‘Papillon’, Sebuah Remake Klasik dengan Sentuhan Berbeda
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • All
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Daft Punk

    Daft Punk Rilis Versi Ekstended Soundtrack Tron Legacy

    Last Of Us 2

    Ini Dia Daftar Lengkap Pemenang The Game Awards 2020

    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • All
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Daft Punk

    Daft Punk Rilis Versi Ekstended Soundtrack Tron Legacy

    Last Of Us 2

    Ini Dia Daftar Lengkap Pemenang The Game Awards 2020

    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

‘Papillon’, Sebuah Remake Klasik dengan Sentuhan Berbeda

Juventus Wisnu by Juventus Wisnu
September 28, 2018
in Movies
‘Papillon’, Sebuah Remake Klasik dengan Sentuhan Berbeda
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baca Juga:

Ingin Sukses Berbisnis? Tonton 7 Film Inspiratif Ini

Film Petualangan Luar Angkasa ‘Space Sweepers’ Rilis Trailer Terbarunya

“If I ever get out, I’m going to live a different kind of life.” – Henri ‘Papillon’ Charrière.

Ternyata, ini yang dilakukan “King Arthur” dalam masa senggangnya: membahayakan diri di tempat antah-berantah. Setelah bertualang untuk mencari kota yang hilang di Amazon dalam film ‘The Lost City of Z’ (2016), kini dia akan ditelantarkan di penjara yang sangat tidak beradab. ‘Papillon’ merupakan adaptasi dari buku karya Henri “Papi” Charrière. Buku tersebut berisi memoar Papi ketika ia menghuni penjara yang diperuntukkan bagi para tahanan seumur hidup. Ia sendiri dijebloskan ke penjara karena tuduhan pembunuhan yang sebenarnya tidak dia lakukan.

FYI, ini bukan kali pertama kisah “Papillon” difilmkan. Sebelumnya, sebuah film berjudul sama sudah pernah dirilis di Amerika pada tahun 1973. Nah, untuk versi jadul-nya dulu, “Papillon” disutradarai oleh Franklin J. Schaffner, kemudian dibintangi oleh Steve McQueen dan Dustin Hoffman. Film ini berhasil meraih kesuksesan komersial yang luar biasa, di mana “Papillon” menjadi film dengan pendapatan box office nomor empat terbesar di Amerika saat itu. Chemistry dari Steve dan Dustin tentu menjadi sorotan utama.

SHOPEE X XIAOMI 760x300 SHOPEE X XIAOMI 760x300 SHOPEE X XIAOMI 760x300
ADVERTISEMENT

Tidak ada yang mengira bahwa film bisa menyatukan dua ikon sinema ini di dalam satu film. Kombinasi mereka adalah paket combo yang rela kita beli, tidak peduli seberapa mahal harganya. Independent UK menulis bahwa Steve McQueen merupakan aktor yang langka. Ia merupakan “old-fashioned-action-star” yang macho dan keren. Sementara itu, Dustin Hoffman merupakan rising star kala membintangi The Graduate (1967) dan Midnight Cowboy (1969). Aktor watak serba bisa ini melakukan transformasi fisik yang signifikan dengan menurunkan berat badannya 9 kilogram sebelum syuting dimulai.

Bagi yang belum menonton film versi 1973, hal pertama yang justru memancing perhatian dari film kekiniannya adalah kostum. Ini timbul karena latar tempat adalah penjara yang tidak biasa, kemudian setting waktunya juga berada di pasca Perang Dunia 2. Merupakan sebuah pengetahuan baru untuk bisa melihat kalau begini ya ternyata desain baju para tahanan seumur hidup saat itu di Prancis dan Guyana Prancis. Ketika mereka masih ada di Prancis, para tahanan diberi pakaian abu-abu tua, berbeda tipis dengan versi aslinya yang berwarna abu-abu muda. Kemudian sesampainya di Guyana Prancis, pakaian tersebut diganti menjadi semacam piyama bergaris putih-merah muda. Charlie Hunnam sebagai pemeran utama mulai ditampilkan berbeda. Di awal film ia terlihat ganteng berkat setelan yang mahal, kemudian setelah diciduk dan diarak, Papi mulai terlihat menyedihkan. Adegan awal ketika ia menjadi pencuri dan hidup mewah, bahkan tak diperlihatkan di film aslinya.

Ngomongin soal arak-arakan, ternyata ada juga semacam rutinitas yang ditampilkan oleh film untuk mendukung kesan hina para tahanan. Mereka semua terlihat diarak dan orang-orang seisi kota berkerumun untuk melihatnya. Scene ini juga dimanfaatkan untuk memperkenalkan karakter utama berikutnya, yaitu Louis Dega (Rami Malek). Ia didakwa seumur hidup karena terlibat dalam kasus penipuan obligasi perang. Dari sinilah kisah persahabatan antara Papi dan Louis Dega dimulai. Kita akan melihat bagaimana dinamika hubungan mereka, mulai dari Louis yang masih jual mahal sampai titik di mana mereka berdua sudah benar-benar sohib.

Tantangannya adalah, bagaimana film tetap bisa memberikan efek emosional antara dua orang ini ketika mereka tidak bersama-sama. Akan ada sebuah inciting incident di tahap persiapan yang mengubah jalan cerita menjadi lebih berat. Istilah di atas biasanya digunakan dalam unsur naratif, di mana ada sebuah peristiwa atau aksi yang memicu terjadinya perubahan cerita. Peristiwa ini selanjutnya memicu terjadinya titik balik pertama yang betul-betul baru. Berangkat dari pengertian tersebut, kita dapat dengan jelas melihat bahwa film menampilkan “turning point” pertamanya dengan jelas.

SHOPEE X XIAOMI 760x300 SHOPEE X XIAOMI 760x300 SHOPEE X XIAOMI 760x300
ADVERTISEMENT

Pemilihan Charlie Hunnam salah satunya adalah karena fisiknya yang prima. Sosoknya mengingatkan kita akan Steve McQueen pada versi orisinalnya. Ketika cerita sudah berada di titik yang benar-benar baru, film langsung memusatkan perhatian kepada Papi. Bagaimana Papi bisa bertahan di ruang isolasi, di mana ia tidak boleh bersuara dan tidak ada penerangan di sana. Dalam versi remake, ruang isolasi merupakan ruang bawah tanah yang atapnya bisa dibuka tutup. Pada versi aslinya, ruangan ini memang seperti ruang isolasi di jaman modern, di mana ruangan ini tertutup rapat dan gelap, tanpa ada cahaya satu pun. Jadi bisa dibayangkan kalau Papi ada di ruangan itu selama lima tahun.

Dalam scene ini, Charlie menunjukkan komitmennya dalam berakting. Selain terlihat perubahan dari segi sifat, Charlie juga menampilkan transformasi tubuh yang kentara. Papi, yang dulunya besar dan berotot kini menjadi kurus. Beberapa scene menunjukkan seberapa besar perubahan fisik ini dan hasilnya impresif. Kurus sampai bagian perutnya menjadi kempot!

Kembali ke tantangan dalam mempertahankan chemistry, film lebih menampilkan Louis dalam bentuk yang tidak nyata. Pertama adalah lewat sesuatu yang diselundupkan ke sel tahanan Papi. Bahan selundupan ini tidak bermakna tunggal, namun sayangnya, ini masih menjadi cara yang sulit karena bisa saja penonton tidak mengerti dari maksud lainnya. Karena pasti menyelundupkan sesuatu bukan hal yang mudah untuk dilakukan oleh tahanan biasa. Kedua adalah lewat mimpi. Ini makin absurd lagi. Louis ditampilkan sebagai aktor pantomim yang beraksi di depan Papi. Maksud dari gerakan pantomim itu kurang jelas. Sulit menangkap hal yang tersirat di sana. Belum lagi ada pula tambahan di mana Papi membuka brangkas. Yang sedikit bisa ditafsirkan dari mimpi itu adalah, sifat putus asa akibat lama terkurung dalam ruangan gelap. Sebuah imajinasi virtual yang terakumulasi secara konsisten selama bertahun-tahun. Hal yang sama juga ditampilkan dalam versi orisinalnya, dimana mimpinya ditafsirkan kalau Papi dan Louis sudah bebas dan diarak dengan mobil beratap terbuka.

Midpoint “Papillon” baru memberikan apa yang kita inginkan dari film ini yaitu cerita tentang bagaimana Papi berusaha untuk kabur. Dari sini tempo semakin meningkat hingga menjelang titik balik kedua. Bisa dibilang, bagian ini merupakan bagian terbaik dari film. Kisah mulai bergerak liar, di mana masuk dua karakter lain dan muncul hal tabu yang coba dimanfaatkan sebagai salah satu akal bulus Papi dan teman-temannya. Tidak hanya itu, terdapat scene yang berdarah-darah dalam latar tempat yang seratus persen berbeda. Sayang, satu poin minus muncul karena di babak ini film memutuskan untuk mengubah susunan plot. Berbeda dengan versi 1973 yang relatif panjang saat melarikan diri, dalam versi remake ini, waktu yang dihabiskan oleh Papi di tempat baru hanya sebentar. Penonton seperti tidak diberikan istirahat karena pedal gas kembali diinjak. Malah “turns” ini menjadi sesuatu yang sia-sia. Tidak menambah apapun kecuali penderitaan fisik baik bagi Papi maupun kita yang menyaksikannya. Langsung saja Papi ditransfer ke Devil’s Island, agar dia menghadapi sequence di titik terendahnya dan film segera masuk ke tahap resolusi.

Di tahap ini, waktu yang tersisa tidak banyak lagi. Film coba kembali mempertemukan kedua karakter utama, di mana Louis sudah terlihat berbeda. Ia berkembang, menyalurkan hobi menggambarnya kepada dinding-dinding bangunan sehingga lebih artistik. Walaupun nama pulaunya Devil’s Island, perbedaannya sekali lagi tampak nyata. Di film aslinya, Devil’s Island merupakan pulau pengasingan yang berisi rumah-rumah soliter yang diisi per tahanan. Di situ Louis bercocok tanam dan mempunyai banyak hewan ternak. Sedangkan di versi remake-nya, digambarkan kalau pulau ini terdapat benteng tua yang digunakan sebagai tempat tahanan, dengan kamar-kamar yang dihuni, salah satunya yang ditempati Louis.

Memasuki final chapter, Papi masih sama. Ia tetap optimis bahwa suatu hari nanti mereka akan keluar dan menjadi orang bebas. Cerita kemudian bergulir sampai suatu hari Papi menyadari sesuatu. Ia kemudian bangkit dengan tekad yang baru. Puncak film tidak memiliki tingkat intensitas yang tinggi seperti ketika di “midpoint”. Lebih ke arah dramatis dengan cara mengaduk emosi lewat persahabatan yang terjalin antara Papi dan Louis. Persahabatan itu setelahnya dijadikan sebuah kejutan yang bisa dibaca. Untungnya, performa dari Charlie dan Rami masih bisa bertahan, setidaknya memberikan “brotears” sehingga memoar dari Henri Charrière ini tetap sebuah pengalaman yang berharga walaupun ada beberapa perbedaan signifikan dengan versi orisinalnya.

Papillon sudah bisa Chillers saksikan di bioskop-bioskop terdekat di kota kamu.

 

Director: Michael Noer

Starring: Charlie Hunnam, Rami Malek, Roland Moller, Joel Basman, Eve Hewson, Michael Socha, Tommy Flanagan

Duration: 133 Minutes

Score: 7.0/10

Tags: Charlie HunnamEve HewsonHenri CharrièreJoel BasmanMichael NoerMichael SochaPapillonPopularRami MalekRoland MollerTommy Flanagan
Juventus Wisnu

Juventus Wisnu

“Don't ask yourself what the world needs, ask yourself what makes you come alive. And then go and do that. Because what the world needs is people who have come alive.”

Related Posts

Ingin Sukses Dalam Berbisnis, Tonton 7 Film Inspiratif Ini
Hype

Ingin Sukses Berbisnis? Tonton 7 Film Inspiratif Ini

Berbisnis terkadang membutuhkan suatu inspirasi entah darimana datangnya. Salah satunya dari kisah-kisah para pengusaha sukses dan orang terkaya di dunia....

by Arif Firdaus
January 19, 2021
Netflix Hadirkan Film Sci-Fi Terbarunya, ‘Space Sweepers’
Hype

Film Petualangan Luar Angkasa ‘Space Sweepers’ Rilis Trailer Terbarunya

Netflix akan segera menghadirkan film Korea terbaru berjudul 'Space Sweepers' yang tayang pada tanggal 5 Februari 2021. Disutradarai oleh Jo...

by Juventus Wisnu
January 19, 2021
Prokes di CGV
Hype

Jaringan Bioskop CGV Sewakan Studio dengan Terapkan Prokes

Jaringan CGV Indonesia mulai menawarkan pelayanan untuk menyewa studio bioskop untuk menikmati seni dan budaya secara ekslusif tanpa kehadiran orang...

by Juventus Wisnu
January 19, 2021
Sobat Ambyar
Reviews

Review Film: ‘Sobat Ambyar’

Didi Kempot adalah musisi yang sangat dihormati dan dicintai. Lagu-lagu campur sarinya kerap menemani kita dari masa sekolah hingga sudah...

January 17, 2021

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

SHOPEE X XIAOMI DEAL SHOPEE X XIAOMI DEAL SHOPEE X XIAOMI DEAL
ADVERTISEMENT

Cineverse

Entertainment news, film reviews, awards, film festivals, box office, entertainment industry conferences.

© 2020 Cineverse - All Right Reserved.

  • About Us
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 Cineverse – All Right Reserved.

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In