Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • All
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Daft Punk

    Daft Punk Rilis Versi Ekstended Soundtrack Tron Legacy

    Last Of Us 2

    Ini Dia Daftar Lengkap Pemenang The Game Awards 2020

    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • All
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Daft Punk

    Daft Punk Rilis Versi Ekstended Soundtrack Tron Legacy

    Last Of Us 2

    Ini Dia Daftar Lengkap Pemenang The Game Awards 2020

    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

‘Shazam!’, Munculnya Superhero DC dengan Kekuatan Para Dewa

Juventus Wisnu by Juventus Wisnu
May 2, 2019
in Movies
‘Shazam!’, Munculnya Superhero DC dengan Kekuatan Para Dewa
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baca Juga:

Kenapa Dunia Berubah Warna Di Akhir ‘WandaVision’ Episode 2?

Film James Bond Terbaru, ‘No Time To Die’, Kembali Tertunda

“Billy Batson, I choose you. Say my name so my powers will become yours.” – The Wizard.

Setelah merilis film-film stand-alone dari karakter-karakter superhero-nya yang notabene dikenal luas oleh masyarakat Indonesia, DC mulai mengambil langkah maju ke depan. Mereka merilis “Shazam!”, karakter superhero yang memiliki kerumitan sejarah tersulit untuk dipahami karena kita yang bukan penggemar komiknya sering salah menganggapnya dengan karakter hero Captain Marvel milik Marvel Comics. Selain itu, Shazam! juga masih belum begitu familiar bagi penonton awam karena lebih dahulu mengenal Batman, Superman, Wonder Woman, dan The Flash sebagai jagoan-jagoan DC. Belum selesai di situ, Shazam! juga belum pernah dimunculkan di film-film DC sebelumnya sehingga ini betul-betul kali pertama kita melihat karakternya berada di “The World of DC”.

Padahal, Shazam! ini merupakan karakter superhero yang menarik. Dia memiliki banyak kekuatan super, berkaitan dengan dewa-dewa, dan juga terdapat konsep cerita yang menarik di mana alter-ego Shazam! adalah seorang anak kecil bernama Billy Batson (Asher Angel). Bumbu-bumbu seperti ini bisa banget menjadi jaminan sukses film karena Shazam! paling cocok disajikan untuk tontonan keluarga, plus diwarnai oleh lelucon-lelucon karena pada dasarnya karakter Shazam! memang seperti itu, lalu ada influence dari karakter Billy juga. Jika diramu secara tepat, film ini bisa menjadi “the real game changer” untuk DC. Apalagi film-film mereka sebelumnya seperti “Wonder Woman” dan “Aquaman” sudah lebih dulu sukses. So, apakah sutradara David F. Sandberg (Lights Out, Annabelle: Creation) dan tim bisa melakukannya? Baca review kami berikut ini.

Seperti film-film superhero belakangan yang berhasil mendapatkan tanggapan positif dari kritikus dan box office yang tinggi, “Shazam!” dibuka dengan prolog yang berlatar masa lalu. Bertempat di New York, film menceritakan tentang backstory dari karakter antagonisnya, Dokter Thaddeus Sivana, yang versi dewasanya diperankan secara dingin oleh Mark Strong. Thad, begitu ia dipanggil, ditampilkan sebagai anak laki-laki yang di-bully oleh ayah dan kakak laki-lakinya sendiri karena dianggap cengen. Dikit-dikit minta bantuan. Saking parahnya bully sang ayah dan kakak laki-lakinya, mereka sampai mempertanyakan sebarapa jantannya Thad kecil dan itu sangat menyedihkan. Mulai dari sini film memberikan fondasi yang kuat untuk film ke depannya karena kita bisa menginvestasikan diri secara mendalam kepada sang karakter antagonis. Selain itu, nilai moral yang ingin disampaikan juga mulai terlihat.

Pujian berikutnya patut diberikan dari segi penulisan naskah cerita. Seperti yang kita tahu, umumnya terdapat tiga babak dalam sebuah film yakni tahap persiapan, konfrontasi, tahap resolusi. “Shazam!” menjadi salah satu contoh yang menerapkan ketiganya dengan flow yang baik dan isi yang seimbang. Billy Batson memiliki eksposisi yang cukup sebelum dia menjadi Shazam. Sama halnya dengan Thaddeus Sivana, Billy juga diberikan backstory di mana ia sudah sangat merindukan kasih sayang orang tuanya. Ini cukup berbeda dengan Thad karena Thad lebih mengartikan sebuah keluarga sebagai sesuatu yang negatif sementara Billy masih mencari kebenaran. Toh dia juga masih anak-anak. Unsur keluarga diolah kemudian coba diolah sedemikian rupa sampai tahap resolusi sehingga “Shazam!” tidak hanya sekedar film superhero lucu-lucuan, namun juga memiliki pesan yang berharga, lagi mudah ditangkap oleh penonton anak-anak.

Sebagai film pertamanya, tentu kita tidak langsung melihat Billy Batson menjadi orang super tak terkalahkan. Ia di sini masih belajar, dan film meng-embrace hal tersebut. Pertama, mereka memasukkan unsur komedi yang bisa bikin ngakak ketika Billy baru pertama kalinya mendapatkan kekuatan. Kedua, film juga memanfaatkan teknik footage yang menunjukkan bagaimana proses Billy beradaptasi dengan kekuatannya, yang dibantu oleh teman sekamar yaitu Freddie (Jack Dylan Grazer). Chemistry antara Zachary Levi – Asher Angel – Jack Dylan Grazer terlihat brilian pada masa-masa ini. Penonton bisa dibikin tertawa sambil menyaksikan bagaimana Shazam! berlatih, yang tidak jarang menyertakan adegan-adegan receh.

Dari segi sinematik, terlihat juga pendekatan kekinian yang dilakukan oleh sutradara David F. Sandberg. Salah satu yang paling kentara adalah pemanfaatan YouTube. Lewat fasilitas ini Freddie mengunggah hasil latihan si manusia super tersebut. Semakin hari kita bisa melihat semakin banyak likes dan subscriber YouTube-nya. Hal ini kemudian berdampak di tahap konfrontasi karena akan terjadi sebuah perselisihan. Tidak lupa, turut disertakan juga adegan yang suka ada di film superhero, di mana keluarga dekat dari si alter-ego berdiskusi mengenai peran sang pahlawan super sesungguhnya.

Melihat ini ditujukan untuk keluarga dan anak-anak, maka pembahasannya tentu ringan dan santai, tapi di sana akan meletus sesuatu yang menjadi pintu pembuka kepada konflik yang lebih rumit selain kehadiran Dokter Sivana. Selain itu, di sini kita juga patut mengapresiasi para karakter pendukung. Meski diperkenalkan secara singkat, namun terlihat peran mereka akan semakin besar seiring berjalannya film. Mereka bukan sekedar tempelan. Bahkan salah satu anak yaitu Darla menjadi scene stealer lewat kelakuannya yang juga memecah tawa.

Oh, ini juga tidak boleh luput. Sesuai dengan tuntutan naratifnya, Shazam! memiliki keunikan dibanding superhero lainnya (at least mereka yang sudah nongol di bioskop). Shazam! tidak perlu repot-repot berganti baju untuk bertukar alter-ego. Cukup ucapkan password-nya dan BAM! Ia pun berubah. Hal ini patut diperhatikan karena selain menjadi bagian integral dari kisah filmnya, penasaran bagaimana film menampilkan gaya sinematik ketika Billy berubah menjadi Shazam!, atau sebaliknya. Hasilnya adalah, film lebih sering menampilkan perubahan wujud Shazam! secara tidak langsung. Entah itu dengan cara “cut to cut” scene, atau “on screen-off screen”.

Hanya saja, satu yang pasti ada adalah, terdapat kilatan dan suara petir ketika terjadi perubahan. Kelemahannya tentu ada karena timbul pertanyaan mengenai kesadaran lingkungan sekitar ketika Billy atau Shazam! melakukan sebuah perubahan di tempat ramai. Tapi kayaknya David tidak mau ambil pusing sama hal tersebut. Correct me if i’m wrong, tapi hanya dua kali film menampilkan wujud perubahan Shazam! di kamera secara langsung. Salah satunya adalah money shot ketika Billy berubah di atap gedung yang tinggi. Sambil melompat, Billy berubah dan langsung terbang! That’s cool!!

Yang keren lainnya adalah bentuk dari ‘Seven Deadly Sins’. Merupakan musuh utama dari Shazam!, ‘Seven Deadly Sins’ berbentuk monster berwarna gelap dan bermata merah. Monster-monster ini tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran. Ada yang kurus, berotot, gemuk, memiliki sayap, memiliki beberapa lengan, dan lain-lain. Yang bikin bagus adalah, film tidak hanya menampilkan monster-monster CG ini dalam ambience yang gelap, tapi ada juga di beberapa saat mereka tampil dalam ambience yang terang. Jelas ini merupakan tantangan karena ambience yang terang bakal memperlihatkan secara lebih jelas bagaimana bentuk monster ini. Tentu penonton ingin yang terbaik dan untungnya, masih tampak meyakinkan.

Persoalannya ada di kebijakan tone adegan. Setiap kali karakter Thaddeus Sivana dan para monsternya muncul di layar, tone langsung berubah menjadi lebih kelam. Bahkan, ada beberapa adegan yang cukup sadis, cuman sengaja gak dibikin berdarah-darah. Sayangnya, ini terkait dengan masalah preferensi, di mana tone dan adegan-adegan semacam ini sebetulnya lebih enak kalau disajikan sedikit lebih keras. Melihat tone gelap berpadu dengan adegan ekstrim tapi untuk PG-13 nanggung-nya berasa. Sekilas mengingatkan kembali sama gimana rasanya nonton Venom tahun lalu.

Sayangnya, terdapat sedikit kekurangpuasan di segi musik. Berbeda dengan scoring yang lebih ke aransemen, musik adalah iringan yang menjadi backsound dari adegan-adegan tertentu. Biasanya digunakan sebagai pembentuk karakter film dan juga mood adegan. Dalam “Shazam!”, lagu yang sering digunakan adalah lagu pop, yang mana menandakan film yang ringan dan mengenai kehidupan remaja atau anak-anak kekinian. Kamu bisa mendengarkan beberapa hook dari lagu-lagu pop terkini, biasanya untuk mengakhiri sebuah sequence.

Tapi, tingkat loudness atau volume yang dihasilkan kedengaran sangat nanggung. Masih belum cukup besar untuk menutup sebuah scene atau sequence padahal hook-nya sudah masuk. Ini mengganggu kenikmatan menonton karena mood yang coba dibangun jadi kurang maksimal. Sineas dapat mengontrol volume suara sesuai dengan tuntutan ceritanya, dan ketika volume yang dihasilkan segini saja, meski hanya bagian kecil namun lumayan annoying jatuhnya karena metode ini mereka gunakan beberapa kali di dalam filmnya.

Tapi bukan berarti semua yang berhubungan dengan sound di “Shazam!” itu kurang greget ya. Beberapa kali penonton bisa kaget gara-gara efek suara yang mereka punya. Efek suara sendiri adalah semua suara tambahan selain suara dialog, lagu, serta musik. Kemudian film juga bermain-main dengan salah satu elemen penting dalam sound, yaitu jarak. Lewat pengambilan gambar shot/reverse shot yang dikombinasikan dengan dialog antar pemain yang terlibat, kita bisa melihat betapa lucunya sesi “badguy speech” yang ada di “Shazam!”. Karakter Dokter Sivana yang serius jatuhnya jadi terlihat kocak dan bodoh gara-gara treatment komedi seperti ini, dan tidak ada yang salah mengenai itu karena memang begitu lah salah satu karakter yang dimiliki oleh film ini.

Dengan cerita yang solid dan valuable untuk seluruh keluarga, kemudian disertai banyaknya banyolan, “Shazam!” tampil sesuai ekspektasi. Ia memberikan warna baru kepada DC, yang dulu lebih terkesan dengan kekakuan dan keseriusannya yang kelewatan. Tidak semua leluconnya tepat sasaran sih, tapi banyak juga yang betul-betul sukses bikin ngakak. Referensi juga berhamburan di sini, dan asiknya tidak hanya referensi dari karakter-karakter di film DC saja yang disertakan.

Berlatar di kota Philadelphia, ada referensi dari film klasik yang diambil persis di salah satu tempat syuting ikoniknya. Karakter antagonis ditampilkan secara dalam, dan lumayan tangguh juga untuk seorang lawan pertama. Final fight-nya ditampilkan secara seru, meski tempat yang digunakan untuk bertarung sangat jauh dari kata epik. Akan ada satu kejutan yang bisa membuat penonton histeris plus dua credit scene yang menanti. Jadi jangan buru-buru pergi, and say the magic word!

 

Director: David F. Sandberg

Starring: Zachary Levi, Asher Angel, Jack Dylan Grazer, Mark Strong, Djimon Honsou, Adam Brody

Score: 8.0/10

Tags: Adam Brodyasher angelbilly batsonDavid F. SandbergDjimon HonsouJack Dylan GrazerMark StrongPopularReview FilmReview Film Shazam!Seven Deadly SinsShazam!Thaddeus SivannaZachary Levi
Juventus Wisnu

Juventus Wisnu

“Don't ask yourself what the world needs, ask yourself what makes you come alive. And then go and do that. Because what the world needs is people who have come alive.”

Related Posts

'wandavision' Mengapa Dunia Berubah Warna Di Akhir Episode 2
Hype

Kenapa Dunia Berubah Warna Di Akhir ‘WandaVision’ Episode 2?

(Perhatian, artikel ini mengandung spoiler!) Saat-saat terakhir WandaVision episode 2 sepenuhnya memperkenalkan warna ke dalam dunia yang sebelumnya hitam-putih. Pertunjukan...

by Arif Firdaus
January 22, 2021
Tanggal Rilis No Time To Die Beralih Ke Oktober 2021
Hype

Film James Bond Terbaru, ‘No Time To Die’, Kembali Tertunda

Film James Bond terakhir Daniel Craig 'No Time To Die' kembali mengalami penundaan, dan sekarang film ini dijadwalkan untuk diputar...

by Arif Firdaus
January 22, 2021
Promising Young Woman
Reviews

Review Film: ‘Promising Young Woman’

"Look how easy that was. I guess you just had to think about it in the right way. I guess...

January 21, 2021
News Of The World
Reviews

Review Film: ‘News of the World’

"We're all journeying across the prairie in a straight line and looking for that place to be. And when we...

January 20, 2021

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

SHOPEE X XIAOMI DEAL SHOPEE X XIAOMI DEAL SHOPEE X XIAOMI DEAL
ADVERTISEMENT

Cineverse

Entertainment news, film reviews, awards, film festivals, box office, entertainment industry conferences.

© 2020 Cineverse - All Right Reserved.

  • About Us
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 Cineverse – All Right Reserved.

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In