Belum selesai kita membahas film “Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak”, film berikutnya dari sutradara Mouly Surya sudah dalam masa penggodokan saja. Lewat press conference yang diselenggarakan pada Kamis (13/9) di Indonesia International Book Fair (IIBF) 2018, Mouly mengungkapkan bahwa ia dan tim sedang dalam proses pembuatan film keempat. Bersama produser sekaligus penulis naskah Rama Adi, Mouly akan memfilmkan novel kedua karya penulis Mochtar Lubis yang berjudul “Jalan Tak Ada Ujung”.
Kepada media, Mouly bercerita terlebih dahulu mengapa ia memutuskan untuk mengalihwahanakan “Jalan Tak Ada Ujung”. Jadi dulu, ia pada awalnya lebih tertarik kepada buku. Buat Mouly, melihat sebuah buku dalam bentuk fisik itu seperti nostalgia. Kecintaannya pada buku juga semakin didukung oleh academic background-nya yaitu sastra. Nah, di situlah Mouly pertama kali berjumpa dengan buku “Jalan Tak Ada Ujung”. Setelah membacanya, Mouly langsung jatuh hati. Mouly bilang bahwa ia menyukai gaya prosa dari Mochtar Lubis, yang menurutnya memiliki potensi sinematik yang tinggi.
Anyway, Mouly juga berkata bahwa ia menyukai film-film bertema perang, terutama yang berlatar Perang Dunia 2. Di Indonesia sendiri, masa-masa itu dikenal sebagai masa yang rawan karena negara baru saja merdeka, dan agresi militer tetap datang dari negara-negara yang belum mengakui kemerdekaan kita. Dampak traumatis dari invasi terhadap tatanan sosial juga tidak main-main saat itu. Selain mengacaukan apa yang telah terstruktur, efek negatif penjajahan juga bisa diarasakan dalam hal psikologis, politik dan budaya. Banyak yang dihancurkan secara permanen dan memicu sejumlah respon transformatif.
“Jalan Tak Ada Ujung” merupakan novel Indonesia legendaris yang memiliki latar waktu antara bulan September 1946 hingga Juli 1947. Mengenai kisahnya, “Jalan Tak Ada Ujung” bercerita tentang Isa, seorang guru yang berusaha mencari keberaniannya kembali. Ia kemudian bergabung dengan kelompok pejuang gerilya pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Terkait kata “perang”, Mouly langsung ditanya mengenai seberapa besar unsur peperangan yang akan diwujudkan ke dalam film. Mouly kemudian bilang kalau unsur peperangan yang ada adalah perang yang terjadi di dalam kota, atau “Perang Kota”. Jadi, jangan berpikir terlalu ekstensif dengan membandingkan film ini dengan film-film perang seperti ‘Saving Private Ryan’ dan semacamnya.
Kembali ke buku, ‘Jalan Tak Ada Ujung’ pertama kali diterbitkan oleh Pustaka Jaya pada tahun 1952. Pada masa itu sudah ada badan yang signifikan untuk penulisan kritis yang membahas mengenai karakter, oroentasi, nilai-nilai pasca perang dan tulisan-tulisan Indonesia pasca kemerdekaan. Buku ini lalu mendapatkan “Hadiah Sastra Nasional” dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN) yang pertama. Sastrawan M. Balfas berpendapat bahwa ‘Jalan Tak Ada Ujung’ adalah karya sastra terbaik Mochtar Lubis. A.H. Johns kemudian melakukan alih bahasa ke Bahasa Inggris menjadi “A Road with No End” pada tahun 1968.
Untuk timnya, Mouly tentu kembali ber-partner bersama Rama Adi yang mengisi pos penulis skenario. Selain itu, Rama juga menjabat sebagai produser bersama Fauzan Zidni. ‘Jalan Tak Ada Ujung’ dikabarkan saat ini masih dalam tahap awal pra-produksi. Selain riset intensif, film juga fokus dalam penulisan skenario sambil melakukan pencarian pemain. Mengenai tanggal rilis yang masih lama, ini cukup menjadi perhatian dari awak media yang hadir. Mouly kemudian menjelaskan bahwa cerita ini memiliki tantangan yang besar, terutama dari segi akurasi sejarahnya. Selain itu, Mouly juga mengakui bahwa dirinya bukanlah sutradara yang mau melakukan syuting di draft pertama.
Yang tidak kalah menarik, Cinesurya ternyata menggarap proyek ini bersama Go-Studio. Mereka adalah anak dari perusahaan Go-Jek, yang nanti akan membantu dalam menciptakan konten bagi anak perusahaan lainnya yaitu “Go-Play”. Menurut Alexander Siregar, VP Acquisition Go-Studio, mereka sangat senang bisa mendapatkan kesempatan kolaborasi film ini. Ia lalu menambahkan, Go-Studio akan terus mendukung para pembuat konten lokal dalam menciptakan cerita yang bagus, serta komunitas kreatif Indonesia agar karya-karyanya dapat dinikmati tidak hanya di Indonesia namun juga mancanegara.
‘Jalan Tak Ada Ujung’ direncanakan rilis pada tahun 2020 mendatang.
