Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • All
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Daft Punk

    Daft Punk Rilis Versi Ekstended Soundtrack Tron Legacy

    Last Of Us 2

    Ini Dia Daftar Lengkap Pemenang The Game Awards 2020

    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • All
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Daft Punk

    Daft Punk Rilis Versi Ekstended Soundtrack Tron Legacy

    Last Of Us 2

    Ini Dia Daftar Lengkap Pemenang The Game Awards 2020

    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

Ngobrol Bareng Teddy Setiawan, Art Director ‘John Wick: Chapter 3 – Parabellum’

Juventus Wisnu by Juventus Wisnu
May 26, 2019
in Movies
Ngobrol Bareng Teddy Setiawan, Art Director ‘John Wick: Chapter 3 – Parabellum’
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baca Juga:

Rekomendasi Film dari Netflix untuk Edisi Valentine Nanti

Ini Rekomendasi Film dari Netflix Edisi Februari 2021

Tak banyak orang kenal profesi di belakang layar film. Profesi yang kerap dipandang sebelah mata ini kini dilakoni Teddy Setiawan, seorang ‘Art Director’ dari Indonesia yang baru-baru ini menggarap “John Wick: Chapter 3 – Parabellum”.

Film “John Wick: Chapter 3 – Parabellum” memang spesial buat penonton Indonesia. Bagaimana tidak, di sini kita bisa melihat aksi Kang Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman sampai puas. Dua aktor ini mendapatkan role yang cukup besar, bahkan memiliki highlight yaitu pertarungan seru melawan sang John Wick (Keanu Reeves) itu sendiri. Kemudian ‘The Boogeyman’ pun menyampaikan salam hormat dengan berbicara bahasa Indonesia.

Tapi tahukah kamu bahwa ada satu lagi influence Indonesia di film ini? Ia adalah Teddy Setiawan, seorang ‘Art Director’ yang sebelumnya juga terlibat di film-film besar Hollywood lainnya seperti “Beirut” (2018) dan “Crazy Rich Asians” (2018). Pada hari Selasa (21/5), Teddy menyempatkan datang ke program acara “Movie Freak Binus TV” untuk ngobrol bareng Adam dan Loki. Teddy membagikan banyak pengalamannya sebagai ‘Art Director’, profesi yang notabene masih terdengar asing padahal memiliki peran yang tidak kalah penting.

Adam (kiri) dan Loki (kanan)

Berikut rangkuman bincang-bincang eksklusifnya. Selamat membaca!

Halo Mas Teddy! Sebelumnya congrats dulu buat “John Wick”. Udah rilis, menggeser “Endgame” dari weekly box office Amerika, dan akhirnya greenlight untuk film keempat. Gimana perasaan lo ketika tau kalo “John Wick 4” is a go”?

  • Pertama itu cuma komat-kamit. Semoga diajak, semoga diajak.

Hahaha berarti semoga diajak lagi ya. Nah sebelum kita ngomongin John Wick-nya, ini kan biasanya orang tau sutradara, aktor, nah sekarang kita mengenal ‘Art Director’. Apa sih tanggung jawabnya?

  • Singkatnya, seorang ‘Art Director’ itu bertanggung jawab dan berwenang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan tata visual di dalam sebuah film. Jadi gampangnya tuh kalo kalian lihat ruangan, baik di dalam maupun di luar, itu ranahnya ‘Art Director’. Bagaimana ruangan itu terlihat lebih menarik.

Diaturnya itu dari segi apa saja? Apakah dari visualnya, interiornya, atau sekalian sama budgeting-nya?

  • Untuk Art Directing, kita mengatur ruangannya dari segi desain dan warna sesuai dengan skrip-nya. Lalu setelah itu kita akan menyusun budget dan berdiskusi dengan produser.

Nah Mas Teddy. Kan ada ‘Art Director’, ada ‘Set Designer’. Apa sih bedanya?

  • Bedanya untuk ‘Set Designer’, bahasa awamnya mereka adalah arsitek dan desainer interior dalam sebuah film. Sedangkan ‘Art Director’ itu yang mengepalai sekumpulan ‘Set Designer’.

Dulu sempet ga sih kepikiran jadi seorang ‘Art Director’?

  • Saya sebetulnya ga kepikiran sih. Saya kecebur dan masuk ke industri ini secara gak sengaja. Jadi dulu saya sempet ikutan Urban Sketching, kebetulan ada temen saya yang seorang ‘Art Director’ tapi dia sedang mengerjakan iklan TV. Nah tahun 2013 ada syuting filmnya Chris Hemsworth di Jakarta judulnya “Blackhat”. Itu saya diajak tuh, cuma jadi tukang angkat-angkat (Runner). Baru deh setelah itu mulai diajak kecil-kecilan dan terus berlanjut.

Dari yang awalnya ‘Runner’ sekarang jadi ‘Art Director’! Terus pelajaran apa yang bisa diambil, terutama dari segi teamwork, selama bekerja dengan sineas-sineas Hollywood?

  • Pelajaran yang paling utama sangat tidak berkaitan dengan teknis. Satu, humble. Jadi semua kru asing, terutama yang berprestasi, kebetulan di “John Wick” saya dapat kesempatan bekerja sama dengan Dan Laustsen, cinematographer “Shape of Water” yang baru aja dapet piala Oscar. Beliau itu baik banget! Ramah, nyapa, gak pernah bersikap kayak “Diva”. Yang kedua itu tepat waktu. Terus jujur.

Jadi lebih ke attitude ya?

  • Lebih ke attitude, lebih ke work ethic sebenarnya.

Selama syuting sempet ketemu Kang Yayan dan Kang Cecep?

  • Sayangnya enggak sempat. Kang Yayan dan Kang Cecep hanya syuting di bagian New York, sedangkan saya hanya menangani bagian Maroko. Tapi saya sempet bertemu dengan Keanu Reeves dan Halle Berry.

Nah gimana tuh perasaannya bisa kerja bareng Keanu dan Halle Berry? Mereka intimidating gak sih?

  • Pertamanya kayak mimpi ya. Karena saya udah ngikutin filmnya Keanu dari kecil. Dari saya SD nonton “Speed”. Terus ada Halle Berry juga kan. Biasanya cuma ditonton di layar aja tuh, jauh banget kayaknya. Tau-tau ketemu depan muka! Ternyata bener tuh yang diberitakan di internet, yang kita baca di media. Kalo untuk Keanu Reeves dia baik sekali. Dia sangat rendah hati dan chill banget.

Kalau Halle Berry?

  • Kalau Halle Berry nya sendiri, dia gak terlalu jaga jarak. Dia baik, ramah juga, nyapa ke semua kru, “Hai! Thank you ya udah bantuin. Thank you for the hardwork”.

Kalau sama mereka berdua lo sering konsultasi ga sih soal set?

  • Kebetulan gak secara langsung. Kita yang di Art Department gak pernah langsung berkonsultasi langsung dengan Halle Berry dan Keanu Reeves. Tapi banyak konsultasi sama Chad Stahelski (sutradara “John Wick: Chapter 3”).

Menarik juga nih kalo ngomongin soal “John Wick” karena yang outstanding itu gak cuman bela dirinya atau sekedar koreo-nya, tapi juga whole package, termasuk set-nya. Kalau dari Mas Teddy sendiri, apa memang “John Wick” dibikin sebagai sebuah film yang cantik?

  • Chad itu background-nya adalah stunt. Jadi dia mau bikin film action yang bagus, menarik dan seru karena dia sangat terkesan dengan “The Raid”. Tapi satu, menurutnya “The Raid” itu dark banget dan kebanyakan film action itu dark banget. Kenapa sih kita gak bikin film action yang cantik? Jadi kayak satu musik klasik ya, di mana kita bisa menampilkan satu kemarahan, sesuatu yang seru, sesuatu yang semangat. Kenapa gak bisa kita buat satu film action yang cantik? Bukan yang gelap, bukan yang sangar, bukan yang gahar. Jadi kalo kita jejer tuh film-film action dari zaman dulu sampe sekarang kebanyakan tuh gelap. Kayaknya harus sangar gitu.

Nah pas pertama kali mendengar gagasan seperti itu, yang terpikir di Mas Teddy seperti apa?

  • Sebenernya di beberapa film lawas udah ada tuh, tapi belum visual bentuknya. Lebih berupa musik. Seperti misalnya “Kill Bill”. Ada adegan yang berantem chaos tapi (diiringi) dengan musik yang ceria. Kita terjemahkan itu ke dalam rupa, ke dalam ruangan dan warna.

Nah, untuk mengeset “Morocco Unit” sendiri, itu berapa orang timnya?

  • Kita total di Maroko mungkin sekitar enam puluh, tujuh puluh orang. Untuk total produksi antara 180-200 orang. Untuk tim saya sendiri itu totalnya mungkin cuma 25-30 orang.

Mas Teddy kan ada di “Morocco Unit” yang tadi katanya berjumlah 60-200 orang. Buat timnya sendiri nih, brainstorming-nya itu kayak gimana sih?

  • Untuk brainstorming, kita pertama baca skripnya, terus scouting lokasi. Riset, lokasi mana yang paling cocok. Itu dilakukan sama Chad dan production designer kami, Kevin Kavanaugh. Mereka keliling tuh ke beberapa kota, ke beberapa lokasi, tentunya setelah kita baca skrip. Ada adegan apa aja (di dalamnya) dan lokasi apa aja yang cocok. Setelah kita menemukan beberapa lokasi itu, terusnya dipersempit lagi. Kita bikin shortlist lagi, dan setelah dapet shortlist-nya dilihat apakah jadwalnya memungkinkan, apakah budget-nya memungkinkan, baru dari situ kita perdalam. Kita ngobrol sama Chad, kira-kira action choreography-nya bakal kayak apa? Baru dari situ kita nge-desain set-nya.

Ada request nih, Mas. Cara ikut film selanjutnya itu gimana sih? Soalnya Chapter 4 kan udah jalan nih. Ada selentingan-selentingan, “Eh tanyain dong, gimana sih kalo misalnya kita pengen ikut di Chapter 4?”

  • Peluang paling besar, mulai deh ikutan atau daftar tim stunt-nya Kang Yayan dan Kang Cecep. Karena tim stunt mereka sudah terkenal banget di Hollywood. Setelah main di “The Raid” terus sempet di “Star Wars” juga, terus sekarang ikutan “John Wick”. Sedangkan Iko (Iko Uwais -red) ikutan “Mile 22”. Yah jadi sekalian olahraga kan?

Bener tuh! Yang gak tau habis kuliah mau ngapain. Bisa tuh, bugar badannya, iya kan. Jago berantem (juga nantinya). Terus masuk film Hollywood juga. Nah Mas Teddy, ada gak sih tips buat Smart Viewers (sebutan penonton Binus TV -red) kalo pengen jadi ‘Art Director’?

  • Tips mungkin banyak-banyak nonton film, diperhatikan set-set nya apa aja. Banyak baca buku, banyak perhatikan detail di sekeliling kalian, lalu satu skill yang sangat berguna itu bisa menggambar. Baik “free hand drawing” maupun gambar teknik. Itu sangat diperlukan. Kalo bisa fotografi, itu juga akan membantu, tapi paling utama skill-nya adalah menggambar.

Untuk profesi ‘Art Director’ sendiri menjanjikan gak ke depannya? Karena profesi ini kan kita juga baru dengar.

  • Sama dengan profesi lainnya. Profesi apapun menurut saya itu kalo kita tekuni dan kita kerja keras pasti menjanjikan. Tapi kalo kita bicara tren belakangan, beberapa profesi udah dapat digantikan oleh “artificial intelligence”. Saya cukup yakin sih untuk bidang-bidang kreatif semacam ini peluang ke depannya masih harus dipegang oleh manusia. Campur tangan manusia masih sangat diperlukan karena untuk art and visuals, seni, itu soal rasa. Tidak ada sesuatu yang baku.

“John Wick: Chapter 3 – Parabellum” kini sedang tayang di jaringan bioskop XXI. Nantikan karya Teddy Setiawan berikutnya di serial Netflix “Ghost Bride”, yang baru saja merampungkan proses syuting.

Tags: Art DirectorJohn Wick 3John Wick 4John Wick: Chapter 3 - ParabellumNgobrol BarengPopularSet DesignerTeddy Setiawan
Juventus Wisnu

Juventus Wisnu

“Don't ask yourself what the world needs, ask yourself what makes you come alive. And then go and do that. Because what the world needs is people who have come alive.”

Related Posts

Rekomendasi Film dari Netflix untuk Edisi Valentine Nanti
Hype

Rekomendasi Film dari Netflix untuk Edisi Valentine Nanti

Hari Valentine atau disebut juga Hari Kasih Sayang, pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan...

by Arif Firdaus
January 28, 2021
Ini Rekomendasi Netflix Edisi Februari 2021
Hype

Ini Rekomendasi Film dari Netflix Edisi Februari 2021

Untuk kalian yang sudah berlangganan Netflix, kalian dapat menikmati berbagai tayangan terbaru dari Netflix pada bulan Februari mendatang, termasuk film...

by Arif Firdaus
January 28, 2021
The White Tiger
Reviews

Review Film: ‘The White Tiger’

“The Great Socialist himself is said to have embezzled one billion rupees from the Darkness, and transferred that money into...

January 28, 2021
Ini Film yang Akan Hadir di Catchplay+ di Bulan Februari
Hype

Ini Film yang Akan Hadir di Catchplay+ di Bulan Februari

Sebagai salah satu OTT di Indonesia, Catchplay+ di bulan Februari mendatang akan menghadirkan sejumlah film terbaiknya untuk bisa kita tonton...

by Juventus Wisnu
January 27, 2021

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

SHOPEE X XIAOMI DEAL SHOPEE X XIAOMI DEAL SHOPEE X XIAOMI DEAL
ADVERTISEMENT

Cineverse

© 2020 - 2021 Cineverse - All Right Reserved

Follow Us

  • Home
  • About Us
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 Cineverse – All Right Reserved.

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In