersebut studio langsung menunjuk sutradara kondang, Ron Howard (Rush, In the Heart of the Sea) untuk merampungkan Solo: A Star Wars Story. Well, dengan persiapan yang minim seperti itu, ditambah dengan kurang terdengarnya gaung film ini, entah akan jadi apa Solo ke depannya.
Tapi ternyata, semua terkendali setelah Solo melaksanakan world premiere-nya pada pertengahan Mei 2018. Banyak kritikus dan media internasional yang justru memuji film ini, dan kata yang paling banyak keluar dari mereka adalah “fun”, alias menyenangkan. Jadi penasaran, apakah Ron dan tim barunya itu memang berhasil meredam pesimisme atau belum. Bagaimana mereka menampilkan “origin story” dari karakter berandalan paling dicintai di seluruh penjuru galaksi. Petualangan macam apa yang akan dilalui dan seperti apa dunia kriminal yang gelap dan berbahaya versi Star Wars? Yuk cek ulasan dari kami berikut ini.
Menjadi proyek pertama yang disebut oleh George Lucas ketika masa pengumpulan ide stand-alone film Star Wars, Solo bercerita tentang awal mula Han (Alden Ehrenreich) sebelum menjadi apa yang kita kenal sekarang. Ia adalah seorang anak muda yang jago berkendara. Hidupnya di sebuah planet Corellia sangat miskin dan berat, semua menjadi semakin tak tertolong ketika ia terpaksa berpisah dengan cinta pertamanya, Qi’ra (Emilia Clarke) yang tertangkap ketika mereka akan kabur dari planet itu.
Tawaran masuk ke dalam Empire ia ambil ketika Han terdesak ketika akan ditangkap sesaat setelah kabur. Pekerjaan menjadi pilot Empire ia jalani dengan susah payah, namun dirinya yang memang seorang pembangkang, membuatnya bergabung dengan sekelompok pencuri yang dipimpin oleh Tobias Beckett (Woody Harrelson). Aksi pertama Han bersama Beckett malah berujung dengan kegagalan. Han kemudian memiliki ide untuk menebus kesalahan tersebut lewat sebuah petualangan gila. Petualangan yang nantinya akan membuat Han dikenal sebagai seorang pahlawan.
Hal pertama yang paling menonjol dari film ini adalah action sequence yang seru dan ditampilkan secara bertubi-tubi. Pasang sabuk pengamanmu, karena Solo langsung tancap gas dari awal. Kita akan dibombardir dengan berbagai pertunjukan keren mulai dari car chase, kemudian dilanjutkan oleh war scene, gunfights, combat scene, hingga spaceship maneuvers. Semua didukung oleh visual yang cantik dan kental dengan estetika khas film Star Wars, juga kepiawaian sinematografer Bradford Young (Arrival) dalam meramu gambar. Inilah penyebab utama yang membuat film terkesan begitu menyenangkan. Betul-betul tidak kasih kendor dari awal!
Adegan-adegan aksi tadi kemudian diwarnai oleh kombinasi humor yang cerdas dan efisien. Di sini kita selain bakal terhibur juga akan tambah pintar karena film sedikit demi sedikit mengungkapkan sejarah dari karakter Han Solo. Mulai dari gimana ceritanya nama Han Solo itu ada, kemudian pertemuan Han dengan Chewbacca (Joonas Suotamo). Poin kedua menjadi “instant favorite”. Ron sukses meng-handle bagian ini, di mana Han pertama kali bertemu Chewbacca dalam sebuah penjara. Kemudian secara tak terduga Han memahami bahasa Wookies dan mereka pun merencanakan sebuah akal bulus. Lucu sekali. Kekompakan Han dan Chewbacca sangat baik di film ini dan tidak heran mengapa duo tersebut menjadi salah satu tandem terbaik dan paling memorable dalam sejarah pop culture. Chewbacca pun ternyata memiliki ceritanya sendiri. Jelas ia ditampilkan bukan hanya sebagai sidekick dari Han.
Mengenai para pemeran utama film ini, Alden Ehrenreich tentunya menjadi sorotan utama. Han Solo adalah karakter ikonik dan dia pula yang menaikkan pamor seorang Harrison Ford. Tak pelak penonton ingin melihat apakah Alden bisa memerankan versi muda dari karakter tersebut, mengingat namanya belum terlalu dikenal masyarakat luas. Hasilnya, Alden tampil sesuai koridor. Ia masih bisa menunjukkan ciri khas dari karakter Han yaitu sulit diprediksi, suka semaunya sendiri, sok ide dan konyol. Tapi, di balik itu semua karakter Han juga nampak ambisius. Ia ingin meraih sesuatu dan itu harus tercapai entah bagaimana caranya. Meski begitu, sifat asli dari karakter Han semakin lama semakin terbentuk lewat tantangan dari orang-orang di sekelilingnya. Istilah kata, Han di sini masih basic, tapi itu bukan berarti potrayal-nya menjadi kurang baik.
Jika ditanya siapa karakter yang paling menarik, jawabannya adalah Qi’ra. Misteri yang menaungi karakter ini membuat perannya menjadi lebih besar dari yang diduga sebelumnya. Terdapat plot hole memang, dan hal itu masih disamarkan sampai akhir film. Pertemuannya dengan salah satu karakter lama juga semakin membuat wanita ini menjadi sesuatu yang penting. Kita jadi tidak hanya mempertanyakan status, namun juga kesesuaian film dengan timeline besar Star Wars. Anyway, Donald Glover aka Childish Gambino bermain seksi sebagai Lando Calrissian. Tokoh yang aslinya mulai muncul pada Star Wars Episode V: Empire Strikes Back ini tampil stylish, charming, dan memiliki karakter pansexual. Ya, Lando digambarkan lebih jelas di sini sebagai orang yang memiliki sexual attraction tidak hanya pada manusia tapi juga kepada makhluk lain. Ini yang membuat hubungannya dengan droid wanita bernama L3 (Phoebe Waller-Bridge) menjadi tidak kalah dinamis jika dibandingkan dengan bromance Han-Chewie.
Alur cerita termasuk lurus-lurus saja. Kita diajak mengikuti petualangan Han dari satu tempat ke tempat lainnya. Kejutan baru muncul lewat intrik yang terjadi menjelang akhir. Tidak banyak kedalaman yang bisa digali mengenai karakter ini. Semuanya murni sesi perkenalan yang belum tentu bisa membuat penonton newbie atau generasi baru bisa nge-klik sama Han Solo. Apa sih yang membuatnya begitu terkenal, hal besar apa yang ia lakukan untuk galaksi, semua belum begitu terlihat. Film memutuskan untuk menyenangkan penonton lebih dulu dengan cara yang simpel. Mereka bermain aman tanpa memunculkan risiko sedikit pun, sangat berbeda dengan apa yang diambil oleh The Force Awakens, Rogue One dan The Last Jedi. Unsur-unsur penting dalam Star Wars macam Death Star, Empire, dan Rebellion juga sangat minim. Kind of refreshing, tapi di sisi lain juga membuat Solo jadi sedikit kekurangan sisi “force”.
Ron Howard sendiri juga menampilkan film ini dengan tone warna yang kurang lebih senada dengan Star Wars Episode IV-VI, dengan nuansa agak gelap dan suram. Dimana kala itu George Lucas menandai film-film itu sebagai era kegelapan sesaat setelah Empire menguasai galaksi. Kesesuaian timeline film ini pun masih terasa pas dengan karakter yang muncul pada Star Wars episode tersebut dikarenakan penulis naskahnya masih dikerjakan oleh orang yang sama ketika proyek Star Wars itu dimulai yakni Lawrence Kasdan yang kini berduet dengan anaknya sendiri, Jon Kasdan.
Seperti yang dibilang, Solo: A Star Wars Story memang menyenangkan, namun nuansa “fun” saja belum cukup membuat film ini menjadi persembahan yang sungguh berkesan. Adegan aksinya lengkap, relasi antara Han dan Chewie juga sangat mengasyikkan. Tapi di luar itu, masih terdapat rongga yang sebetulnya bisa dimanfaatkan.
Chillers kini dapat menyaksikan film Solo: A Star Wars Story ini di bioskop terdekat di kota kamu.
Director: Ron Howard
Starring: Alden Ehrenreich, Emilia Clarke, Joonas Suotamo, Donald Glover, Woody Harrelson, Phoebe Waller-Bridge, Thandie Newton, Paul Bettany
Duration: 135 minutes
Score: 7.5/10