Hal yang paling bikin penasaran dari film ini adalah apa benar, “Pawn” punya sesuatu yang membuatnya lebih powerful dibanding “Miracle in Cell no.7”? Statement ini pertama kali keluar di Twitter, dan tentu saja pernyataan seperti itu sangat menarik untuk dibuktikan kebenarannya.
Karena memang jika dilihat dari trailer saja, kita sudah bisa menduga apa yang menjadi senjata utama “Pawn”. Selain itu, sebetulnya di Korea Selatan sendiri film ini tergolong sukses. “Pawn” rilis di Negeri Ginseng pada 29 September dan sejak itu eksis di papan atas Box Office.
Menurut catatan Korean Film Council atau KOFIC, hingga minggu kelima film ini sudah ditonton 1,67 juta penonton (12.47 juta USD). Momen liburan Chuseok menjadi klimaks, di mana persentase orang ke bioskop naik hingga 150 persen dari minggu sebelumnya.

Filmnya sendiri memiliki cerita yang cukup nekat pada awalnya. Dua orang debt collector atau penagih utang, Du-seok (Sung Dong-Il) dan Jong-bae (Kim Hee-Won), menjadikan bocah umur sembilan tahun sebagai barang jaminan bagi seorang ibu-ibu muda yang terlilit hutang suaminya.
Sang ibu harus membayar utang agar ia bisa kembali bertemu anaknya, dan tugas ini semakin sulit lagi karena dirinya adalah seorang imigran gelap, di dalam film disebut dengan “Tiongkok-Korea”.
Di sisi lain, Du-seok dan Jong-bae ternyata cukup berbeda dengan rentenir kebanyakan. Memang perangainya keras, terutama Du-seok, namun mereka berjanji untuk mengurus Seung-yi (Park Soi) dengan baik hingga utangnya mereka dapatkan.
Tapi, biar cerita jadi sedikit lebih menarik, “Pawn” menggunakan formula alur non-linear. Jadi scene awal dari film ini bisa dibilang merupakan bagian dari tahap resolusi. Meski perannya tidak terlihat sebagai layer yang membuka lembaran-lembaran masa lalu banget, namun gaya penceritaan ini patut diapresiasi karena membuat film lebih enjoy ditonton dan setidaknya bisa saja membuat penonton terkecoh.

Apalagi, pemotongan adegan yang terjadi mendukung salah perkiraan itu terjadi. Belum diberi tahu tujuan sebenarnya dari apa yang ditampilkan di awal, film sudah flashback aja ke tahun 1993. Cerdas juga hehehe. Film ini sudah pasti memiliki turning point pertama yang jelas.
Yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana film negelola tahap konfrontasi setelah Seung-yi dijadikan barang gadai. Harus ada unsur emosional yang kuat sehingga penonton tuh bisa larut sama hubungan yang terjadi antara Seung-yi, Du-seok, dan Jong-bae.
Kalau dilihat-lihat, nantinya hubungan Seung-yi akan lebih kuat ke Du-seok, sementara itu Jong-bae lebih berasa hubungan antara atasan dengan bawahan kepada Du-seok. Ini membuat setiap pemain memiliki porsinya masing-masing guna mengembangkan chemistry antar karakter.
Selain itu, sepanjang film berjalan, aktor senior Sung Dong-Il perannya bakal sangat menonjol. Bagaimana tidak, Ia harus dapat menerjemahkan tuntutan naratif kepada penonton, di mana Du-seok itu semakin lama semakin sayang sama Seung-yi. Padahal di awal dia menjadikan Seung-yi seorang barang gadaian.
Proses ini tentu tidak mudah, membutuhkan waktu yang panjang. Pas banget, film sepertinya aware sama hal ini sehingga tahap di mana Du-seok merawat Seung-yi dari kecil hingga dewasa tampil dominan, dengan porsi bersama Seung-yi kecil menjadi yang paling banyak.
Di masa-masa itu kita akan menemukan beberapa bagian yang bisa kurang lebih membuat kita menduga “Oh deketnya di sini ya”. Biasanya sih ditampilkan lewat adegan-adegan yang ringan dulu seperti percakapan, tingkah laku konyol dan semacamnya. Baru deh nanti di perjalanan stakes nya akan semakin naik dan ikatan yang timbul juga didasarkan pada hal yang lebih serius.

Dengan diawali sama pertentangan keras akan aksi gila Du-seok mengambil anak orang dijadiin gadaian, resiko yang muncul dari tahap konfrontasi model ini adalah rasa bosan karena time span yang dihabiskan saat Du-seok dan Jong-bae merawat Seung-yi terbilang panjang.
Beruntung, chemistry para aktor kualitasnya jempolan. Mulai dari yang sudah berpengalaman seperti Sung Dong-Il dan Kim Hiewon, hingga aktris cilik Park Soi yang gemas dan benar-benar mencuri perhatian. Momen sedih, gembira, lucu, dipertunjukkan dengan baik oleh para pemeran. Bonding antara Dong-Il dan Soi secara jelas memiliki titik di mana karakter Du-seok mulai merasakan sesuatu terhadap Gadai.
Ini di satu sisi berhasil memperlihatkan kepiawaian akting sang aktor senior, dan di sisi lain semakin membuat kita invest terhadap relasi yang tercipta. Beberapa kali adegan telepon menjadi adegan kunci di mana kita bisa melihat character development Du-seok, apalagi ada pemanfaatan off-frame diagetic sound dalam sebuah scene teleponan, yang membuat kamera menyorot wajahnya.
Apa yang terjadi setelahnya sangat jelas merupakan puncak dari rasa perhatian seorang bapak pada anaknya. Lalu perlu juga untuk sedikit memberikan perhatian khusus buat duo rentenir, di mana meski relasi mereka cuma dijadikan sparks, tapi selalu berhasil membuat kita terkekeh. Tapi sebetulnya di luar itu relasi ini punya keunikan lain karena sosok rentenir yang ditampilkan yang tetep punya aura sangar, namun bisa juga koplak.
Cukup kaget sih ketika “Pawn” menunjukkan perubahan siginfikan untuk kali pertama secara linear, which is merupakan indikasi yang positif. Meski begitu, ada sesuatu yang mengintai. Ia adalah bagaimana film menampilkan turning point keduanya.
Sekali lagi, ini bukan masalah durasi yang mereka habiskan di tahap konfrontasi, atau bisa dikatakan juga di tahap ketika Seung-yi diasuh sampai besar. Ini adalah bagaimana caranya film membuat sebuah scene yang kuat agar tercipta penghubung yang bagus, yang bisa melengkapi kauslitas filmnya. Soalnya, ketika menonton film ini, terbesit di pikiran bagaimana mereka akan mengakhirinya nanti? Kayak, semua opsi sudah dipakai. Mau ngapain lagi?

Eh benar saja, apa yang ditakutkan terjadi. Film memilih creative decision yang sangat dramatik sebagai turning point kedua. Apesnya, poin ini cukup fatal karena aneh saja melihat bahwa dampak yang ditimbulkan dari kejadian tersebut bisa sefatal itu, padahal eksposisi yang diibangun sudah sangat kuat sehingga sulit rasanya untuk menerima bahwa ini adalah jalur terbaik.
Cuman di sisi lain, film emang doyan banget untuk mengobrak-abrik hati penonton karena setelah dibawa ke atas, eh dijatuhin lagi. Efektif? Kalau buat yang ditimbulkan setelahnya sih iya. Apalagi sequence-sequence yang ada tergolong level ngeri. Sekali lagi, eksposisi yang kuat dengan memanfaatkan items, akting, kata-kata sakti, batasan informasi terbuka, dan pembuatan momen-momen yang potensial (you know what we mean) bikin penonton bisa menitikan air mata pada stage akhir ini. Cuman untuk scene yang mengawali semuanya, rasanya terlalu berlebihan.
Dalam masa seperti ini, menyenangkan rasanya untuk bisa menikmati sebuah film yang hangat. “Pawn” memang bisa menguras air mata, dan itu bisa jadi tujuan utama Chillers buat nonton. Hal itu sama sekali gak salah, meski rasanya film terlalu memanfaatkan hal tersebut dalam satu titik tertentu.
Pun ceritanya juga punya penjabaran konflik yang panjang dan dari pertengahan masa sudah bisa ditebak arahnya. Hanya saja, nilai kebaikan yang terpancar dari film ini adalah sesuatu yang tidak boleh dikesampingkan begitu saja. Bagaimana seorang pria mengasuh anak orang lain hingga dewasa, mencerminkan bahwa rasa cinta akan sesama itu bisa datang dari siapa saja. Kudos buat Sung Dong-Il, cubit-cubit gemas buat Park Soi.
Director: Kang Dae-gyu
Casts: Sung Dong-Il, Park Soi, Kim Hee-Won, Ha Ji-Won,
Duration: 113 Minutes
Score: 7.6/10
Editor: Juventus Wisnu
The Review
Pawn
Pawn menceritakan kisah anak yang dijadikan jaminan orang tuanya ke debt collector.Dua orang debt collector atau penagih utang, Du-seok (Sung Dong-Il) dan Jong-bae (Kim Hee-Won), menjadikan bocah umur sembilan tahun sebagai barang jaminan bagi seorang ibu muda yang terlilit hutang suaminya.Sang ibu harus membayar utang agar ia bisa kembali bertemu anaknya, dan tugas ini semakin sulit lagi karena dirinya adalah seorang imigran gelap.Di sisi lain, Du-seok dan Jong-bae ternyata cukup berbeda dengan rentenir kebanyakan. Memang perangainya keras, terutama Du-seok, namun mereka berjanji untuk mengurus Seung-yi (Park Soi) dengan baik hingga utangnya mereka dapatkan.Bagaimana nasib sang anak kemudian?