“Who cares about what they think? This is about me. This is about my life. This is me.” – Martha.
Netflix di awal tahun 2021 ini kembali menghadirkan salah satu film unggulannya yaitu “Pieces of A Woman”. Film ini diproduseri oleh Martin Scorsese, disutradarai oleh Kornel Mundruczo, dan dibintangi oleh dua bintang utamanya, Vanessa Kirby dan Shia LaBeouf.
Ceritanya cukup simple, yaitu tentang seorang wanita bernama Martha (Kirby) yang mengalami nasib naas ketika melahirkan, dan bagaimana ia menjalani hidup setelahnya. Film ini sudah memiiki berita baik dan buruk. Berita baiknya, banyak penonton dan juga kritikus yang kagum akan penampilan Vanessa Kirby. Berita buruknya, Netflix secara resmi telah menghentikan campaign untuk Shia LaBeouf di Oscar tahun depan karena masalah pribadi sang aktor.
Fakta menarik lainnya datang kembali dari Kirby, di mana Ia melakukan riset yang mendalam bagi salah satu adegan super penting di dalam film. Mulai dari berkonsultasi dengan ahlinyaa, ngobrol sama ibu-ibu yang melahirkan, hingga menyaksikan sendiri bagaimana proses melahirkan tersebut.

And yes, adegan melahirkan itu langsung ditampilkan di awal. Tidak tanggung-tanggung, Kornel membuat adegan dalam durasi sekian menit (infonya sih 24 menit). Hal ini memberikan kita gambaran, bagaimana sih proses melahirkan itu berjalan dari mulai kontraksi, air ketuban yang keluar, hingga lahirlah sang buah hati.
Pendekatan semacam ini terbilang jarang, atau mungkin belum pernah Chillers lihat sebelumnya, di adegan melahirkan pada film lain. Bagian ini semakin seru dengan cara penyajian yang memanfaatkan long take. Kamera akan mengikuti gerakan dari tiga karakter yaitu Martha, Sean (LaBeouf), dan bidan mereka yang bernama Eva (Molly Parker).
Dinamis pergerakannya dari ruang makan, ke living room, ke kamar mandi yang cukup gak diduga-duga, kemudian tempat tidur. Adegan melahirkan ini sukses membuat mata kita langsung paying attention ke film, apalagi acting dari Kirby semakin membuat intensitasnya meninggi. Sedikit tambahan detail, terdapat sound yang muncul ketika Eva mengecek kondisi dalam kandungan dari Martha.
Meski begitu, adegan melahirkan ini memiliki kelemahan “What If” yang sangat nyata. Sesuatu yang bisa saja kepikiran sama penonton dari awal Martha mengalami kontraksi. Kita akan melihat sebuah rejection akan sesuatu, dan hal ini nampak secara jelas ditampilkan di dalam scene.

Meski begitu, alasan dari rejection tersebut kurang jelas. Mengapa karakter utama mengambil resiko yang besar? Mengapa, Martha? Bahkan, dia sempat memikirkan hal yang lebih aneh lagi ketika proses melahirkan, yaitu semacam penundaan. Jika ini ditampilkan sebagai bentuk dramatisasi, maka maaf-maaf saja hal itu tidak berhasil. Film menampilkan kondisi yang, jika orang awam lihat saja, sudah urgent. Kok cerita tidak melakukan tindakan lanjutan yang lebih terasa masuk akal.
Blunder ini bisa saja membuat orang kesulitan dalam menaruh simpati kepada Martha nantinya, dan kita gak perlu jauh-jauh jadi seorang ahli medis dan semacamnya untuk merasakan problem tersebut. Kemudian sudah alasannya kurang jelas, kemudian penyebab dari tragedi yang menjadi gong dari scene ini pun kurang mengena.
Begitu cepat, meski di sisi lain muncul anggapan bahwa ini mungkin adalah cara dari film agar penonton semakin masuk ke dalam cerita. Atau, memang sudah dari source materialnya seperti itu.
Adegan kelahiran ini nyaman gak nyaman, suka gak suka, akan membuat kita kemudian beranjak mengikuti apa nih yang tampil selanjutnya dari kehidupan Martha. Di sini tampil sesuatu yang sederhana, yaitu bagaimana Martha menghadapinya.
Nah biar makin seru, dimasukin juga konflik yang menyangkut hukum. Dari sini kita bisa melihat ada dua penyajian yang menonjol. Untuk yang ada hukum-hukumnya dulu deh. Film ternyata menggunakan batasan informasi terbuka bagi bagian ini sehingga memunculkan dua poin.
Poin pertama, “Pieces of A Woman” terkesan gak terlalu ‘character driven type of movie’ amat. Soalnya, nyambung ke poin kedua, kita akan banyak pula melihat point of view dari karakter Sean. Lalu seiring berjalannya waktu, influence dari karakter ibunya Martha yang diperankan oleh Ellen Burstyn juga semakin kuat. Puncaknya adalah adegan antara Ia dan Martha yang emosional.

Penyajian berikutnya yang menonojol adalah film film menuturkan sesuatu yang sederhana dengan cara yang tidak semudah itu, namun jatuhnya gak berusaha menjadi edgy juga. Awalnya kita akan bingung, kok tau-tau si Martha begitu? Apa hubungan antara dia dengan buah itu? Cuman nanti akan dijelaskan secara lebih lanjut.
Yang lebih ngena mengenai penggunaan metafora ini adalah di akhir filmnya. Terdapat sebuh adegan yang menjadi penutup yang jelas menyatakan sesuatu dalam diam bagi Martha. Digabungkan dengan konsep buah itu, maka makna dari metafora di akhir film menjadi semakin jelas, sebelum benar-benar ditunjukin pula secara gamblang.
Anyway, ada satu penempatan metafora yang unik, yang juga ditampilkan sebagai penanda waktu dalam cerita filmnya.
Sisi negatif film ini terletak di poin film memasukkan konflik berbau hukum. Masih menjadi sesuatu yang dipertanyakan, dan hal ini berada diluar sistem hukum yang bekerja seperti apa aslinya. Kembali ke adegan melahirkan di awal film. Penonton ditempatkan berada di TKP. Kita bisa melihat secara jelas kejadian, termasuk kelakuan dari setiap karakter. Martha tentu selain yang paling intens, juga menjadi yang paling aneh karena alasan yang sudah ditulis di atas.
Nah di sisi lain, kita yang nonton mungkin bisa merasakan bahwa tidak ada yang menunjukkan keanehan selain Martha sendiri di proses kelahiran itu. Tapi kok bisa, konflik berbau hukum ini ada dan menyeret seseorang yang jika dilihat dari proses kehamilan Martha tidak menunjukkan sesuatu yang jahat. Ia lebih ke arah yakin dan berusaha, meski kondisinya sulit.

Hal ini membuat penambahan konflik menjadi lumayan sia-sia. Film tidak menunjukkan sesuatu yang bisa semakin meyakinkan penonton bahwa “Ini orang salah nih”. Film tidak berhasil menggeser pemikiran penonton yang masih berada di pemikiran bahwa ini adalah nasib yang buruk, walaupun ada juga yang beranggapan bahwa jika melihat dari segi yang lebih dalam lagi, Eva juga memiliki kesalahan sebagai seorang bidan.
Aspek naratif film memiliki beberapa kelemahan yang coba diselamatkan oleh aspek sinematik seperti sinematografi, pemanfaatan simbolis, dan yang paling utama adalah performa acting. Vanessa Kirby di sini keren, karena ia tidak hanya mencoba untuk menampilkan bagaimana kondisi seoarng wanita ketika melahirkan saja tapi juga bagaimana karakternya menjalani aftermath dari kelahiran tersebut. Apa yang terlihat dari upaya menjalani hidup setelahnya cukup berbeda, ya. Tidak muncul dan terasa tuh hal-hal yang sangat, let’s say, ngenes yang berkelanjutan, dan penampilan actor yang secara sadar dipoles untuk mengkilap, yang mana awalnya dikira akan muncul pula di film ini.
Sesuatu yang patut diapresiasi dari penokohan dan juga akting, di mana Kirby menampilkan sosok karakter yang tetap kuat dalam masa-masa yang sangat berat. Pendekatan semacam ini mungkin akan tidak disukai oleh beberapa orang, tapi seperti yang dibilang Martha ke ibunya, “This is my way”.
Director: Kornel Mundruzco
Cast: Vanessa Kirby, Shia LaBeouf, Ellen Burstyn, Molly Parker, Iliza Shlessinger, Sarah Snook, Bennie Safdie, Jimmie Fails
Duration: 126 Minutes
Score: 7.0/10
Editor: Juventus Wisnu
The Review
Pieces of A Woman
'Pieces of A Woman' menceritakan kisah pasangan Martha (Vanessa Kirby) dan Sean (Shia LaBeouf), yang kehidupannya berubah setelah proses persalinan di rumah berakhir menjadi sebuah tragedi menyedihkan.Kejadian tersebut pun membuat Martha harus berjuang mengatasi rasa dukanya yang mendalam, sekaligus menghadapi hubungannya yang rapuh dengan suami dan ibunya yang bersifat dominan (Ellen Burstyn).Selain itu, Martha juga harus berhadapan dengan seorang bidan (Molly Parker) yang difitnah di mata publik di pengadilan.