Tahun baru harus diawali dengan semangat baru. Semangat untuk kembali semangat dalam memberikan yang terbaik, apalagi kalau bukan untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita kita. Nah pas banget nih, kalau goals-nya Kamu adalah menjadi seorang filmmaker, Kamu bisa contoh apa yang dilakuin sama Alfi dan Vince! Mereka adalah para pemenang “Filmmaking Hunt” yang diselenggarakan oleh event LA Indie Movie 2019.
LA Indie Movie sendiri pastinya bukan sesuatu yang asing bagi pecinta film. Ya, LA Indie Movie (LAIM) ini merupakan ajang prestisius karena sejak kemunculannya di tahun 2007 LAIM dikenal terus menyaring talenta-talenta muda perfilman di seluruh negeri secara rutin. Setelah vakum dua tahun, LA Indie Movie kali ini kembali dengan konsep yang lebih fresh. Di mana mereka tidak hanya memasangkan para filmmaker muda dengan produser film, namun juga mengangkat tema yang sangat kekinian yaitu “Viral”.
Berikut obrolan seru Adam dan Ridho soal asiknya ikutan LA Indie Movie 2019. Mulai dari proses seleksinya, sampai syutingnya. Vince dan Alfi juga sharing tentang kesulitan dalam menangani masing-masing film. Yang satu horor, yang satunya lagi action. Selamat membaca dan selamat merayakan tahun baru 2020! Semoga kita bisa semakin meningkatkan diri menjadi yang lebih baik lagi. Amin.
Balik lagi di Movie Freak! Bareng gue Adam, Rido, dan udah kedatangan teman-teman dari LA Indie Movie! Ada Alfi, ada Vince juga.
Alfi: Hai!
Vince: Halo.
Apa kabar semuanya baik?
Alfi & Vince: Baik.
Vince adalah sutradara dari salah satu film pendek jebolan LA Indie Movie 2019, yaitu “Nasintel”.
Vince: Yes!
Kalau Alfi juga sutradara dari film jebolan LA indie Movie juga 2019 yaitu…
Alfi: “Konspirasi Gaib”!
Ih sedaaap!
Vince: Kita beda kota. Gue perwakilan dari Malang.
Kalau Alfi?
Alfi: Dari Jakarta
Ketemu kemarin di Jogja NETPAC. Baru banget ya?
Alfu: Baru baru.
Vince: Langsung kenal aja hahahahaha!
Alfi: Selama ini stalker doang.
Hahaha! Kita mau tanya dulu nih ke kalian sebagai peserta LA Indie Movie 2019. Why you guys love filmmaking?
Alfi: Kalau gue sih karena gue suka bohong. Saya suka berbohong, terus saya mikir, “Pekerjaan yang cocok untuk orang yang suka berbohong apaan ya?”. Oh nulis! Sama bikin film karena Karena misalkan film fiksi ya, namanya bikin film kan berarti bagaimana cara kita membohongi orang tapi orang harus percaya. Bagaimana membuat sesuatu yang ga ada tapi dipercaya sama orang lain. Ya udah makanya suka filmmaking.
Mungkin bahasa halusnya “ngarang” kali ya.
Alfi: Ya. Tergantung yang membuat lah.
Karena lo suka bohong.
Alfi: Iyes. Pekerjaan yang paling cocok buat pembohong.
Itu jawaban yang gue ga harapkan sih ya hahahaha!
Vince: Tapi mereka (penontonnnya) juga suka dibohongin kan.
Alfi: Mana ada pocong kayak gitu (merujuk ke pocong film “Konspirasi Gaib”)
Vince: Kalau dia suka bohong, gue suka bacot.
Hahahaha!
Vince: Sebenarnya sama sih. Gue paling suka dari dulu adalah storytelling. Gue suka cerita, suka seni. Terus kayaknya yang paling bisa meramu itu adalah film. Dari semua jenis art gitu. Dan iut. Ketika lu bikin film, lu mau bacot sebanyak apapun segimana cerita yang lu bacotin kayak apapun, tetap aja ada yang denger. Ada yang nonton.
Kalian sukanya kok lucu ya. Bacot, bohong, ga ada yang baik gitu ya. Pantes jadi pemenang ya kaaan…. Unik soalnya. Anyway, LA Indie Movie kan adalah program untuk filmmaker-filmmaker muda. Dan prosesnya juga gak gampang. Ada “Filmmaking Hunt” nya dulu, sebeluk kalian ketemu sama timnya. Nah ceritain dong, waktu itu challenge-nya ada apa aja sih?
Vince: Kalau setau aku, kayaknya itu kan “Filmmaking Hunt” ada di tiga kota. Pattern-nya kayaknya kurang lebih sama. Jadi untuk “Directing Hunt”-nya sendiri kita tuh dikasih ada tiga skrip dengan cerita yang sama cuman approach-nya beda. Approach-nya ada yang satu lebih ke arah romance, yang satu lebih ke arah drama, satu ada sedikit komedinya. Nah kita boleh milih satu dari tiga skrip itu terus mereka udah seiain dua aktor untuk kita bisa direct dan satu DOP. Basically dikasih waktu sekitar lima belas menit. Lima menit buat briefing, sepuluh menitnya untuk take. Jadi kita dinilai bagaimana cara kita nge-brief, kayaknya semua sih. Dari pemilihan skrip, kenapa lo pilih skrip yang itu. Terus koneksinya dengan gimana lo nge-direct actor, nge-direct DOP, terus pas eksekusinya.
Alfi: Kalau gue sih kemarin….
Gimana ngebohongnya waktu itu? Hahahaha!
Alfi: Sama. Sama seperti katanya Vince. Ada tiga skrip gitu, terus ada tiga aktor kan. Sripnya sih ada karakter cowok sama cewek. Kalau aku kemarin kebetulan romance semua, cuman beda dialog. Nah terus, gue ngerasa kaya “Ini kayaknya gak begitu menarik”. Saya minta dua-duanya laki-laki. Jadi gue bikin adegan romance tapi pemerannya dua-duanya laki-laki. Tetus dikasih lima belas menit, awalnya kenalan, jadi betul-betul sepanjang kta ngapa-ngapain itu ada satu orang yang kayak kepo banget gitu. Dia ngeliatin, sambil nyatet-nyatet gitu.
Nyeleneh tapi ya. Cowok sama cowok.
Alfi: Saya cuma mikir di ratusan orang itu pasti direct-nya sama kan gak menarik. Terus kita dikasih lihat bagaimana kita ngomong sama pemain, bagaimana kita meminta sesuatu sama DOP. Begitu lah selama lima sampai sepuluh menit. Sudah habis itu kita jalan-jalan.
Vince: Iya. Kita bisa… Aku sih sempat nyobain hunt-hunt lainnya.
Alfi: Nyobain semuanya malah.
Ada berapa hunt sih di situ?
Vince: Kalau Filmmaker Hunt itu sesuai pemenang. Jadi ada empat. Directing, DOP, Editing, sama Art. Itu yang Filmmaker Hunt. Cuman mereka ada booth-booth yang namanya “Challenge”.
Alfi: Ada “Acting Challenge”, “Wardrobe”, “Make Up”, “Sound”, “Music Directing”.
Sori. Berarti Hunt dan Challenge itu dua hal yang terpisah.
Alfi: Iya.
Oh begituuuu….
Vince: Sebenarnya konsepnya hampir sama. Cuman memang yang akan diikutsertakan untuk project LA Indie Movie ini yang ada Hunt-nya itu.
Alfi: Yang lainnya buat doorprize doang.
Vince: Dapet headset.
Alfi: Gue ikutin semua buat ditukar hadiah tuh.
Lumayan kaaaan!
Alfi & Vince: Lumayaaan.
Pas udah terpilih nih. Gimana prosesnya klian dapat story masing-masing? “Nasintel” sama “Konspirasi Gaib” itu kalian langsung dapet habis itu eksekusi atau ada proses-proses lain terlebih dahulu?
Alfi: Kalau gue sih, ketika pertama kali dikasih, ini kan jadi Bang Mail (Ismail Basbeth) ke kita, dia ke story winner-nya dulu di Jogja.
Di Jogja? Elu di?
Alfi: Jakarta.
Waw!
Alfi: Terus mereka develop gitu dari short story kan berupa sinopsis ya. Diubah jadi skrip. Sampai draft empat kalau gak salah. Baru dilempar ke kami. Nah pas sampai ke kami, dia tanya ke saya, “Coba kamu bikin director treatment-nya versi kamu”. Ya udah setelah sampai ke saya,”Ini buang, ini tambah, bla bla bla”. Present, semua sudah sepakat, bikin production book, udah.
Apa yang menarik dari story “Konspirasi Gaib”?
Alfi: Menarik sih ketika bagaimana secara premis ya sebenarnya premisnya dalem. Dalem banget. Tentang kondisi manusia saat ini di mana seseorang lebih takut dengan layar nih, dengan smartphone-nya kalau mati dan sebagainya dibanding sesuatu yang gak bisa dilihat. Cuman kayaknya, pas kita bicara, terlalu serius lah ya kalau kita eksekusinya terlalu plek gitu kan. Nanti terlalu berat. Kita bikin menghibur aja dah! Karena temanya “Viral”, ini kan yang viral kan sukanya yang receh-receh ya. Kita bikin receh aja lah!
Komedi yang ada di sini jatohnya dari tim lo ya?
Alfi: Original source-nya juga ada komedinya sih, cuman kita mengambil pendekatan itu.
Kalau “Nasintel” gimana?
Vince: Jadi kalau si “Nasintel” itu karena kebetulan kita bertiga yang develop lagi di Jakarta. Short story winner, produser, sama gue. Jadi bisa langsung gabung at the same time, terus discuss. Sama sih, dari yang kita terima itu sebenarnya baru sinopsis. Terus kita milih ngembanginnya gimana jadi skrip. Tapi yang menarik adalah sinopsis yang dikirim itu sebenarnya untuk series! Jadi panjang banget. Jadi kita mesti cut down lebih di situ.
Kelihatan sih dari premis-nya juga ya. Ini potensial banget untuk dikembangin. Btw, ini kan LA Indie Movie 2019 temanya viral. Apa makna kata “Viral” buat kalian?
Alfi: Harus berbohong lagi.
Hahahahaha!
Alfi: Kalau yang menurut yang saya pahami, viral itu sesuatu yang secara instan disadari oleh banyak orang di satu waktu. Mungkin sedikit berbeda dengan trending ya. Kalau trending itu regional ya. Di tempat tertentu. Jangkanya bisa lebih lama dari viral. Menurutku itu ya.
Kalau menurut Vince gimana?
Vince: Erggh… Kalau aku mungkin bukan definisi kali ya. Cuman aku melihatnya si kata viral sekarang ini fungsinya tuh lebih sebagai, sesuatu yang viral itu berarti marketing-nya tinggi banget. Karena dia dalam jangka waktu yang kecil spread-nya sangat luas terus orang-orang entah suka gak suka tapi mereka tahu. Jadi kaitannya dengan strategi marketing juga.
Ohh oke. Ini lebih scientific lho ini si Vince jawabannya.
Alfi: Kan bacot.
Hahahaha! Berarti sesuai dengan kemampuan mereka ya. Alfi simpel tapi…bohong hahaha! Vince, “Nasintel” ini kan film yang bermuatan laga. Gimana lo bisa men-direct para aktor supaya bisa maksimal.
Vince: Sebenarnya yang paling menarik ini adalah pertama kalinya juga buat gue untuk men-direct film ber-genre action. Pernah sih dulu film kecil banget tapi dia action-nya tipis-tipis doang. Dan di sini gue baru tau tantangan utamanya kalau memang di adegan laganya itu. Dan gara-gara itu sendiri kita ada sekitar dua minggu workshop khusus untuk ngebiasain mereka bela diri karena mereka bukan professional athlete. Terus yang paling menantang bukan gue yang men-direct langsung kan koreografinya. Tapi di satu sisi gue men-direct mereka untuk tidak lupa tentang scene lo. Jangan lupa situasi kondisi di mana lo berantem itu menjadi pertaruhan nyawa. Jadi supaya mereka gak off-character mereka harus all out, di sisi lain koreografer (mengingatkan) harus ngerem. Jangan sampai melukai lawan main lo.
Ada pressure ya di situ!
Vince: Untung gue director, bukan aktor hahahaha!
Ada dualisme arahan gitu ya.
Vince: Iya karena memang, again, ini kan film. Kita harus terlihat realistis tapi gak pleketiplek realistis. Makanya Itu penuh dengan teknik, sebenarnya. Untuk gimana jatuhnya, gimana timing-nya, terus angle-nya segala macem dikenain di mana. Itu semua janjian. Makanya, kalian suka dibohongin.
Latihan itu dua minggu berarti ya?
Vince: Iya. Untuk kalau dari pertama kali banget sampai benar-benar mau syuting itu kayaknya ada dua minggu deh.
Mantap. Salah tonjok, kelar lu!
Vince: Si actress-nya aku itu bahkan meskipun udah dengan persiapan segitu matangnya, pas hari H syuting dia memar di beberapa bagian. Ya itu, karena lawan mainnya all out banget. Jadi sempat ada salah posisi gitu, jadinya agak memar di kaki.
Tapi itu show must go on?
Vince: Show must go on. Untungnya dia tetap bisa all out juga sih.
Nah Mas Vincent kan bikinnya film action nih. Biasanya ambil referensinya dari mana?
Vince: Sebenarnya referensi yang spesifik banget gak ada sih. Cuman karena aku enjoy nonton film action juga, jadi lebih kayak nyampur semua. Dan itu juga kenapa di “Nasintel” itu kita gak ngambil satu martial arts style, tapi pengen tiap karakter itu ada sedikit beda-beda. Kalau diperhatiin kalau si karakternya Sarah itu dia lebih ke Muay Thai. Sedangkan si lawannya, Boris, itu lebih ke arah Wing Chun. “Ip Man”. Terus yang Wicak meskipun kayak gitu doang tapi ada….
Gue lihat karakter itu hopeless!
Vince: Tapi dia tipis-tipis berusaha kayak Iko Uwais.
Hahahaha!
Vince: Itu sih. Jadi lebih ke penggabungan.
Dan itu pasti semua di-brief.
Vince: Di-brief jadi udah ada janjian antara aku sebagai director dengan martial arts choreographer, terus disesuaikan dengan kapabilitas aktornya, ketemu tuh formulanya.
Nah kalau “Konspirasi Gaib”. Ini ada satu scene yang gue tuh kaget banget. Ada pocong di depan muka. Itu emang pocongnya lo taru di boomer, apa gimana? Dia melayang berarti? Literally floating pocong?
Alfi: Jadi saya kan mau bikin film saya bilang, “Saya gak mau bikin film yang saya gak suka”. Kalau nonton film horor orang, saya gak suka kalau saya disiap-siapin mau ditakutin. Saya gak mau kayak gitu. Saya maunya gausah kasih tau lah. Nah cara terbaik bagaimana nih? Karena skrip aslinya adalah horor, saya bilang, “Berarti ini adalah segmen kita kasih horor beneran. Ga usah lucu-lucu lagi”. Nah saya pengen (pocongnya) melayang. Itung-itung, budget-nya cukup kok ini.
Hahahahaha!
Alfi: Kita pakai rigging bisa lah ya. Pas hari H, ternyata tidak cukup! Aduh gimana ya? Terus gue ngelihat ada Apple Box. “Baim, lo kan temen gue lama. Lo mau disiksa kan?”. “Iya gapapa”, kata dia. Terus kita taruh Apple Box, kakinya taruh di situ, tiga orang megangin kakinya, dia disuruh semacam back-up. Jadi ngelayang gitu. Betul-betul melayang, jadi (frame-nya) dipotong separuh biar terlihat benar-benar melayang. Jadi pas action, itu kaya melayang. Pas cut, aktornya kayak mau ciuman gitu.
Tapi gak terjadi?
Alfi: Hampir hampir!
Berarti itu kakinya dipegang.
Alfi: Dipegangin tiga orang. Dan dia (Baim) harus menahan dengan kekuatan perutnya. Itu habis satu setengah jam sendiri adegan itu.
Serius? Kasihan aktornya dong ya.
Alfi: Yoi.
Untungnya temen lu!
Alfi: Untungnya temen gue! Jadi berani minta.
Vince: Masih temenan ga?
Alfi: Gatau deh hahahahaha!
Tapi itu salah satu yang outstanding lho. Ga ada tedeng aling-aling tau-tau ada aja pocong di depan muka! Itu kalau misalkan lagi nonton di hape itu hape bisa jatoh ke muka!
Alfi: Rencananya gitu.
Tapi dengar-dengar ini juga syuting-nya sangat singkat.
Alfi: Iya. Kurang lebih sekitar delapan jam.
Dan gue dengar tadi make-up nya tiga jam. Lima jam syuting bersih?
Alfi: Yaaa sekitar segitu lah.
Ini syuting ama ngerjain PR lebih lama ngerjain PR hahahaha!
Afi: Betul sekali!!
Dari mana bisa dapat inspirasi buat wowo-nya?
Alfi: Ini. Jadi waktu bikin ‘production book’, itu kan stres tuh bertiga; saya, editor, DOP. Itu bentuk genderuwo yang populer kayak gimana ya? Kita cek berubah semua kan. Ada yang kurang ikonik dan sebagaimnya. Terus lama-lama aku lihat butuh sesuatu yang bikin orang notice sama dia. Pertama, kita mau bikin kayak Pennywise. Pennywise kan ikonik banget. Tapi terlau meniru. Terus pas lihat-lihat entah kenapa kepikiran wayang. Bagong. Itu! Ya ini aja udah. Kasih rambut, kita kasih gigi. Buat ikonik. Terus kasih hitam-putih. Monokrom.
Berarti untuk karakter astral begitu kalian referensinya dari pewayangan jutsru ya!
Alfi: Karena kebetulan belum ada bentuk khususnya Genderuwo di media populer apapun. Jadi kita bilang, “Ya kita bikin versi kita aja”.
Jadi dari bikinan dia langsung populer! Aaaaahhh!!
Vince: Viral!
Tapi itu sudah disetujui oleh semua pihak?
Alfi: Sudah. Kita berdua pas bikin ‘Production Book’ selain dari produser oke, harus ke ini oke juga, ke Djarum-nya juga harus oke.
Vince: Iya benar. Jadi Sudah acc dari pihak Djarum juga. Karena tahu kita filmmaker muda yang kadang idealismenya terlalu tinggi gitu ya.
Idealisme adalah harta karun anak muda guys.
Alif: Betul sekali. Dengerin itu.
Tapi kadang-kadang kependem di bawah.
Vince: Hahahaha!
Ini kan sekarang di LA Indie Movie 2019 temanya “Viral”. Kalau kalian angkat tema lain, mau angkat apa?
Alfi: Kalau dia kudenger mau bikin film biru.
Eeeeh!
Alfi: Biru doang. Biru doang. Serius Vince, lo bikin apa lo?
Vince: Kok? Pertanyaan susah dilempar ke gue! Hahhahahaha… Gue sih sebenarnya pengen sesuatu yang lebih bisa mengkritik sih. Gue kebayangnya adalah kata “Fake”. Kasih tema “Fake” lah, terus lihat ide apa aja yang muncul dari itu? Short story kompetitor anak muda sekarang. Kayaknya banyak banget.
Soal bohong ya.
Alfi: Berarti gue yang main nanti.
Oh iyaaa! Terinspirasi dari Alfi nih jangan-jangan hahaha! Alfi sendiri gimana?
Alfi: Kalau aku sih jujur dari dulu pengen banget bikin film superhero. Tapi lebih ke anti-hero gitu. Yang bagaimana superhero agak realis. Yang gak selalu benar dan sebagainya. Kalau dapat kesempatan sih pengennya bikin film superhero. Yang humanis. Walaupun dia kuat, dia juga perlu gaji.
Oke baik itu tadi ya. Ada superhero, ada fake. Fake superhero mau?
Alfi & Vince: Eaaaa!
Alfi: Ini menarik!
Vince: Udah dah…
Di Movie Freak ini ketemu gaesss! Sebelum kita tutup, harapan kalian untuk filmmaker muda gimana?
Vince: Gantian
Jangan bohong lo Fi! Yang ini inspiratif nihh!
Alfi: Beneran ya beneran hahaha. Jadi, untuk LA Indie Movie itu adalah program yang sangat bagus dan luar biasa. Program yang benar-benar ingin menelurkan filmmaker baru di Indonesia yang saat ini gap nya terlalu jauh antara generasi tua dan muda. Jadi ketika LA Indie Movie buka nanti, langsung ikut aja dulu. Jangan mikir apa-apa. Ikut aja dulu.
Jangan pesimis ya.
Alfi: Siapa tahu di situ bisa ketemu jalanmu.
Ketemu passion-nya dan di-coaching sama filmmaker profesional. Buka jalan banget sih. Kalau Vince?
Vince: Lebih ke jangan takut aja. Intinya itu. Jangan takut bikin apa yang lo mau bikin. Udah ga usah mikirin, kalau gue bikin cerita ini jurinya bakal suka apa enggak? Bakal keterima apa enggak?”. Karena yang paling penting adalah, filmmaking is about telling your story. Jadi ya udah, lo pengen bikin apa, bikin aja. Pasti ada market-nya sendiri.
Film pendek “Nasintel” dan “Konspirasi Gaib” sudah bisa disaksikan di Viddsee dan Iflix. LA Indie Movie 2020.