Buat kalian yang masih penasaran dengan film dokumenter “Nyanyian Akar Rumput” bercerita tentang apa, mungkin ini bisa sedikit memberi gambaran tentang film ini. Film ini berkisah tentang anak bungsu Wiji Thukul yang bernama Fajar Merah yang hidup sederhana bersama ibunya Siti Dyah Sujirah alias Sipon dan kakak perempuannya, Fitri Nganthi Wani setelah ayahnya hilang diculik menjelang reformasi tahun 1998. Judul film ini memang diambil dari puisi karya penyair Wiji Thukul yang dibuatnya pada tahun 1988. Pada tahun 2018 film ini menjadi pemenang Piala Citra Kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik.
Fajar Merah sendiri masih berumur 5 tahun ketika ayahnya Wiji Thukul hilang diculik jelang reformasi 1998. Fajar hanya secara samar mengingat tentang ayahnya. Baginya Wiji Thukul hanya sedang pergi entah ke mana. Setelah tumbuh menjadi seorang remaja, Fajar mulai menyukai musik. Bersama rekan-rekannya satu sekolahnya di Sekolah Menengah Karawitan Surakarta, ia lalu membentuk sebuah grup band. Setelah sempat manggung di berbagai acara dan berganti-ganti nama band dan juga personilnya, pada tahun 2012 mereka sepakat memberi nama band mereka “Merah Bercerita” dengan personil Fajar Merah (vokalis/gitaris), Gandhi Asta (lead guitar), Lintang Bumi (drum), Yanuar Arifin (bas).
Salah satu puisi karya Wiji Thukul yang berjudul “Bunga dan Tembok” lalu diaransemen oleh Fajar Merah dan menjadi sebuah lagu yang dinyanyikan di berbagai acara dan konser di berbagai kota. Dengan bantuan youtube dan media sosial lagu tersebut akhirnya menjadi akrab dan digandrungi oleh anak-anak muda seusianya. Pada tahun 2015 keluarlah album perdana dari Merah Bercerita yang diberi judul “Merah Bercerita”, dengan beberapa puisi Wiji Thukul dinyanyikan di album ini, salah satunya tentu adalah “Bunga dan Tembok”, lagu ini seakan menjadi lagu wajib yang dinyanyikan dalam hampir setiap pentas band Merah Bercerita.
Dan pada tahun 2018, Band Merah Bercerita mengeluarkan albumnya yang kedua berjudul “Nyanyian Sukma Lara”. Dalam album keduanya ini tidak ada satu pun puisi yang digubah menjadi lagu. Semua lagu adalah ciptaan dari para personil Merah Bercerita terutama dari Fajar Merah.
Jika film “Istirahatlah Kata-kata” bercerita tentang Wiji Thukul yang mengasingkan diri ke Kalimantan untuk menghindari intimidasi dari pihak yang berwenang pada jaman Orde Baru, di film “Nyanyian Akar Rumput” ini berfokus pada sang anak Fajar Merah dan perjalanan karir dari band Merah Bercerita, nama ‘Merah’ diambil dari nama belakang Fajar, sedangkan ‘Bercerita’ diambil dari lirik lagu yang bercerita tentang dunia tentang apa yang mereka alami, lihat dan juga mereka rasakan.
Bermarkas di rumah Wiji Thukul, proses kreatif penciptaan musik dan lagu bercampur kegiatan sehari-hari sang ibu Fajar Merah, mbak Sipon yang gemar memasak dan menjahit. Dan memang lagu-lagu yang diciptakan Merah Bercerita terinspirasi dari kenyataan yang terjadi di lingkungan mereka setiap harinya.
Di film ini juga ditampilkan perjalanan band Merah Bercerita dari satu konser ke konser, dari satu kota ke kota berikutnya. Dalam konser di berbagai tempat dan kota tersebut Fajar Merah dan juga Wani sang kakak sering tampil bersama. Di film ini juga ditunjukkan bagaimana generasi milenial angkatan Fajar Merah dan kawan-kawan bandnya menjadi penikmat musik Merah Bercerita.
Bila Wiji Thukul menggunakan puisi untuk menyatakan sikap dan pendiriannya kepada dunia khususnya di Indonesia, maka Fajar Merah memakai musik sebagai sarana untuk mengekspresikan diri dan juga sekaligus sebagai saluran untuk menyampaikan pesan dan tuntutan serta kegelisahan anak-anak muda terhadap dunia sekitarnya. Terutama pesan agar ‘melawan lupa’ untuk kasus penculikan ayahnya dan pelanggaran HAM lainnya.
Melalui musiknya Merah Bercerita menggelorakan kembali puisi-puisi dari Wiji Thukul yang sekian lama terpendam. Melalui musik puisi-puisi sang ayah dari Fajar Merah tersebut menjadi semakin popular di kalangan anak-anak muda milenial dimana sebuah generasi baru penggemar Wiji Thukul bermunculan dan menjadikan semangat Wiji Thukul akan terus ada dan terus hidup.
Film ini menempuh proses produksi yang cukup panjang yaitu selama 4 tahun dari kurun waktu tahun 2014 sampai tahun 2018 mengikuti proses perjalanan kreatif Fajar Merah dan band Merah Bercerita dalam bermusik dan pada khususnya menciptakan musikalisasi puisi-puisi Wiji Thukul.
Director: Yuda Kurniawan
Starring: Fajar Merah
Duration: 112 Minutes
Score: 7.5/10
The Review
Nyanyian Akar Rumput
Nyanyian Akar Rumput bercerita tentang Fajar Merah, anak bungsu Wiji Thukul bersama ibunya Sipon dan kakak perempuannya, Fitri Nganthi Wani. Kegelisahan sang anak mencari keadilan diungkapkan lewat sejumlah lagu yang menggunakan lirik-lirik puisi dan Fajar Merah memakai musik sebagai sarana untuk mengekspresikan diri dan juga sekaligus sebagai saluran untuk menyampaikan pesan dan tuntutan serta kegelisahan anak-anak muda terhadap dunia sekitarnya. Terutama pesan agar ‘melawan lupa’ untuk kasus penculikan ayahnya dan pelanggaran HAM lainnya.