“Jean, akui saja kalau kau egois dan lanjutkan hidupmu. Kau tak perlu khawatir semua orang seperti ini. Mereka harus memilih apa yang terbaik untuk diri mereka sendiri. Kita melihat apa yang ingin kita lihat, dan kita ingat apa yang kita pilih.” – Aim.
“Happy Old Year” sebagai film Thailand yang termasuk paling ditunggu, seharusnya sudah bisa kita tonton di Indonesia pada minggu terakhir bulan Maret, namun karena pandemi Covid-19 yang makin meluas di Indonesia, film ini terpaksa harus mengalami penundaan yang lumayan lama. Ceritanya sendiri sangat sederhana, namun ekses yang ditimbulkannya sangat membekas dan tak akan hilang oleh waktu.
Jean (Chutimon Chuengcharoensukying), seorang wanita muda ingin mengatur kembali rumahnya menjadi kantor bergaya minimalis. Rumahnya yang dulu merupakan toko servis alat-alat musik, sudah lama tutup sejak sang ayah pergi meninggalkan mereka. Dia akan membuang semua barang yang ada di rumahnya sekarang, termasuk barang pribadinya sendiri. Namun dia menghadapi masalah yang sangat pelik ketika dia menemukan beberapa barang yang berasal dari masa lalunya, dan barang-barang itu mau tak mau membuatnya kembali ke masa lalunya yang tak menyenangkan.
Jean yang bekerja sebagai desain interior, bersama temannya, Pink, akan menata ulang rumah Jean, karena rekan kerja Jean menginginkannya mempunyai kantor yang layak untuk bekerja. Namun permasalahan di rumah Jean sangatlah kompleks. Jean yang tinggal bersama kakak laki-laki dan ibunya, agak susah memberitahukan kepada ibunya kalau ia akan membuang semua barang, walaupun sang kakak tidak mempermasalahkan hal tersebut.
Pink sendiri juga mendapati kalau CD yang ia berikan beberapa waktu lalu kepada Jean ternyata akan ikut dibuang. Dari situ Pink memberi masukan agar barang-barang pemberian orang ke Jean sebaiknya dikembalikan lagi ke orang yang memberi. Ide yang sebenarnya bagus, tapi menimbulkan masalah baru.
Saat Jean mendapati kamera dan foto milik mantannya, Aim (Sunny Suwanmethanont), ia merasa bersalah ingin mengembalikan barang tersebut, karena mantannya waktu itu ia tinggalkan begitu saja saat Jean bersekolah ke Swedia. Akhirnya Jean mengirimnya lewat paket, namun yang tak ia sangka, paket itu ditolak dan dikembalikan lagi padanya.
Penasaran akan hal itu, Jean nekat mendatangi rumah Aim, untuk mengembalikan barang tersebut dan meminta maaf. Namun ternyata apa yang dilakukan Jean kepada Aim ini berimbas kepada hal-hal lain dan menyakiti dirinya dan orang lain secara psikis.
Bisakah Jean melepaskan masa lalunya dan menatap masa depan yang ia jalani sekarang?
Film yang menggunakan alur campuran ini memulai dari saat rumah Jean sudah tertata rapi menjadi sebuah kantor bergaya minimalis Stockholm yang ia rencanakan dari awal mula. Saat diwawancarai oleh sebuah media, dirinya tampak tertekan saat ditanya tips bagaimana menyingkirkan sesuatu. Sebuah mimik muka yang langsung menghantarkan kita mundur sejenak saat rumahnya masih berantakan.
Dari situ akan terlihat jelas bagaimana sebuah pekerjaan yang sebetulnya mudah dilakukan oleh semua orang, tetapi ketika sebuah rasa sentimentil terhadap suatu barang muncul, kita akan terhenti sejenak, dan mengenang memori masa lalu kita terhadap barang itu, baik rasa sedih maupun gembira. Itu lah yang dirasakan Jean. Namun bagi sutradara Nawapol Thamrongrattanarit, yang sebelumnya pernah men-direct Chutimon Chuengcharoensukying dan Sunny Suwanmethanont di “Die Tomorrow” (2017), kisah sentimentil yang sederhana itu lah yang menjadi kekuatan film ini secara keseluruhan.
Struktur naratif “Happy Old Year” terbilang sangat rapi, dengan pembagian babak yang menjelaskan momen penting dalam film. Memang film ini berjalan agak lambat, namun setiap detil dari barang-barang milik Jean, Aim ataupun kakaknya diperlihatkan dengan jelas. Bahkan foto masa lalu yang ditemukan kakaknya, saat mereka berdua masih kecil bersama kedua orang tuanya, menjadi narasi yang menghibur dan menyenangkan bagi kakaknya, namun tidak bagi Jean.
Emosi yang teramat dalam tertumpah secara tak sengaja, menjadikan karakter Jean serba salah. Sisi egois karena ia ngotot ingin membuat rumahnya sebuah kantor bergaya minimalis, tanpa memedulikan ibunya atau siapa pun itu. Di sisi lainnya, dia lupa kalau membuang barang pribadi, tak semudah apa yang ia bayangkan sebelumnya. Semua perasaan yang ada di dalam barang tersebut akan ia buang selamanya. Dan rasa empati yang sudah hilang itu lah yang sekarang terpancar kuat dalam muka Jean, terlebih saat semua barangnya selesai dibuang. Sayangnya semuanya sudah terlambat.
Buat kamu yang penasaran, film yang sempat masuk Netflix Thailand ini, mudah-mudahan bisa kalian tonton, saat bioskop sudah buka nanti.
Director: Nawapol Thamrongrattanarit
Cast: Chutimon Chuengcharoensukying, Sunny Suwanmethanont, Sarika Sathsilpsupa, Apasiri Nitibhon, Thirawat Ngosawang, Padcha Kitchaicharoen
Duration: 113 Minutes
Score: 8.0/10
The Review
Happy Old Year
Happy Old Year menceritakan tentang Jean (Chutimon Chuengcharoensukying), seorang wanita muda ingin mengatur kembali rumahnya menjadi kantor bergaya minimalis. Rumahnya yang berantakan, akan ia buang semua barang-barangnya, termasuk barang pribadinya sendiri.Namun dia menghadapi masalah yang sangat pelik ketika dia menemukan beberapa barang yang berasal dari masa lalunya, dan barang-barang itu mau tak mau membuatnya kembali ke masa lalunya yang tak menyenangkan.Film yang tadinya akan diputar di Indonesia pada minggu keempat bulan Maret 2020, terpaksa mengalami penundaan akibat wabah Covid-19. Buat kamu yang penasaran, film yang sempat tayang di Netflix Thailand ini direncanakan akan main di bisokop Indonesia setelah semuanya dibuka kembali.