Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • All
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
    Star Wars Novel

    Sambut 50 Tahun LucasFilm, Novel Star Wars Dirilis Ulang

    Biion Footwear

    Biion Footwear dan DC Comics Rilis Sepatu Bertema Batman & Superman

    Godzilla's World

    Sambut Film ‘Godzilla vs. Kong’, Uniqlo Rilis T-Shirt Limited Godzilla’s World

    sonic the hedgehog

    Masuki 30 Tahun, Sonic the Hedgehog Rilis Action Figure Versi Terbatas

    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • All
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
    Star Wars Novel

    Sambut 50 Tahun LucasFilm, Novel Star Wars Dirilis Ulang

    Biion Footwear

    Biion Footwear dan DC Comics Rilis Sepatu Bertema Batman & Superman

    Godzilla's World

    Sambut Film ‘Godzilla vs. Kong’, Uniqlo Rilis T-Shirt Limited Godzilla’s World

    sonic the hedgehog

    Masuki 30 Tahun, Sonic the Hedgehog Rilis Action Figure Versi Terbatas

    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

‘Nocturne’, Pianis Ambisius yang Halalkan Segala Cara

Juventus Wisnu by Juventus Wisnu
October 20, 2020
in Featured, Movies, Reviews
‘Nocturne’, Pianis Ambisius yang Halalkan Segala Cara

@ Amazon Prime

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baca Juga:

Review Film: ‘Roohi’

Review Film: ‘Bombay Rose’

“We’re both failures, you and me, but at least I have an excuse. You’re just mediocre.” – Vivian.

 

Ini merupakan film keempat dari antologi “Welcome to Blumhouse” setelah “The Lie”, “Black Box”, dan juga “Evil Eye”. Di sini Blumhouse bercerita tentang bagaimana seseorang berurusan dengan ambisi sendiri, sehingga menghalalkan segala cara untuk mencapai kesuksesan.

Adalah Juliet (Sydney Sweeney), yang merupakan gadis dengan bakat musik luar biasa. Sayangnya, ia selalu mendapatkan semacam apresiasi yang kurang diharapkan. Ia seperti selalu berada dibawah bayang-bayang kakaknya, Vivian (Madison Iseman), seorang siswi senior yang nanti akan masuk ke Jiulliard. Baik Julie maupun Vivian bersekolah di tempat yang sama. Nah sekolah mereka ini ternyata pernah mendapatkan sebuah kasus di mana seorang murid perempuan diketahui tewas secara mengenaskan.

Dilihat dari eksposisinya, maka film ini akan memperlihatkan dua hal. Yang pertama adalah rivalitas kakak-adik yang tentu akan menjadi sesuatu yang menarik. Apalagi Juliet dan Vivian dianugerahi bakat yang sama. Jealousy pasti tak terhindarkan.

@ Amazon Prime

Kemudian yang kedua adalah musik. Ini juga penting karena kedua karakter penting itu sekolah di sekolah musik. Akan menarik untuk melihat bagaimana persaingan kaka-adik dibalut dalam alunan musik klasik. Semuanya pun bermula ketika pihak sekolah memutuskan untuk tetap mengadakan konser, yang pada aslinya konser tersebut akan menampilkan siswi yang tewas tadi sebagai performer utamanya.

Seiring dengan dentingan piano, film membuat ambience yang terasa kelam dan gloomy. Hal ini sudah bisa kita rasakan sedikit dari awal. Lalu untuk menegaskan awalan dari sebuah bagian yang intens, film membuat semacam treatment yang asik. Di sini kita bisa melihat permainan bayangan, yaitu bayangan pada objek. Jadi di sini bayangan pada objek terbentuk saat cahaya gagal menerangi seluruh permukaan objek.

Hasilnya adalah efek siluet yang biasa digunakan baik unruk motif cerita atau faktor estetika. Penerapan sinematik yang berasa berikutnya adalah mise-en-scene ketika Juliet masuk ke alam bawah sadar. Di situ warna langsung berubah dan dari sana kita diperkenalkan sebuah cahaya yang nanti akan terus menuntun hingga akhir.

@ Amazon Prime

Cahaya ini bisa dibilang membuat “Nocturne” gak terlalu terpaku sama formula horor biasa, karena di sini memang akan ada unsur klenik yang muncul. Tapi di sisi lain, kita  akan sangat jarang melihat gangguan atau presence dari makhluk halus. Tercatat cuma sekali muncul, itu pun gak dibikin kaget, terus make-up hantunya juga kelihatan kurang meyakinkan akibat keberanian sineas menyorot wajah setannya secara  close-up.

Presence gaib ini hanya dimunculkan lewat sebuah cahaya. Hal tersebut dibuat agar sejalan dengan apa yang tersimpan dalam benda klenik yang ditemukan pada turning point pertama. Apa yang akan kita lihat dalam catatan tersebut kurang lebih akan ditunjukkan juga secara simbolis di dalam film. Sesuatu yang sebetulnya nampak kurang lazim karena bentuknya yang bercahaya.

Lain dari itu, tampilan ini juga dibuat menggunakan animasi komputer sehingga tidak menyramkan, atau dalam kata lain sangat tergantung pada kepiawaian akting Sydney sendiri. Sayang, terdapat kelemahan dalam aspek naratif mengenai kutukan ini. Biasanya ada saat di mana karakter utama mencari tahu, which is, itu ada di dalam film.

@ Amazon Prime

Hanya saja, apa informasinya dirasa masih kurang menjawab hukum kausalitas dari kutukan itu. Somehow, hal ini membuat “Nocturne” tidak ubahnya horor remaja biasa, yang dilandasi oleh sifat alamiah mereka. Bedanya, film ditampilkan dengan penuh alunan musik klasik yang membuatnya terlihat cukup berbeda. Mewah, kemudian tidak terlalu ramai dan bising juga.

Karena membahas tentang ambisi, kita juga mesti lihat nih, ambisi macam apa sih yang mau diutamakan oleh film. Lho kok begitu? Karena dari awal kita melihat ada dua ambisi yang sama-sama dimiliki oleh Juliet. Pertama, adalah ambisi untuk menjadi yang terbaik. Kedua, adalah ambisi untuk menjadi sekedar lebih baik dari kakaknya.

Mana nih kira-kira yang dipilih? Setelah ditonton, lebih berasa domestik, sih. Feel menjadi yang terbaik dan menjadi yang lebih baik selalu bersinggungan. Cuman kalau dilihat dari bagaimana tahap konfrontasi berjalan, terlihat jelas ada perenggutan di sana. Sudah terbaca, perenggutan ini ada hubungannya dengan unsur gaib, cuman yang jadi masalah apakah untuk menjadi yang terbaik kita harus sampai merenggut?

@ Amazon Prime

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Merenggut” adalah menarik dengan paksa. Ini sesuai dengan apa yang akan kita lihat. Makanya, di satu sisi konflik kakak-adiknya jadi kuat banget, bahkan menjurus ke sesuatu yang tidak patut, tapi di sisi lain konflik mengenai keinginan si adik itu jadi agak kabur. Padahal di salah satu scene, kita bisa melihat unsur itu ketika Juliet bertengkar dengan salah satu gurunya.

Walau demikian bottom line dari segala dualisme ini masih terasa jelas, sih. Film mengingatkan kita untuk tidak melakukan hal yang kelewat batas demi mendapatkan ambisi. Berambisi itu boleh aja, sah-sah aja, namun tidak bisa dilakukan dengan segala cara. Apa yang dilakukan dalam film ini jelas sudah kelewat batas dan mereka berusaha menggunakan itu agar penontonnya tetap waras.

Untuk bagian akting, Sydney dan Madison berkolaborasi dengan baik sebagai kakak-adik. Khusus untuk Sydney, karena dia adalah pemeran utama, maka kita perlu melihat apakah dirinya bisa membawakan perubahan karakter Juliet dengan jelas. Bisa dibilang Sydney membawakannya sesuai dengan tuntutan naratif.

@ Amazon Prime

Di awal kita masih melihat Juliet yang berontak, kemudian secara  gamblang perubahan karakter ini akan jadi lebih jauh setelah terjadi sesuatu yang tidak terduga. Bukan tidak mungkin jika perubahan sikap Juliet bisa bikin kita bergumam kesal, tapi di sisi lain kita tentu tidak melihat dirinya yang langsung menjadi sosok yang “evil”, ya. Selain itu, memang unsur akting yang membuat film jadi lebih intense. Balik lagi, hal ini dikarenakan film cukup kesulitan membangun unsur seram secara visual di beberapa kesempatan.

Karena “Nocturne” ber-setting di sekolah musik, maka elemen yang satu ini tidak boleh kelewatan. Lagu yang paling disorot tentu saja adalah Saint-Saens. Kemudian ada juga Devil’s Trill karya Tartini. Masing-masing lagu punya perannya sendiri. Ada yang lebih ke arah memansakan konflik, ada yang lebih ke mengaktifkan sisi mistik.

@ Amazon Prime

Lalu agar nampak meyakinkan, beberapa kali kamera mengarahkan lensanya ke tangan dari pemain piano secara close-up. Shot semacam ini akan meningkatkan excitement kita dalam menikmati lagunya ketika sampai di not-not yang sulit.

Sebagai film horor, “Nocturne” tidak menyuguhkan teror dari hal-hal yang biasa kita saksikan dalam film horor, sehingga membuatnya tidak menyeramkan. Justru film lebih ke arah thriller karena ketegangan yang muncul bisa terus dijaga secara konsisten lewat cerita yang berfokus pada hubungan kakak-adik.

Cuman dibilang thriller juga kurang pas karena adanya aspek supranatural dan secara jelas satu kali menunjukkan penampakan. Jadi secara pengemasan, film ini masih terbilang tanggung. Semacam ada rasa canggung sebelum naik panggung. Meski begitu di sisi lain, once film sudah menetapkan arah cerita, seenggaknya mereka total di sana. Perasaan ini lah yang terus men-drive film sampai konser besarnya tiba.

 

Director: Zu Quirke

Casts: Sydney Sweeney, Madison Iseman, Jacques Colimon, Ivan Shaw, John Rothman, Rodney To, JoNell Kennedy

Duration: 90 Minutes

Score:  7.2/10

Editor: Juventus Wisnu

The Review

Nocturne

7.2 Score

Nocturne bercerita tentang bagaimana seseorang pianis dengan ambisinya yang besar, menghalalkan segala cara untuk mencapai kesuksesan.Apakah pianis itu berhasil memperoleh kesuksesan yang ia inginkan?

Review Breakdown

  • Acting 0
  • Cinematography 0
  • Entertain 0
  • Scoring 0
  • Story 0
Tags: cineverseIvan ShawJacques ColimonJohn RothmanJoNell KennedyMadison IsemanNocturneReview NocturneRodney ToSydney SweeneyZu Quirke
Juventus Wisnu

Juventus Wisnu

“Don't ask yourself what the world needs, ask yourself what makes you come alive. And then go and do that. Because what the world needs is people who have come alive.”

Related Posts

roohi

Review Film: ‘Roohi’

bombay rose

Review Film: ‘Bombay Rose’

June & Kopi

Review Film: ‘June & Kopi’

The White Tiger

Review Film: ‘The White Tiger’

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cineverse Banner Cineverse Banner Cineverse Banner
ADVERTISEMENT

Cineverse

© 2020 - 2021 Cineverse - All Right Reserved

Follow Us

  • Home
  • About Us
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 Cineverse – All Right Reserved.

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In