“People don’t realize that murderers do not come out in the dark with long teeth and saliva dripping off their chin. People don’t realize that there are killers among them. People they liked, loved, lived with, work with and admired could the next day turn out to be the most demonic people imaginable.” – Ted Bundy.
Keberhasilan Netflix menelurkan sejumlah dokudrama lewat sejumlah serial kriminal seperti “The Keepers” (2017), dan “Making a Murderer” (2015- ) yang kini memasuki musim keduanya, membuatnya semakin ekspansif. Kini lewat dokudrama terbarunya yang bisa dibilang sangat kontroversial, “Extremely Wicked, Shockingly Evil and Vile”, Netflix mencoba masuk ke ranah sensitif dalam mengungkap sekelumit kisah dari Ted Bundy, seorang pembunuh berantai yang telah menelan korban lebih dari 30 gadis remaja yang dibunuh secara sadis dan memilukan.
Film ini merupakan produksi Netflix kedua tentang Ted Bundy setelah sebelumnya meluncurkan film dokumenter, “Conversations with a Killer: The Ted Bundy Tapes”, yang juga digarap oleh sutradara film dokudrama-nya, Joe Berlinger. Dengan adanya orang yang sama untuk menggarap kedua proyek ini, memang diharapkan film ini dapat berbicara banyak terkait kisah hidup Bundy yang terbilang misterius, apalagi didukung oleh sejumlah cast ternama untuk mendukung film ini.
Diadaptasi langsung dari otobiografi “The Phantom Prince: My Life with Ted Bundy”, Extremely Wicked melihat sang pembunuh lewat kacamata kekasihnya, Elizabeth Kendall (waktu masih bersama Ted Bundy bernama Elizabeth Kloepfer), yang diperankan oleh Lily Collins. Menit pertama film dimulai, shot kamera langsung mengarah pada pertemuan pertama Elizabeth dengan Bundy (Zac Efron) di sebuah bar di Washington sekitar tahun 1969, dan ketertarikan Bundy terhadap Elizabeth rupanya direspon positif.
Pertemuan itu kemudian berlanjut hingga mereka hidup bahagia bersama di tahun-tahun berikutnya. Semua hal indah ini langsung sirna pada tahun 1975 ketika Bundy ditangkap di Utah (tempat ia belajar hukum di sebuah universitas), dan sebuah fakta mengejutkan terungkap satu per satu, yang mengakibatkan hubungannya dengan Elizabeth terancam kandas.
Well, sebagai sebuah biopik dari Ted Bundy, apalagi dipampang dengan judul yang cenderung bombastis, film ini cenderung bergerak terlalu luas dan tak fokus kepada karakternya. Apa yang disuguhkan dalam film ini, sudah pernah dilihat dalam beberapa dokumenter sebelumnya dan cenderung gagal menawarkan perspektif baru terhadap Ted Bundy.
Paruh pertama film, kita akan diberi gambaran kehidupan Ted Bundy bersama Elizabeth. Sebuah interpretasi yang baik digambarkan dengan brilian oleh Zac Efron. Dalam sebuah adegan, terutama saat penangkapan pertama Ted Bundy, ia berhasil meyakinkan Elizabeth kalau dirinya dijebak oleh seseorang dan menuduhnya atas kejahatan yang dilakukan oleh orang lain.
Sebuah tipikal khas pembunuh berantai karismatik yang memanfaatkan pesonanya dan menyembunyikan identitasnya sebagai monster dengan tampilannya yang mempesona. Suatu gambaran yang memang pas divisualisasikan oleh Zac Efron, terlebih mukanya juga sangat identik dengan Ted Bundy.
Beranjak dari situ dan menuju paruh kedua film, adegan justru beralih ke pelarian pertamanya dari sebuah penjara di Colorado dan mulai meninggalkan perspektif Elizabeth menuju kisah Ted Bundy sendiri secara personal. Di sini adegan-adegan terkenal dari TV dan dokumenter aslinya mulai direka secara proporsional. Kemudian kisah berlanjut tentang sebuah pembunuhan terkenal di Florida yang membuat Bundy kembali ditangkap. Setelah itu, adegan kemudian kembali berpindah ke Elizabeth yang menjadi depresi dan alkoholik, terus berusaha menerima kabar dari Bundy yang ia dengar dari TV.
Jelang konklusi, kita akan dihadapkan pada persidangan yang mencoba memunculkan sebuah gagasan baru, namun apa yang disuguhkan malah berlangsung sia-sia saja. Hal yang ditampilkan, hanya sekedar versi singkat dari apa yang pernah ditampilkan di media TV dan dokumenter lewat footage yang sudah pernah dibuat.
Ada lini masa yang hilang selama proses bertutur yang coba dikemukakan film ini, menyebabkan kita akan menerima sepotong kisah Ted Bundy yang terkesan agak dipaksakan. Extremely Wicked dibuat lebih ditujukan kepada generasi terkini, khususnya dengan pengalaman sinematik modern dan memperkaya cara pandang kita tentang kisah pembunuh berdarah dingin yang terbilang sangat sadis ini.
Untuk cast pendukungnya sendiri, Extremely Wicked menampilkan sejumlah bintang ternama seperti Kaya Scodelario, Jim Parsons, John Malkovich, Haley Joel Osment, dan Angela Sarafyan yang secara keseluruhan bermain baik dan mendukung Zac Efron, namun secara keseluruhan film ini hanya menampilkan perspektif lain dari mata Elizabeth yang belum nampak di film dokumenternya tersebut. Sebagai rujukan utama tentunya versi “Conversations with a Killer: The Ted Bundy Tapes”, dari sutradara yang sama jauh lebih baik dan detil ketimbang versi layar lebarnya.
Buat kamu yang tertarik dengan kisah pembunuh berantai terkenal ini, ada kejutan menarik dengan tampilnya vokalis Metallica, James Hetfield yang untuk pertama kalinya bermain di layar lebar. Film yang dikeluarkan Netflix ini nantinya akan diputar di layar lebar Indonesia pada 24 Juli nanti, jadi kamu tunggu saja sebentar lagi.
Director: Joe Berlinger
Starring: Zac Efron, Lily Collins, Kaya Scodelario, Jim Parsons, John Malkovich, Haley Joel Osment, Angela Sarafyan, James Hetfield
Duration: 110 Minutes
Score: 7.3/10
The Review
Film dokudrama dari Netflix tentang pembunuh berantai terkenal Ted Bundy yang telah membunuh lebih dari 30 gadis remaja di berbagai negara bagian di Amerika Serikat. Dan film ini bercerita tentang kisah hidupnya dilihat dari perspektif mantan kekasihnya, Elizabeth Kendall. Berbeda dengan apa yang diceritakan dalam film dokumenternya yang lebih menceritakan secara umum, di sini, kehidupan pribadinya terlihat sangat jauh berbeda.
Review Breakdown
-
7.3