“I read your story you do. It made me thrillingly horrible.” – Rose.
Tanggal 5 Juni kemarin sejumlah film resmi dirilis via streaming. Salah satunya adalah “Shirley”, film yang ditulis oleh Sarah Gubbins dan Josephine Decker ini memenangkan U.S. Dramatic Special Jury Award for Auteur Filmmaking, di Festival Film Sundance 2020 yang berlangsung awal Januari silam.
Kini film yang sekarang rilis via VOD di Hulu dan Amazon Prime, sudah bisa kita tonton dan lihat sendiri bagaimana film ini bisa menguras emosi karakter lainnya dengan sangat dahsyat. Kekuatan itulah yang coba dipertontonkan ke kita lewat akting Elisabeth Moss dan Odessa Young yang luar biasa, tentang biografi penulis horor, Shirley Jackson, yang tak dilihat dari sisi fiksi saja, namun juga dari sisi fakta yang selama ini tak terungkap.
Kita mundur jauh ke belakang, ke tahun 1948, saat Rose dan Fred Nemser (Odessa Young dan Logan Lerman) merupakan pasangan muda yang belum lama menikah dan Rose sendiri sedang mengandung. Mereka diundang untuk tinggal bersama penulis horor kehidupan nyata, Shirley Jackson, setelah Fred mendapat pekerjaan sebagai asisten pengajar untuk suami Jackson, Prof. Stanley Hyman, di Bennington College di Vermont.

Rose, yang juga masih kuliah di tempat yang sama, disarankan oleh Stanley untuk mengurus rumah tangga dan membantu mengurus Shirley sehari-hari. Shirley, yang baru saja menerbitkan cerita pendeknya yang terkenal dan kontroversial di New Yorker “The Lottery,” berada dalam keterpurukan depresi. Dia nyaris tidak bisa membangunkan dirinya dari tempat tidur, apalagi memasak untuk suaminya dan membersihkan rumah.
Baik Shirley dan Stanley menganggap pasangan muda itu sebagai orang tolol, dan keduanya senang mengeksploitasi secara emosional pasangan tersebut untuk bekerja secara gratis di rumah mereka. Fred sebagai pribadi tampil karismatik namun kelam, juga tak yakin akan kemampuan Stanley sebagai asistennya dalam mengajar sebagai profesor; Stanley bahkan belum membaca tesisnya.
Tetapi ketika ada berita tentang seorang gadis berusia 18 tahun yang hilang, memicu ide untuk sebuah novel baru di otak Shirley, mulailah perannya berubah. Shirley merekrut Rose untuk membantunya riset dalam sejumlah penelitian, dan keduanya mulai terikat dengan cara yang hanya dapat dilakukan oleh wanita.

Mereka berbagi rahasia, dengan tampilan panas dan sensual dari keduanya, Rose melihat Shirley sebagai sosok feminis yang cenderung aneh, sedangkan Shirley melihat Rose sebagai inspirasi kreatif untuk karakter untuk novel yang akan dibuatnya. Dan, sayangnya bagi Rose, penulis harus menyiksa karakter mereka. Inilah kedekatan mereka yang digambarkan lewat eksploitasi fisik dan psikis luar biasa dalam keseharian mereka, bahkan mengarah gila.
Namun dengan Rose, Shirley dapat melihat visinya dalam membuat novel, lewat imajinasi liarnya, bagaimana sosok Paula (karakter dalam novelnya-red) sebenarnya. Shirley membayangkan rangkaian adegan seolah-olah Rose itu adalah Paula. hal tersebut yang membuatnya bergairah dalam menulis.
Kegilaan dari mereka berdua memang indah sekaligus cenderung creepy. Lewat rangkaian dialog provokatif, Shirley menjerumuskan Rose ke dalam situasi tak menyenangkan. Salah satunya ketika Rose menyusul Shirley ke hutan, Shirley malah menyuruhnya mengunyah jamur beracun, yang ia sendiri juga makan (padahal sebenarnya jamur itu tak beracun).

Shirley, seorang penulis novel horor terkenal (salah satunya yang kita kenal adalah The Haunting of Hill House-red), juga menggoda Rose saat di meja makan dengan menyentuhkan kakinya berulang kali dengan kaki Rose, dan membuat suasana tak nyaman baginya.
Scene seperti itu tak hanya dilakukan oleh Rose, tapi ia juga mengintimidasi istri dekan tempat suaminya bekerja sebagai dosen. Kegilaan Shirley akhirnya terbayar tuntas jelang film akan berakhir, dengan selesainya novel terbaru yang ia buat bersama Rose.
Semua karakter utama yang bermain di film ini sangat menarik, mulai dari Elisabeth Moss, Odessa Young, dan Michael Stuhlbarg, hanya untuk Logan Lerman, yang bermain sebagai Fred Nemser, sangat membosankan dan cenderung monoton.
Close-up shot dari Elizabeth Moss dan Odessa Young juga mendominasi scene film ini secara keseluruhan. Tampaknya Decker ingin menampilkan emosi dan raut muka dari karakter Shirley dan Rose saat mereka berinteraksi, dan dengan resonansi hubungan mereka yang aneh dan canggung, momen itu dapat ditangkap Decker dengan natural lighting seadanya, dan itu berhasil!

Josephine Decker yang mulai terkenal sejak “Madeline’s Madeline” (2018) membuat visualisasi yang sangat indah, dengan shot-shot dari hutan yang ada di sekeliling rumah dan rumah itu sendiri. Secara teknis, setiap komponen sama uniknya satu sama lain dan sama baiknya.
Mulai dari editing, sinematografi, skoring yang dikombinasikan dengan musik-musik blues dari Frantic Faye Thomas hingga Gladys Bentley, hingga desain produksi yang secara keseluruhan menampakkan nuansa sebelum tahun 50-an.
Memang “Shirley” bukan film yang bisa menghibur orang kebanyakan, terutama yang melihat film sebagai sebuah hiburan di kala penat. Namun film yang nyatanya bukan sebuah biopik seutuhnya ini, tampil eksperimental dengan menjual indahnya kegilaan dalam membuat sebuah karya dari auteur horor ternama.
Director: Josephine Decker
Casts: Elisabeth Moss, Odessa Young, Michael Stuhlbarg, Logan Lerman
Duration: 107 Minutes
Score: 7.6/10
The Review
Shirley
'Shirley' menceritakan kisah penulis horor terkenal yang menemukan inspirasi untuk buku berikutnya setelah dia dan suaminya menerima pasangan muda, Rose dan Fred Nemser (Odessa Young dan Logan Lerman). Shirley Jackson melihat potensi dari diri Rose dan berusaha mendekatkan dirinya agar ia mendapat ide. Namun pendekatan itu dilakukan dengan menguras fisik dan psikis Rose habis-habisan. Bagaimana kisah selanjutnya? Tonton film ini di layanan streaming andalan kalian.
Discussion about this post