”The country is in a state of complete chaos, and the universe sends me you.” – Prime Minister.
Suatu hari dalam markas MI7 di Inggris, alarm peringatan berbunyi seketika, ternyata cyber-attack datang membabi buta, mengungkap setiap identitas agen MI7 saat ini yang sedang bertugas. Sang Perdana Menteri yang diperankan oleh Emma Thompson sedang bersiap untuk menjadi tuan rumah KTT G12, menjadi panik dan menyuruh anak buahnya mencari daftar agen yang belum terekspos untuk menyelidiki kasus tersebut.
Johnny English, yang sekarang mengajarkan teknik mata-mata ke sebuah sekolah menengah, segera dipanggil dan bersatu kembali dengan partner-nya, Bough (Ben Miller). Namun dirinya tidak mau menggunakan peralatan canggih dan modern untuk melawan musuhnya itu (termasuk juga handphone), justru Johnny malah memilih peralatan spionase kuno seperti yang kita lihat pada film James Bond era 60-an sampai 70-an.
Untuk pilihan mobilnya, secara mengejutkan Johnny memilih Aston Martin V8 Vantage berwarna merah menyala ketimbang mobil baru. Label klasik yang juga menjadi pilihan agen 007 ini, terdapat senjata misil dalam kap depan (yang akan ia gunakan, tapi bukan kepada musuhnya). Penyelidikan yang mereka lakukan menuntunnya kepada Ophelia (Olga Kurylenko), seorang mata-mata Rusia cantik yang ia temui dalam kapal pesiar besar di sebelah selatan Prancis.
Ophelia secara tidak langsung akan menuntun Johnny kepada penjahat sesungguhnya, yang selama ini bertanggung jawab atas semua serangan membabi buta ke Inggris. Penjahat itu pula yang nantinya akan mengacaukan pertemuan G12 antara Perdana Menteri Inggris bersama pimpinan negara lain. Tugas Johnny hanya satu, mencegah penjahat itu merebut data rahasia Inggris beserta negara lainnya dengan kelihaian dan gadget sederhana yang ia gunakan.
Di film ketiga dari Johnny English ini, Rowan Atkinson kembali memerankan tokoh mata-mata satir dari agen 007 yang ada di saga film James Bond. Memang karakter agen 007 ini menginspirasi ke banyak tokoh ‘aneh’ yang disajikan dengan gayanya masing-masing seperti ‘Austin Powers’ yang dibuat hingga trilogi, ataupun karakter Inspector Clouseau di film ‘The Pink Panther’ yang laris manis dan dibuat banyak sekuelnya dalam kurun waktu 1960-an sampai 2000-an.
Setelah absen selama tujuh tahun dari ‘Johnny English Reborn’ (2011) yang flop di pasaran, Rowan Atkinson tetap mampu memainkan perannya sebagai old school agent yang tetap mengundang gelak tawa. Terlebih aksinya membuat film ini jauh lebih hidup dari dua film sebelumnya. Walaupun cerita yang disuguhkan tergolong pasaran, namun paduan gaya klasik vintage dan modern dalam satu frame memang sangat fresh.
Kejadian unik ketika Johnny menggunakan VR (Virtual Reality) di markas MI7 memang sangat impresif dan orisinal. Adegan yang semestinya dilakukan dalam ruangan tertutup ini menjadi bencana ketika Johnny secara tak sengaja lupa menyalakan perangkat treadmill-nya, sehingga dia berlarian dan merangkak seperti anjing hingga ke luar markas. Aksinya ini melukai banyak orang dan lucunya ketika selesai digunakan, Johnny sudah berada dalam markas dan tak menyadari apa yang telah dilakukannya dengan VR itu. So brilliant!
Bough yang berperan sebagai partner lamanya di ‘Johnny English’ (2003) memang sangat dirindukan. Kombinasi antar keduanya saling mengisi dan kehadiran Bough malah membantu Johnny terlihat ‘normal’ layaknya agen rahasia lainnya, namun tak berarti semua akan berlangsung mulus tanpa kekacauan, seperti yang dilakukan Rowan Atkinson dalam ‘Mr. Bean’ misalnya.
Secara keseluruhan, film ini jauh lebih menghibur dari dua film sebelumnya dan buat Chillers yang ingin menonton film ‘Johnny English Strikes Again’, dapat kamu tonton film ini di bioskop terdekat di kota kamu mulai 26 September 2016.
Director: David Kerr
Starring: Rowan Atkinson, Ben Miller, Emma Thompson, Olga Kurylenko, Jake Lacy, Miranda Hennessy, Adam James, Pippa Bennett-Warner.
Duration: 88 Minutes.
Score: 7.3/10
