“It’s the little things that are important, Jimmy. It’s the little things that get you caught.” – Joe ‘Deke’ Deacon.
Tiga aktor papan atas beradu akting dalam sebuah kasus pembunuhan. Di awal memang ini terlihat menjanjikan. Tapi setelah menontonnya, “The Little Things” memiliki beberapa resiko yang jelas adanya.
Film ini bercerita tentang seorang polisi bernama Deke (Denzel Washington). Ia suatu hari ditugaskan ke kota lalu bertemu dengan seorang detektif muda bernama Baxter (Rami Malek). Baxter ternyata sedang menyelidiki sebuah kasus yaitu pembunuhan berantai yang mengincar gadis-gadis.
Ketika ikut melihat tempat kejadian perkara, Deke langsung mengenali kasus ini. Sebuah kasus yang memiliki kemiripan dengan yang Ia tangani dulu. Sesuatu yang berasal dari masa lalunya kini kembali lagi. Kemudian bagi Baxter, kasus yang tergolong sulit dipecahkan tersebut membuatnya geram dan bersumpah sekuat tenaga akan mendapatkan pelakunya.

Dengan tampilan yang disuguhkan, “The Little Things” adalah film crime-thriller yang memiliki sentuhan noir. Noir sendiri adalah merupakan sebutan bagi film yanh bernuansa gelap atau suram. Film noir adalah jenis yang merupakan pengembangan dari film kriminal-gangster yang populer di era 40 hingga 50-an. Dalam buku “Memahami Film” karya Himawan Pratista, terdapat beberapa ciri dalam sebuah film noir. Plotnya rumit sulit ditebak, kemudian penggunaan narator, tata cahayanya low key lighting, dan kamera low-angle.
Kita mulai dari poin sinematiknya dulu yaitu low key lighting dan juga kamera yang low angle. Untuk low key lighting akan berhubungan dengan rancangan tata lampu. Poin ini sangat penting dalam mendukung kesan suram dalam sebuah film macam “The Little Things”, selain pastinya dominasi scene-scene yang gelap dan terkesan dingin. Beberapa contoh dari scene-scene gelap atau terkesan dingin di film ini adalah adanya beberapa adegan yang memang dilakukan dengan kondisi gelap gulita atau hanya dibekali lampu senter.
Masuk ke low key lighting nya, ini adalah teknik penataan cahaya yang menciptakan batasan tegas antara area gelap dan terang. Teknik ini lebih mengutamakan unsur bayangan yang tegas dari apa yang terlihat di layar. Cahaya utamanya berintensitas tinggi, sementara cahaya pengisi biasanya lebih rendah.

Selain sifat suram dan misterius, low key lighting ini juga mampu menciptakan keintiman. Sesuatu yang sesuai dengan tuntutan naratif karena film ini sangat berasa efek pribadinya terhadap masing-masing karakter.
Beranjak ke low key angle. Di sini lebih ke segimana tingginya kamera ditempatkan ya, bukan terkait dengan sudut kemiringan kamera yang ditempatkan dari bawah. Kalau yang itu biasanya untuk menampilkan kesan gagahnya atau powerful-nya sesosok karakter. Cuman kalau yang low key angle ini lebih bertujuan untuk menyasar kesan misterius dan bikin penonton penasaran.
Ini contohnya ada banget di prolog “The Little Things”. Di situ ada adegan seorang anak perempuan yang sedang lari dari pelaku. Seperti biasa, wajah pelaku pasti ga ditunjukin. Cuman yang pas di sini adalah posisi kamera yang ditempatkan gak pernah lebih tinggi dari dada pelaku.
Adegan akhir yang menggambarkan kondisi akhir sang korban pun dibuat low-angle, di mana sang korban terduduk di jalan setelah berusaha menghentikan sebuah truk. Digabungkan dengan aspek cahaya, maka sense noir nya jadi semakin asik.
Kalau dari plotnya memang kita akan disuguhkan pada satu hal yang kompleks, tapi ini lebih mengarah pada studi karakter. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, masa lalu Deke akan menghampirinya kembali. Kemudian di sisi lain, Baxter sangat ingin menangkap sang pelaku. Nah bagaimana kedua hal itu digali akan kita lihat di film ini.

Porsi utama tentu ada di karakter Deke, karena menyangkut masa lalunya. Motivasi ini jelas banget dan mudah untuk dilihat, di mana yang menjadi musuh utama sebetulnya adalah diri masing-masing, bukan si penjahat itu sendiri.
Sementara itu Albert Sparma (Jared Leto) baru muncul nanti. Dia diduga sebagai pelaku dari seluruh kejadian ini. Jared memerankan Albert sebagai orang yang freak, dalam artian dia suka sama hal-hal berbau misteri. Aktingnya cukup membuat kita tidak nyaman karena orang ini udah aneh, terkesan nantangin Deke dan Baxter pula. Tapi dengan gayanya yang seperti itu kita juga tidak boleh menganggapnya remeh karena bisa saja dia memang seorang psikopat.
Hanya saja, studi karakter ini kebanyakan bernafas sehingga “The Little Things” sangat minim tensi. Film tidak memiliki adegan aksi, jadi Cilers jangan berharap ada adegan tembak-tembakan atau kejar-kejaran mobil. Semuanya kalem.
Kemudian prosesnya juga masih termasuk kurang gereget. Selain kaitan dengan masa lalunya Deke sih sebetulnya gak ada yang menarik lagi dari film ini ya. Lempeng aja ke depan, meski dalam penyajiannya ada sedikit flashback yang menampilkan, lagi-lagi, masa lalu Deke. Film mencoba untuk lebih menarik di tahap resolusi namun ini tidak serta-merta dapat menyelamatkan “The Little Things”.

Justru ini merupakan sebuah arahan yang berisiko. Memang sih bagian resolusi film unsettling gara-gara akting Rami dan Jared. Cuman pas nonton, bisa jadi hal seperti ini malah membuat audiens bingung dan akhirnya tidak merasa kenyang. Film ini ditutup oleh sebuah cliffhanger yang membuat penonton harapannya ikut menebak.
Masalahnya adalah, jika penontonnya sudah capek duluan akibat masalah yang sudah biasa ada di film-film sejenis, penjabaran tahap konfrontasinya kurang menarik, tidak banyak intrik yang memancing rasa penasaran. Itu bisa berakibat pada ending yang mencoba untuk “wah” tersebut malah jadi “zonk”. Lalu jika kita membicarakan soal konteks, tantangan yang ada justru semakin besar.
Gak usah jauh-jauh, kita lihat saja dengan konteks yang terjadi di Amerika Serikat sana. Bukan rahasia bahwa aparat penegak hukum juga kerap ditimpa sorotan negatif. Jika coba disambungkan dengan apa yang terjadi di akhir film, “The Little Things” justru semakin menguatkan sorotan negatif tersebut.

Gelap-gelapan di bioskop bersama Rami Malek, Denzel Washington, dan Jared Leto tentu merupakan sesuatu yang menarik. Mereka bertiga terlibat dalam sebuah kasus pembunuhan berantai. “The Little Things” merupakan sebuah crime-thriller dengan vibes noir yang oke.
Penampilan ketiga aktornya jadi suguhan utama, meski kalau dilihat-lihat juga dua dari tiga aktor tersebut typecast banget. Bermain di sisi psikologis dengan penjabaran kasusnya sendiri yang kurang gereget membuat tahap resolusinya tidak membuahkan sesuatu yang mind blowing. Yang lebih kerasa justru adalah sesuatu yang tidak selesai, bahkan jadi mengarah pada mereka yang lari dari tanggung jawab.
Director: John Lee Hancock
Cast: Denzel Washington, Rami Malek, Jared Leto, Natalie Morales, Chris Bauer, Olivia Washington, Sofia Vassilieva
Duration: 128 Minutes
Score: 7.0/10
WHERE TO WATCH
The Review
The Little Things
The Little Things menceritakan seorang polisi bernama Deke (Denzel Washington). Ia suatu hari ditugaskan ke kota lalu bertemu dengan seorang detektif muda bernama Baxter (Rami Malek). Baxter ternyata sedang menyelidiki sebuah kasus yaitu pembunuhan berantai yang mengincar gadis-gadis.Ketika ikut melihat tempat kejadian perkara, Deke langsung mengenali kasus ini. Sebuah kasus yang memiliki kemiripan dengan yang Ia tangani dulu.Sesuatu yang berasal dari masa lalunya kini kembali lagi. Kemudian bagi Baxter, kasus yang tergolong sulit dipecahkan tersebut membuatnya geram dan bersumpah sekuat tenaga akan mendapatkan pelakunya.