Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • All
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Daft Punk

    Daft Punk Rilis Versi Ekstended Soundtrack Tron Legacy

    Last Of Us 2

    Ini Dia Daftar Lengkap Pemenang The Game Awards 2020

    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • All
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Klinik Kecantikan Lumina Aesthetics Kini Hadir dengan Fasilitas dan Layanan Terlengkap di Bali

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Sambut Tahun Baru Cina, Studio Ghibli Buat Karakter Kerbau Injak Corona

    Daft Punk

    Daft Punk Rilis Versi Ekstended Soundtrack Tron Legacy

    Last Of Us 2

    Ini Dia Daftar Lengkap Pemenang The Game Awards 2020

    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

‘Instant Family’, Perjuangan Suami Istri Memperoleh Hak Anak Asuh

Juventus Wisnu by Juventus Wisnu
January 30, 2019
in Movies
‘Instant Family’, Perjuangan Suami Istri Memperoleh Hak Anak Asuh
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baca Juga:

Review Film: ‘Promising Young Woman’

Review Film: ‘News of the World’

“Ellie, people who take in foster kids are really special. The kind of people who volunteer when it’s not even a holiday. We don’t even volunteer on a holiday.” – Pete.

Tidak salah jika kamu sudah punya firasat buruk saat melihat promo dari film ini untuk pertama kali. Bagaimana tidak, “Instant Family” adalah film keluarga yang disutradarai oleh Sean Anders. Ia merupakan sutradara dari dua film “Daddy’s Home”, yang mana film pertama biasa saja kemudian film kedua justru lebih buruk. Kemudian dari faktor cast, terdapat nama Mark Wahlberg pula. Bagaimana bisa kita tidak terpikir soal “Daddy’s Home” lagi jika yang menggawangi film ini adalah mereka-mereka yang berperan penting di film tersebut? Ini bisa saja membuat ekspektasi terhadap “Instant Family” menjadi tidak begitu tinggi, atau bahkan males. Takut hasilnya bakal sama saja seperti “Daddy’s Home” baik itu dari segi cerita atau penempatan unsur komedinya (hal itu sempat tersirat ketika menonton trailer-nya). Tapi tenang, “Instant Family” ternyata lebih menyenangkan dan menggembirakan. Film ini jelas tidak ada hubungannya dengan “Daddy’s Home” dan jauh lebih baik dari keduanya.

“Instant Family” bercerita tentang kehidupan pasangan Pete dan Ellie Wagner (Mark Wahlberg dan Rose Byrne). Mereka bekerja di bidang reparasi rumah, yang mana tugasnya adalah mengubah rumah-rumah yang awalnya tidak layak huni menjadi layak huni. Pekerjaan dan kehidupan dewasa yang “membosankan” membuat pasangan ini ingin memiliki anak melalui cara adopsi. Maka dari itu, mereka ikut ke dalam program untuk calon orang tua asuh sebelum diperlihatkan anak-anak yang bisa diadopsi. Setelah melihat-lihat, Pete dan Ellie terkesan dengan sikap dewasa seorang remaja bernama Lizzy (Isabela Moner). Mereka pun mengambil keputusan untuk mengadopsi Lizzy. Kejutan, Lizzy memiliki dua orang adik dan ini akan membuat masa-masa awal antara anak-anak dengan “orang tua” mereka menjadi lebih menantang dari yang diduga sebelumnya.

Satu hal penting yang harus bisa diberitahu dengan baik di “Instant Family” adalah motivasi dari karakter utama. Kenapa mereka memutuskan untuk mengadopsi anak. Apakah alasannya sederhana semacam masalah biologis, atau yang lebih “sophisticated” semacam yang ditampilkan oleh film “Lion”-nya Dev Patel di tahun 2016 lalu. Sayang, poin ini tidak mudah untuk ditangkap oleh penonton karena alasan Pete dan Ellie masih ditunjukkan secara samar. Tertutupi oleh mood film yang dari awal sudah mengeluarkan lelucon-lelucon. By the way soal leluconnya sendiri, rasanya yang dikeluarkan langsung lelucon yang dewasa. Terdapat isu sensitif, yang mana menyangkut hal tertentu yang lebih gampang relate dengan orang dewasa.

Bagi yang mencari sedikit variasi dalam cerita, “Instant Family” menyediakannya. Dari ide mengadopsi anak, film membawa kita pada ranah berikutnya yaitu program adopsi yang dilakukan oleh lembaga tertentu. Di sini kita akan bertemu dengan dua pembimbing para calon orang tua asuh yang diperankan oleh Octavia Spencer dan Tig Notaro. Banyak hal yang bisa didapatkan di sini, apalagi bagi yang masih belum familiar dengan isu adopsi anak. Selain kita akan melihat proses yang harus dijalani seseorang untuk mengadopsi anak, di sana juga ditampilkan bagaimana hubungan yang terjalin antara tiga pihak; kita yang ingin mengadopsi, para pembimbing, dan orang lain yang juga ingin mengadopsi. Relationship yang dipenuhi canda-tawa dari berbagai hal membuat bagian ini tidak membuat rumit cerita. Justru yang terasa adalah kehangatan yang tidak membosankan.

Di sisi lain, bagian ini juga lagi-lagi memberikan hal yang sebetulnya sudah biasa ada, apalagi di film-film drama-komedi atau film drama yang memiliki sedikit dihiasi bumbu komedi. Hal tersebut adalah penampilan dua karakter pembimbing yang diperankan oleh Octavia dan Tig. Karena mereka tampil duet, maka ada perbedaan yang signifikan. Ini merupakan sesuatu yang biasanya terjadi, namun keputusan membuat perbedaan yang signifikan itu membuat penampilan mereka berdua justru jadi enak dilihat. Yang satu begini, yang satu begitu, tapi ya, suka saja. Warna-warna macam ini dibutuhkan sebagai penyegar, dan “Instant Family” memilikinya. Ini belum termasuk teman-teman Pete dan Ellie yang sama-sama berjuang jadi orangtua asuh lho! Mereka tidak sekedar tempelan karena memiliki kepribadian masing-masing yang juga tampil mencolok.

Masuk ke tahap konfrontasi, di sini ada satu kata kunci: Adaptasi. Membangun sebuah keluarga baru tentu membutuhkan adaptasi dan ini akan tidak mudah untuk dilalui karena melihat dari sisi orang tua, Pete dan Ellie mengasuh tiga anak sekaligus. Selain Lizzy yang sudah beranjak remaja, ada juga Juan (Gustavo Quiroz) dan Lita (Julianna Gamiz). Juan adalah anak yang sangat sensitif sementara Lita ditampilkan layaknya bocah pada umumnya yang ceria dan hiperaktif. Bagaimana Pete dan Ellie memperlakukan anak-anak dan bagaimana responnya akan sangat menarik untuk dilihat. Bagaimana Pete dan Ellie belajar untuk rela jatuh-bangun demi membangun afeksi terhadap orang yang mereka cintai.

Konflik tidak langsung dimunculkan dari awal. Semua berjalan alami, hingga “boiling point” mencapai titik tertinggi. Mulai dari perkenalan awal, kemudian keadaan mulai chaos, dan semakin chaos. Di sini kita bisa menemui beberapa tips “parenting” sederhana namun kadang sering terlupakan seperti pentingnya untuk memberi kepercayaan kepada anak, bagaimana cara untuk bergaul bersama mereka, dan lain-lain. Semua ditampilkan secara ringan, penuh dengan celotehan-celotehan. Terkait dengan apa yang dilakukan oleh para pembimbing setelah mendengar cerita Pete dan Ellie, kita bisa mendapatkan satu poin berharga lagi, yaitu tidak semua anak bisa atau ingin diperintah begitu saja. Apalagi dengan cara yang sama. Anak bukan robot yang dibuat sesuai nomer serial. Mereka adalah manusia yang juga butuh untuk dimengerti sendiri-sendiri.

Karena tuntutan naratif film ini adalah mengenai cerita terbentuknya sebuah keluarga baru, maka durasi cerita sesungguhnya akan sangat panjang. Untuk itu, guna menghemat waktu, film juga memanfaatkan teknik montage. Ini merupakan cara menghemat waktu karena teknik ini menunjukkan rangkaian proses peristiwa dari waktu ke waktu. Proses berjalannya keluarga Pete dan Ellie, yang mostly berisi hal-hal kurang mengenakkan terjadi lewat montage ini. Tujuannya jelas, yaitu untuk membuat Pete dan Ellie jadi stres. Mereka sampai terpikirkan hal-hal yang tidak seharusnya.

Melihat apa yang ada, montage berhasil meningkatkan kadar chaos secara efektif, sehigga Pete dan Ellie jadi pusing tujuh keliling setelah montage berakhir. Kemudian, didukung oleh ketepatan timing dan unsur emosional membuat apa yang terjadi setelah montage adalah sesuatu yang kesannya jadi tidak dipaksakan. Mereka stres, tapi tidak akan melakukan hal-hal diluar batas. Mengapa? Karena mereka sudah mulai merasakan sesuatu yang lebih dari sekedar tanggung jawab. Ini cukup relate dengan kehidupan nyata karena ada kalanya kita menjadi peduli sama orang akibat mengalami hal-hal yang menjengkelkan, atau kurang mengenakkan. Bahkan sampai kesal sekalipun. Mau marah, tapi gak bisa. Mau ninggalin, tapi gak tega. Amanah yang memang dipegang betul dari awal.

Satu poin yang berhubungan dengan aspek sinematik dan masih ditampilkam di dalam filmnya Sean adalah penggunaan komedi ala slapstick. Di dua film “Daddy’s Home”, metode ini bertebaran dimana-mana sampai membuat bosan. Di “Instant Family”, Sean kembali menampilkannya meski frekuensinya jauh lebih jarang, which is good. Di sini bisa kita lihat bahwa metode tersebut erat kaitannya dengan salah satu pemanfaatan dari aspek editing, yaitu aspek ritmik. Di sini sineas mampu mengontrol panjang pendeknya durasi shot, dan dalam kasus “Instant Family”, aspek ritmik berhubungan dengan shot sebelumnya juga setelahnya. Shot yang diambil terhitung pendek sehingga menghasilkan tempo yang cepat dan efeknya akan membuat penonton setidaknya ‘ngeh’ sama apa yang terjadi. Berbeda dengan “Daddy’s Home”, salah satu pelaku cerita dalam adegan ini bisa dibilang tepat. Posisinya nanti akan membuat kita merasa kasihan. Selain itu, adegan ini juga didukung oleh dialog yang bagus sehingga korban bisa menuduh pelaku dengan alasan yang kuat.

Film menemukan bagian terbaik saat memasuki konflik sebenarnya. Baru saja selesai berkutat dengan masalah adaptasi, Pete dan Ellie dihadapkan pada sesuatu yang tidak bisa mereka lawan. Mulai dari sini, “Instant Family” mengaduk-aduk perasaan karena keluarga baru itu sebetulnya sudah berada di satu sikon yang berbeda. Konflik yang dipilih bukan konflik ecek-ecek. Ini lebih serius, dan uniknya konflik tersebut juga bisa menambah wawasan kita. Seiring konflik berjalan, akan ada satu tampilan sinematografi yang terlihat cukup berbeda dibandingan dengan vibe dari keseluruhan film. Sebagai perwujudan dari tuntutan naratif, tone warna yang ditampilkan di layar jadi terlihat lebih gelap, melambangkan kesedihan yang dialami oleh para pelaku cerita. Tone warna ini ditampilkan secara berkesinambungan dari satu scene ke scene yang lain.

Akting Mark Wahlberg dan Rose Byrne luar biasa. Mereka adalah duet yang mengagumkan. Seluruh penceritaan akan diambil dari sudut pandang mereka dan keduanya berhasil untuk menampilkan dinamika dari seorang orang tua asuh yang awalnya antusias, kemudian merasa kesulitan, putus asa, hingga mencintai yang sebenar-benarnya. Isabela Moner juga mencuri perhatian. Ia berhasil mengeluarkan talentanya memerankan remaja yang tidak hanya rebel, namun juga misterius bagi kedua orang tuanya sendiri. Sayang, karakter Lizzy memang tidak terlalu diekspos sehingga cukup sulit bagi penonton untuk memahami apa yang sebenarnya dipikirkan oleh anak ini, tidak hanya sekedar melihat dari sisi terluarnya saja. Nampak tidak ada sekalipun kamera mengarahkan spotlight-nya ke Lizzy. Semua berfokus pada Pete dan Ellie dan ini bikin karakternya jadi nanggung. Oh, ngomong-ngomong soal Isabela Moner, ia juga mengisi lagu untuk “Instant Family” yang berjudul “I’ll Stay”. Lagu ini tampil di closing sequence.

Sebuah “feel good movie” yang memiliki keseimbangan antara kehangatan, kelucuan, dan kekacauan dalam dinamika kehidupan keluarga. Seluruh emosi itu kemudian dipaparkan dalam satu penceritaan yang tidak membosankan. Semua yang akan dilalui tidak mudah, tapi hasilnya akan sepadan. Inspirasi bagi kita untuk menghargai proses adaptasi sambil tidak lelah untuk terus memberikan afeksi terhadap mereka yang kita sayangi sepenuh hati.

Director: Sean Anders

Starring: Mark Wahlberg, Rose Byrne, Isabela Moner, Octavia Spencer, Tig Notaro, Gustavo Quiroz, Julianna Gamiz

Duration: 118 Minutes

Score: 8.0/10

Tags: Anak AsuhFilm AnakFilm KeluargaFoster DayFoster FamilyGustavo QuirozInstant FamilyIsabella MonerJulianna GamizMark WahlbergOctavia SpencerPopularRose ByrneSean AndersTig Notaro
Juventus Wisnu

Juventus Wisnu

“Don't ask yourself what the world needs, ask yourself what makes you come alive. And then go and do that. Because what the world needs is people who have come alive.”

Related Posts

Promising Young Woman
Reviews

Review Film: ‘Promising Young Woman’

"Look how easy that was. I guess you just had to think about it in the right way. I guess...

January 21, 2021
News Of The World
Reviews

Review Film: ‘News of the World’

"We're all journeying across the prairie in a straight line and looking for that place to be. And when we...

January 20, 2021
‘Cop Secret’, Film Aksi yang Disutradarai Kiper Penepis Penalti Lionel Messi
Hype

‘Cop Secret’, Film Aksi yang Disutradarai Kiper Penepis Penalti Lionel Messi

Cilers masih inget sama kiper Islandia yang menggagalkan penalti Lionel Messi di Piala Dunia 2018 lalu? Kini film yang ia...

by Juventus Wisnu
January 19, 2021
Ingin Sukses Dalam Berbisnis, Tonton 7 Film Inspiratif Ini
Hype

Ingin Sukses Berbisnis? Tonton 7 Film Inspiratif Ini

Apakah Cilers Ingin suskes berbsins? Berbisnis terkadang membutuhkan suatu inspirasi entah darimana datangnya. Salah satunya dari kisah-kisah para pengusaha sukses...

by Arif Firdaus
January 21, 2021

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

SHOPEE X XIAOMI DEAL SHOPEE X XIAOMI DEAL SHOPEE X XIAOMI DEAL
ADVERTISEMENT

Cineverse

Entertainment news, film reviews, awards, film festivals, box office, entertainment industry conferences.

© 2020 Cineverse - All Right Reserved.

  • About Us
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 Cineverse – All Right Reserved.

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In